Tren perlambatan kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta dalam beberapa hari terakhir tentu melegakan. Tapi kita harus tetap kritis. Angka penurunan memang sempat terjadi. Namun pakar epidemiologi menduga penurunan itu karena efek pelaksanaan pemeriksaan yang terbatas.
Hal itu bisa dilihat dari masih meningkatnya jumlah PDP (pasien dalam pengawasan). Jika angka PDP meningkat, ada kemungkinan penurunan jumlah pasien baru itu disebabkan oleh minimnya jumlah orang yang diperiksa. Kalau yang dites semakin sedikit, kasus yang terkonfirmasi juga turun.
Di sini akurasi data menjadi penting. Data kasus positif, jumlah pasien, korban meninggal, dan data lain yang ada kaitannya dengan penanganan pandemi ini harus benar-benar akurat. Salah satu caranya adalah melakukan pemeriksaan semasif mungkin.
Besar atau kecilnya penambahan kasus harian sangat dipengaruhi jumlah pemeriksaan yang dilakukan. Dengan masih sedikitnya pemeriksaan, penambahan jumlah kasus harian di DKI Jakarta yang mengalami perlambatan saat ini belum merepresentasikan skala penularan di masyarakat.
Kita perlu mendorong pemerintah terus memperluas dan mempercepat penapisan Covid-19. Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah uji penapisan terendah dibanding total populasi. Menurut Worldometers.info, Indonesia saat ini memiliki rasio pengujian 291 per 1 juta penduduk. Sebagai perbandingan, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Singapura masing-masing memiliki rasio pengujian 17.277, 11.869, dan 20.815 tes Covid-19 per 1 juta penduduk.
Rendahnya jumlah penapisan dapat mempengaruhi akurasi gambaran besar pandemi Covid-19 di Tanah Air. Dengan memiliki data akurat orang yang positif terinfeksi, termasuk persebaran kasus, pencegahan penularan dapat lebih efektif dan tepat sasaran.
Di sisi lain, klaim bahwa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) efektif menekan laju penyebaran virus corona tidak bisa ditelan mentah-mentah. Secara teori, pembatasan sosial memang bisa menekan transmisi penularan virus. Namun hal itu belum sepenuhnya terjadi di Jakarta, episenter dan daerah pertama yang menjalankan PSBB.
Salah satu indikator keberhasilan pembatasan sosial adalah berkurangnya transportasi. Untuk indikator ini belum bisa disebut maksimal karena masih 70 persen pembatasan transportasi yang harus diperbaiki di Jakarta. Di luar faktor transportasi, efektivitas PSBB juga belum optimal. Saat ini baru 60 persen keluarga yang "tetap di rumah", sedangkan sisanya masih keluyuran.
Karena itu, perlambatan jumlah pasien Covid-19 di Jakarta jangan membuat kita terlena. Ini baru indikator awal yang seharusnya memompa kita lebih berdisiplin menerapkan PSBB. Perang melawan Covid-19 belum selesai. Apalagi perang itu semakin luas ke daerah. Semua provinsi di Indonesia telah terpapar virus corona. Jumlah orang yang terkonfirmasi positif secara nasional terus meningkat.
Pemerintah menargetkan jumlah pasien positif corona di Indonesia turun drastis pada Juni mendatang. Sehingga pada Juli mendatang wabah Covid-19 berakhir dan masyarakat di seluruh Tanah Air bisa beraktivitas secara normal. Namun, kalau kita tidak berdisiplin dalam memerangi Covid-19 hingga ke daerah-daerah, target itu bisa tak tercapai. Kalaupun angka penurunan di Ibu Kota terjadi, Indonesia bukan hanya Jakarta.