Ketika pandemi Covid-19 makin mengganas seperti saat ini, satu-satunya harapan untuk selamat dari krisis ini adalah solidaritas bersama antarwarga. Inisiatif berbagai elemen masyarakat untuk menggalang dan menyalurkan bantuan kepada sesama bisa meringankan beban mereka yang rentan dan tengah berjuang di garis depan.
Tak hanya berupa bantuan materi, tanggung jawab sosial kita kepada satu sama lain juga bisa diwujudkan dengan menaati anjuran untuk menjaga jarak (physical distancing) dan menghindari kerumunan. Kontribusi yang sekilas terasa sederhana itu bisa berperan besar menekan laju penyebaran virus corona di tengah masyarakat.
Kepedulian dan gotong royong di level akar rumput ini merupakan solusi yang jauh lebih efektif ketimbang menunggu realisasi janji-janji bantuan dan uluran tangan pemerintah semata. Wabah semasif ini butuh gerak bersama semua kalangan, bukan hanya satu-dua orang.
Prioritas pertama tentu adalah para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan di rumah-rumah sakit. Merekalah para pahlawan di masa darurat seperti sekarang. Banyak dari mereka sudah terinfeksi virus corona, bahkan meninggal dalam tugas. Kini sejumlah warga sudah mulai menggalang donasi untuk membeli alat pelindung diri (APD), seperti masker, baju hazmat, penutup mata, dan pelindung wajah, untuk tenaga medis kita. Beberapa warga yang lain berkeliling rumah sakit, mengantarkan konsumsi untuk mereka.
Prioritas berikutnya adalah kelompok masyarakat yang rentan kehilangan pendapatan, bahkan pekerjaan, akibat wabah Covid-19. Sebagian besar dari mereka adalah pekerja informal, seperti buruh harian, tukang ojek online, dan sopir taksi, yang jadi korban pertama nyaris lumpuhnya aktivitas ekonomi di negeri ini. Kita juga sudah banyak melihat gerakan swadaya masyarakat untuk meringankan beban kelompok masyarakat ini.
Kepedulian kolektif semacam ini menjadi angin segar di tengah terus bertambahnya korban wabah virus corona. Sampai kemarin, jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 1.528 dengan jumlah korban meninggal sampai 136 orang. Aksi-aksi solidaritas yang menembus sekat sosial, ekonomi, dan politik semacam ini harus digalakkan di seluruh Indonesia.
Jangan lagi ada peristiwa di mana pasien positif corona justru diusir dari lingkungan tempat tinggalnya. Kabar tentang keluarga tenaga medis dan tenaga kesehatan yang diberi stigma sebagai pembawa virus mematikan juga tak boleh lagi terdengar. Virus ini menyerang semua orang tanpa kecuali, tak peduli latar belakang dan status sosialnya. Tak boleh lagi ada pandangan yang ingin selamat sendiri dengan mendiskriminasi kelompok masyarakat yang lain.
Kisah-kisah inspiratif tentang sebuah rukun tetangga yang bersama-sama menyediakan makanan untuk satu keluarga yang terpaksa mengisolasi diri karena masuk kategori orang dalam pemantauan, harus lebih sering kita dengar. Juga cerita tentang warga yang memberi tip lebih atau mengirim makan siang untuk tukang ojek online. Di tengah masa-masa sulit seperti sekarang, solidaritas sosial semacam itu adalah satu-satunya harapan kita yang tersisa.