Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kapitalisme Rakus dan Wabah Corona

image-profil

Sosiolog dari Fakultas Ekologi Manusia IPB

image-gnews
Tenaga medis NHS saat menangani pasien infeksi virus Corona. [Keep106.com]
Tenaga medis NHS saat menangani pasien infeksi virus Corona. [Keep106.com]
Iklan

Yoppie Christian
Sosiolog dari Fakultas Ekologi Manusia IPB

Dalam pengantar buku Lingkungan Hidup dan Kapitalisme, Fred Magdoff dan John Bellamy Foster (2017) menyitir Teorema Ketidakmungkinan dari Herman Daly, yang menyatakan bahwa ekonomi tidak mungkin bisa tumbuh secara tidak terbatas dalam lingkungan yang terbatas. Teorema ini berangkat dari pandangan mustahilnya ihwal memperluas modus produksi dan konsumsi rakus gaya Amerika Serikat karena dunia telah berada di ambang batas daya dukungnya. Namun, apa yang terjadi saat ini, baik di negara kapitalis utama maupun kapitalisme pinggiran seperti Indonesia, pertumbuhan justru digenjot dan eksploitasi sumber daya ditingkatkan. Mitos pertumbuhan diabaikan, seolah-olah dunia masih penuh dengan sumber daya bagi tujuh miliar kepala lebih saat ini.

Sulit sekali untuk mengingatkan kembali bahwa kapitalisme yang memuja produksi dan konsumsi tanpa batas (bukan berdasarkan kebutuhan) dan akumulasi kapital sebesar-besarnya merupakan sumber masalah pada lingkungan dan manusia saat ini. Yuval Noah Harari dalam Homo Deus (2018) menyampaikan kembali bahwa salah satu ancaman terbesar bagi ras manusia saat ini adalah virus-virus baru yang tak diketahui dari mana asalnya.

Sejak wabah sindrom saluran pernapasan akut (SARS), flu burung, ebola, dan flu babi, kita telah menyaksikan virus ini menjadi semakin kuat dan globalisasi semakin memudahkan penyebarannya. Semua virus itu berhubungan dengan satwa. Artinya, ada interaksi antara manusia dan non-manusia yang seharusnya tidak terjadi, seperti layaknya pada masa sebelum ada domestikasi dan perdagangan satwa.

Saat ini satwa tak hanya berinteraksi dengan manusia, tapi juga berebut ruang dengan manusia. Alokasi modal alam yang seharusnya untuk satwa liar terserap habis untuk ekonomi manusia (Zcech dan Daly, 2017). Akibatnya, semua elemen ekologi saling terhubung. Hilangnya satu rantai dalam siklus alami satwa akibat campur tangan manusia menciptakan celah yang akhirnya memukul balik manusia.

Momen perang global melawan pandemi Covid-19 ini semestinya menjadi kesempatan bagi para pemimpin dunia dan kita selaku ras manusia untuk berhenti sebentar, merendahkan hati di depan alam, untuk tidak berlaku business as usual. Angka 5.000 atau 8.000 orang yang tewas bukan hanya statistik. Mereka korban dari kerakusan sistem produksi kapitalisme dan konsumerisme gila-gilaan di seluruh dunia. Saatnya untuk menanggalkan keangkuhan kita dan meninggalkan mitos pertumbuhan yang sesat.

Dengan kegundahan seperti itu, tersiar kabar bahwa pemerintah sedang “wakuncar” dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk mendukung percepatan implementasi omnibus law. Undang-undang sapu jagat ini adalah instrumen untuk percepatan pertumbuhan, akumulasi investasi berbasis industri, dan cara cepat untuk mendapatkan pendapatan bagi negara. Watak regulasi ini adalah pro-modal dan pro-utang, yang berimplikasi langsung pada sumber daya alam. Jika omnibus law tetap dilaksanakan, sumber daya alam kembali akan diusik serta ketegangan antara manusia dan alam kembali menguat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari kacamata studi bencana, ini sama saja dengan membesarkan ancaman dan meningkatkan kerentanan. Kapitalisme bencana, seperti dikonsepsikan oleh Naomi Klein dalam Shock Doctrine (2007), menemukan momentum yang tepat. Saat energi dan perhatian semua orang terfokus pada wabah corona, omnibus law justru berjalan tanpa koreksi dan bencana akan menjadi alasan bagi kapital untuk masuk lebih deras dan menghancurkan manusia dari struktur kelas rendah dan negara terlemah.

Karena itu, setidaknya ada empat hal yang mesti dilakukan setelah pandemi Covid-19 tertangani. Pertama, pemerintah berani menetapkan untuk menghentikan pertumbuhan sebagai acuan ekonomi. Saatnya Indonesia mempraktikkan degrowth atau pertumbuhan relatif nol dengan mengoptimalkan kembali pemenuhan kebutuhan sumber daya secara lokal-nasional sesuai dengan kebutuhan dalam negeri dan surplus sebagai bahan ekspor. Singkatnya, pemerintah mengimplementasikan ekonomi berbasis keberlanjutan sumber daya. Di tingkat praktis, pemerintah tidak memaksakan penetapan omnibus law sebelum ada kajian akademis multidisiplin yang memadai dan bermuatan mitigasi berbasis risiko.

Kedua, pemerintah lebih melakukan konservasi terhadap sumber daya alam hayati ketimbang eksploitasi besar-besaran. Seluruh dunia kini mengalami guncangan. Negara yang masih memiliki tingkat keamanan pangan dan sumber daya yang tinggilah yang punya kekuatan bertahan. Indonesia berpeluang membangun competitiveness dari sini tanpa harus mendasarkan diri pada industri ekstraktif berbasis investasi dan utang.

Ketiga, belajar dari wabah di Cina, Vietnam, dan Kuba, kunci sukses keluar dari krisis adalah kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah, tindakan cepat sebelum keresahan sosial terjadi, dan kepercayaan pada sains untuk menyelesaikan masalah. Indonesia diharapkan memperbaiki tata laksana mitigasi risiko masif seperti ini secara terlembaga.

Keempat, ini periode terakhir kepemimpinan Joko Widodo. Suatu penghargaan dan citra positif pada pemimpin bisa diperoleh jika ia mampu mengantar seluruh bangsa keluar dari krisis serta mengajak bangkit di atas kekuatan sendiri, bukan dengan infrastruktur dan tabungan negara yang besar tapi rapuh karena utang luar negeri.

Namun, jika tetap berkeras dan tidak belajar dari corona, Indonesia sedang menggali kuburnya sendiri. Semoga bangsa ini dilindungi dan dijauhkan dari keputusan-keputusan yang salah oleh pemimpinnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

9 jam lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

9 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


32 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

38 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.