Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perantau

image-profil

Oleh

image-gnews
Pengusaha bus pariwisata yang tergabung dalam Indonesia Medium Bus Community (IMBC) mengikuti konvoi bertajuk 'Kampanye Peduli Covid-19' di Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis 30 April 2020. Aksi simpatik memanaskan mesin puluhan bus dari Tulungagung, Blitar, Trenggalek, Nganjuk, dan Kediri tersebut guna mendukung pemerintah melarang mudik agar pandemi COVID-19 segera berakhir sehingga usaha perjalanan wisata dapat kembali berjalan normal. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Pengusaha bus pariwisata yang tergabung dalam Indonesia Medium Bus Community (IMBC) mengikuti konvoi bertajuk 'Kampanye Peduli Covid-19' di Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis 30 April 2020. Aksi simpatik memanaskan mesin puluhan bus dari Tulungagung, Blitar, Trenggalek, Nganjuk, dan Kediri tersebut guna mendukung pemerintah melarang mudik agar pandemi COVID-19 segera berakhir sehingga usaha perjalanan wisata dapat kembali berjalan normal. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Iklan

Putu Setia
@mpujayaprema

Larangan mudik yang diberlakukan secara ketat, termasuk di daerah yang tidak berstatus pembatasan sosial berskala besar, sangat memukul para perantau. Mereka tak bisa kembali ke kampung halaman. Mereka dihadang polisi dan disuruh balik. Padahal, kalau balik lagi, mereka sudah kehilangan pekerjaan, tidak bisa lagi mencari nafkah. Dan bahkan sudah tak lagi punya tempat tinggal di rantau. Mereka sudah meninggalkan rumah kos.

Para perantau di Jakarta dihadang begitu meninggalkan Ibu Kota. Yang sudah tiba di Merak lewat jalan tikus, misalnya, dicegat di pelabuhan. Jakarta memang zona merah untuk Covid-19. Setiap orang yang keluar dari zona merah ini diyakini sebagai penyebar virus corona. Namun perantau asal Kabupaten Jember, Lumajang, Situbondo, yang mencari nafkah di Bali, kenapa juga dihadang di Pelabuhan Gilimanuk dan disuruh balik? Bali bukan kawasan yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar. Begitu pula daerah asal perantau.

Sepertinya berlebihan menahan arus perantau untuk pulang kampung, terutama dari daerah yang tergolong "bukan episenter corona". Apalagi kalau diingat ucapan Presiden Joko Widodo yang membedakan antara pulang kampung dan mudik. Pulang kampung itu bukan bertujuan berkangen-kangenan dengan keluarga, melainkan lantaran terpaksa akibat tidak ada lagi yang dikerjakan di rantau. Kalau pekerjaan tidak ada, penghasilan juga tak ada. Lalu bagaimana mereka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? Seharusnya pemerintah daerah dan aparat keamanan sealur dengan argumentasi Presiden: biarkan mereka pulang kampung sepanjang mematuhi imbauan seperti memakai masker, jangan menggunakan angkutan umum, dan siap dikarantina. Mereka bukan mudik. Mereka yang dihadang itu umumnya menggunakan sepeda motor atau mobil carteran yang penumpangnya bisa melakukan physical distancing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada masalah yang lebih mengenaskan setelah para perantau disuruh balik. Mereka tentu kembali mencari tempat tinggal untuk berteduh. Dan bagaimana mereka hidup sehari-hari jika tidak punya bekal yang cukup? Apakah bantuan sosial bisa menjangkau para perantau ini?

Perantau di beberapa kota, sebut saja contoh Jakarta, memang bisa berharap pada bantuan pemerintah daerah. Undang-undang dan peraturan pemerintah menjamin bantuan sosial itu jika daerahnya menerapkan pembatasan sosial berskala besar. Meski ada yang ragu bantuan tak tepat sasaran karena lemahnya pendataan para perantau, sudah ada mekanisme bagaimana menyalurkan bantuan. Di daerah yang tidak menerapkan pembatasan sosial berskala besar, seperti Bali, membantu perantau itu tidak mudah. Tak ada pendataan untuk penduduk perantau. Mereka pasti tidak punya kartu tanda penduduk Bali. Perantau itu umumnya mencari nafkah di sektor informal. Kini, saat Covid-19 sudah mengancam daya tahan orang Bali yang kena dampak ekonomi, dan masyarakat mulai berteriak meminta pembagian sembako, kita seharusnya ingat bahwa ada para perantau yang juga membutuhkan bantuan. Ini merupakan risiko, karena kita tidak membolehkan mereka pulang ke kampungnya.

Bersama melawan corona adalah anjuran yang selalu didengungkan. Bersama mengatasi dampak sosial dari wabah corona seharusnya juga dijadikan pedoman. Bantuan sosial hendaknya diperluas dan tak terpaku pada data yang ada pada Program Keluarga Harapan atau yang lumrah disebut keluarga prasejahtera atau orang miskin. Covid-19 membuat daftar orang miskin bertambah, apalagi disertai program "di rumah saja". Diam di rumah memang sangat penting untuk memutus wabah corona, asalkan tidak mati kelaparan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

15 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

21 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

33 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

48 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

49 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.