Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lima Kartini Penjaga Bumi

Oleh

image-gnews
Iklan

BENCANA besar seharusnya membuat manusia belajar. Lima puluh tahun lalu, sejumlah aktivis merayakan Hari Bumi untuk mengingatkan publik akan ancaman kerusakan lingkungan. Peringatan itu digagas setelah ledakan dahsyat sumur minyak di lepas pantai Santa Barbara, California, menewaskan puluhan ribu satwa liar. Hari ini, wabah Covid-19 memaksa kita mengubah cara manusia hidup di dunia.

Hampir dua bulan setelah pembatasan sosial diberlakukan di banyak wilayah negeri ini, perubahan mulai terlihat. Polusi udara menipis, pencemaran alam berkurang, dan satwa liar yang semula bersembunyi mulai keluar ke alam bebas. Bumi mengalami fase pembersihan setelah bertahun-tahun menanggung beban berat. Ada pelajaran tersembunyi dari wabah yang begitu menakutkan.

Pertanyaannya: jika kelak pandemi mereda, akankah kita mengulangi siklus hidup yang sama? Banyak pakar memprediksi kegiatan industri dan aktivitas ekonomi bakal melonjak berkali lipat pasca-pagebluk, untuk mengatasi ketertinggalan semasa wabah. Sebelum itu terjadi, ada baiknya kita belajar dari mereka yang selama ini menjaga alam.

Sejak awal tahun ini, Tempo menjaring nama-nama perempuan yang bergerak diam-diam melestarikan lingkungan. Sengaja dipilih perempuan karena alam kerap diasosiasikan dengan peran ibu yang melahirkan dan membesarkan kita. Kisah para perempuan yang menjaga bumi juga bisa menjadi pengingat jasa Raden Ajeng Kartini, yang kelahirannya diperingati sehari sebelum Hari Bumi.

Di Bengkalis, Riau, ada Solfarina, 36 tahun, yang dengan segala keterbatasannya menjaga keberlangsungan hidup gajah-gajah yang tersisa di Suaka Margasatwa Balai Raja dan Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil. Di Bulungan, Kalimantan Utara, ada Sri Tiawati, 27 tahun, yang sendirian meyakinkan pentingnya pendidikan untuk anak-anak suku Dayak Punan nun di pedalaman rimba raya. Di Bandung, Jawa Barat, ada Lasma Natalia Panjaitan, 29 tahun, yang tak kenal lelah menggugat pencemaran alam dari pembangkit listrik batu bara di Indramayu dan Cirebon.

Baca Juga:

Di Malang, Jawa Timur, ada Lia Putrinda, 26 tahun, yang sejak kecil bersama ayahnya menanam lagi puluhan hektare mangrove di Pantai Clungup. Terakhir, di Surabaya, Jawa Timur, ada Eva Bachtiar, 33 tahun, yang gigih mengumpulkan makanan berlebih yang layak dikonsumsi dari restoran, kafe, dan pesta-pesta perkawinan untuk dibagikan kepada fakir miskin. Aksinya tak hanya mengurangi sampah, tapi juga mengajarkan pentingnya mengerem konsumsi mubazir kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelima perempuan ini mewakili aksi nyata warga memulihkan bumi. Mereka menjaga, melestarikan, dan membela lingkungan, sekaligus mendidik dan menggerakkan publik untuk sama-sama peduli. Semua berusia belia, menyadarkan kita bahwa kaum muda mampu menghasilkan karya-karya besar untuk alam dan negeri.

Solfarina, Sri, Lia, Eva, dan Lasma adalah bagian dari gerakan besar anak muda yang kian memahami gentingnya situasi dunia akibat perubahan iklim. Penggunaan energi fosil yang tidak terbarukan, eksploitasi sumber daya alam yang tak berkesinambungan, dan pencemaran lingkungan yang tak terkendali membuat emisi karbon terus terjadi dan suhu bumi terus memanas. Jika kita tak bisa membendung laju pemanasan global di bawah dua derajat Celsius sesuai dengan Perjanjian Paris 2015, anak-cucu kita tak bakal punya tempat tinggal di masa depan.

Di tengah kesadaran publik yang terus meningkat tentang bahaya krisis iklim, sejumlah kebijakan pemerintah yang justru membahayakan lingkungan terasa ironis. Lambatnya pengembangan sumber-sumber energi baru dan terbarukan, melemahnya aturan pelindungan lingkungan, dan pembiaran tindak pidana pencemaran alam menunjukkan kurangnya keberpihakan pemerintah. Tanpa keputusan politik para pengambil kebijakan di negeri ini, gerakan-gerakan swadaya masyarakat tak bisa punya dampak luas dan sistematis.

Kita belum tahu kapan wabah Covid-19 berakhir, tapi kita tahu bumi tak boleh dibiarkan merana. Tidak kembali ke gaya hidup sebelum pandemi bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Tanpa perubahan permanen dari cara kita hidup di planet ini, kita sedang berjalan bersama menuju kepunahan.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

1 hari lalu

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyampaikan paparan dihadapan ribuan orang kepala desa dan pengurus Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia di GOR C-Tra Arena, Bandung, Jawa Barat, 23 November 2023. Prabowo Subianto bersama mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, menghadiri Rakerda Apdesi Jawa Barat yang dihadiri sekitar 5.000 orang kepala desa dan pengurus pemerintah desa. TEMPO/Prima Mulia
Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

Agar pemilihan presiden dan wakil presiden terhindar dari mudarat kecurangan dan ketidakadilan, semestinya para menteri dan kepala daerah yang menjadi calon melepas jabatan.


4 hari lalu


Bapak-isme

8 hari lalu

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
Bapak-isme

Adakah jalan untuk mencegah kemunduran demokrasi? Panduan dari Bung Hatta perlu dijadikan pedoman


Wajah Kusam Penegakan Hukum

8 hari lalu

Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro (depan) dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan pasca terjaring Operasi Tangkap Tangan KPK, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis, 16 November 2023. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahanan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap 4 orang tersangka baru Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, dua orang pengendali CV. Wijaya Gumilang, Yossy S. Setiawan dan  Andhika Imam Wijaya, serta mengamankan barang bukti uang tunai sebesar Rp.225 juta dalam tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji dalam rangka pengurusan perkara di Kejaksaan Negeri Bondowoso Jawa Timur. TEMPO/Imam Sukamto
Wajah Kusam Penegakan Hukum

Satu per satu aparat penegak hukum tertangkap kasus korupsi. Nasib penegakan hukum kian buram.


Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

8 hari lalu

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

Ada sebuah tantangan besar bagi penyelenggara pemilu dan Pemerintah dalam pengejawantahan demokrasi tersebut yakni fanatisme politik dari sebagian pemilih di Indonesia.


Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

14 hari lalu

Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menjadi penguji ahli disertasi mahasiswa S3 Ilmu Hukum UNPAD yang mengangkat tema tentang Urgensi Pengaturan Penggandaan Karya Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi.


Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

15 hari lalu

Ekspresi Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penyelenggara Pemilu di Jakarta, Rabu 8 November 2023. Rakornas diikuti sekitar 1.200 penyelenggara pemilu yang terdiri dari dari Ketua KPU dan Ketua Bawaslu provinsi dan kabupaten/kota serta Sekretaris KPU se-Indonesia. TEMPO/Subekti.
Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

Intimidasi menimpa sejumlah kalangan dan kelompok yang menentang dinasti politik keluarga Jokowi. Meniru tindakan lancung Soeharto.


Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

22 hari lalu

Anggota Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) Jimly Asshiddiqie memimpin rapat rapat MKMK di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis 26 Oktober 2023. Rapat dengan  agenda klarifikasi kepada pihak-pihak terkait laporan dugaan pelanggaran kode etik hakim konstitusi. TEMPO/Subekti.
Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi akan membuat putusan penting besok. Kesempatan menyelamatkan demokrasi.


BPJS Kesehatan Anugerahkan Penghargaan untuk 20 pemenang Lomba Karya Jurnalistik 2023

27 hari lalu

BPJS Kesehatan Anugerahkan Penghargaan untuk 20 pemenang Lomba Karya Jurnalistik 2023

Karya para jurnalis yang ikut lomba mengedukasi masyarakat tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional.


Waswas Motif Tersembunyi Insentif Ekonomi

29 hari lalu

Warga membawa beras Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah dan bantuan sembako dari Presiden di Gudang Bulog Sukamaju milik Perum Bulog Divisi Regional Sumsel dan Babel di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis 26 Oktober 2023. Presiden meninjau persediaan beras dan proses penyaluran bantuan pangan cadangan beras pemerintah kepada keluarga penerima manfaat. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Waswas Motif Tersembunyi Insentif Ekonomi

Banyak studi menunjukkan bahwa program-program populis, seperti bantuan sosial dan insentif pajak, rentan dimanfaatkan oleh penguasa yang ingin mempertahankan kekuasaannya lewat pemilihan umum.