Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dokter

image-profil

Oleh

image-gnews
Ilustrasi dokter. Sumber: Getty Images/iStockphoto/mirror.co.uk
Ilustrasi dokter. Sumber: Getty Images/iStockphoto/mirror.co.uk
Iklan

Putu Setia
@mpujayaprema

Dia hanya dokter umum. Satu-satunya dokter yang buka praktik di kampung saya, dusun kecil di lereng Batukaru, 46 kilometer dari kota kabupaten. Saya mendatangi tempat praktiknya di sore hari itu dengan sedikit terpaksa.

Pagi sebelumnya, saya menelepon ke rumah sakit swasta di kota. Dokter langganan saya adalah spesialis penyakit dalam. Saya pesan nomor antrean. Ketika ditanya, saya sebutkan keluhannya batuk-batuk. "Batuk? Kenapa tidak ke dokter paru-paru? Kebetulan di sini tak ada poliklinik paru, nanti saya berikan informasi," kata petugas pendaftaran pasien. Saya menjawab, sudah sering ke sini dengan keluhan batuk. "Mohon maaf, Bapak, sekarang pasien batuk ada yang menangani khusus. Kalau Bapak ikut BPJS, sebaiknya cari rujukan ke puskesmas," kata petugas itu. Saya paham. Saat ini, orang dengan keluhan batuk dan demam menjadi pesakitan paling sial.

Fasilitas kesehatan (faskes) pertama saya bukan di puskesmas. Ketika mendaftar BPJS, saya memilih dokter sebagai faskes pertama, karena puskesmas terdekat 13 kilometer jauhnya. Maklum, kartu tanda penduduk saya di desa. Kalau mencari faskes di kota di mana saya lebih sering tinggal, harus pindah domisili.

Pintu kamar praktik terbuka. Dokter menyambut dengan senyum di belakang meja praktiknya, jarak sekitar 2 meter. "Ada keluhan apa?" tanya dia setelah basa-basi sejenak. "Batuk-batuk, Dok."

Dia kaget, lalu menggeser kursinya agak menjauh. "Batuk? Saya sudah memberi tulisan di ruang tunggu, yang batuk dan demam supaya langsung ke puskesmas. Supaya ditangani lebih baik," katanya.

Dokter bertanya selama ini apa yang saya lakukan. Saya katakan sudah seminggu lebih diam di rumah. Tapi anak saya tetap bekerja di hotel. Dia sehat-sehat saja. Apa dia membawa virus corona ke rumah? Soal batuk, bukan hanya sekali ini. Sudah lama paru-paru saya bermasalah. Setiap kali pulang ke kampung, mungkin karena ada pergantian udara, batuk kambuh. Minum obat langsung reda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dokter memberi saran. "Kita sama-sama waspada. Bapak kan sangat welcome informasi. Minum obat batuk yang biasa digunakan. Semoga cepat sembuh."

Dokter itu tak pernah mendekat ke arah saya. Boro-boro memeriksa dada saya. Sebelum saya pulang, dia berkata: "Kalau batuknya tak reda, nanti saya berikan rekomendasi ke rumah sakit, suruh orang lain mengambil ke sini."

Dokter adalah manusia biasa. Punya rasa takut. Namun tanggung jawabnya yang besar sering mengalahkan rasa takut. Risikonya bisa berakibat fatal. Dokter Hadio Ali Khazatsin yang masih muda, Bambang Sutrisna yang meninggal mengenaskan, Djoko Judodjoko, Laurentius Panggabean, Adi Mirsaputra, Ucok Martin Tambunan, dan Toni Daniel Silitonga adalah korban dari memuliakan tanggung jawab profesi. Mereka di garda depan menyelamatkan pasien Covid-19 dengan mempertaruhkan nyawanya.

Penduduk Kota Wuhan, sumber virus corona ini, berbondong-bondong ke jalan, melambaikan tangan memberi penghormatan, ketika para dokter menyelesaikan tugasnya di kota itu. Apa yang kita lakukan kepada dokter di negeri ini?

Selain utang rasa tak terhingga, sejawat mereka yang masih berjuang seharusnya mendapat perlindungan yang prima. Alat perlindungan diri harus maksimal diberikan kepada mereka. Juga tes kesehatan untuk dokter dan keluarga mereka harus menjadi prioritas utamadibanding, misalnya, anggota DPR.

Kalau dokter sampai ketakutan, dampaknya luar biasa. Semua pasien, termasuk yang tak ada urusan dengan virus corona, menjadi korban. Rumah sakit sudah membatasi pasien, dan yang dirawat inap tak bisa ditunggui keluarganya. Menyedihkan.

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.