Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Subsidi Wisata di Tengah Ekonomi Sulit

image-profil

image-gnews
Turis melintas di deretan kursi kosong akibat sepinya kunjungan wisatawan di Pantai Kuta, Bali, Jumat, 6 Maret 2020. Pemerintah telah memperketat aturan masuk bagi WNA dari Korea, Iran, Italia, dan Jepang. Johannes P. Christo
Turis melintas di deretan kursi kosong akibat sepinya kunjungan wisatawan di Pantai Kuta, Bali, Jumat, 6 Maret 2020. Pemerintah telah memperketat aturan masuk bagi WNA dari Korea, Iran, Italia, dan Jepang. Johannes P. Christo
Iklan

Ronny P. Sasmita
Direktur Eksekutif Economic Action Indonesia

Pemberian subsidi pariwisata untuk tiket dan hotel, terutama menuju daerah tujuan wisata prioritas nasional, saat kondisi ekonomi cukup mengkhawatirkan adalah pilihan yang kurang bijak dan etis. Perlambatan ekonomi global yang kian nyata dan stagnasi ekonomi domestik yang berpacu dengan penyebaran virus corona sejatinya menjadi alasan yang sangat logis bagi pemerintah untuk menyiapkan langkah-langkah intervensi strategis, bukan reaksi sektoral yang sangat teknis.

Pertama, prioritas subsidi pada orang-orang yang kelebihan uang untuk bersenang-senang di daerah wisata prioritas pada saat tingkat konsumsi rumah tangga 40 persen kelas menengah ke bawah sedang morat-marit tentu saja menjadi opsi yang kurang adil dan sensitif. Langkah paling strategis adalah mencari kebijakan intervensi yang tepat untuk menjaga daya beli agar pertumbuhan kuartal pertama tahun ini tidak meneruskan tren kuartal IV tahun lalu yang jatuh di bawah 5 persen akibat merosotnya tingkat konsumsi rumah tangga dari 40 persen kalangan terbawah. Apalagi kontribusi konsumsi rumah tangga tak kurang dari 56 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Tentu dimengerti bahwa ada niat baik pemerintah untuk menjaga sektor pariwisata tidak tertekan serius oleh isu corona. Memang, rata-rata pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara dalam lima tahun (2014-2018) sempat mencapai 14 persen per tahun. Angka tersebut selalu dibangga-banggakan sebagai lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan kunjungan pada periode 2009-2013 yang hanya 9 persen per tahun. Menurut Badan Pusat Statistik, kunjungan wisatawan mancanegara pada 2009 tercatat sebanyak 6,32 juta orang. Artinya, angkanya hanya meningkat menjadi 8,8 juta orang pada akhir 2013.

Sebenarnya, dalam tiga tahun belakangan, tren penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sangat nyata terjadi. Hal tersebut jelas terlihat dari pertumbuhan pada 2019 yang hanya tersisa 1,88 persen. Jadi, persoalannya lebih banyak disebabkan oleh langkah-langkah strategis pariwisata nasional yang kinerjanya kurang signifikan ketimbang isu corona.

Celakanya, pergantian menteri pariwisata tidak dibarengi dengan pergantian sosok yang benar-benar baru dengan paradigma kepariwisataan yang baru pula. Istana masih sangat yakin akan beberapa strategi kepariwisataan nasional, yang terbukti selama tiga tahun belakangan tak bergigi dalam menghadirkan angka kunjungan wisatawan mancanegara sesuai dengan harapan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di sisi lain, beberapa kebijakan nasional beberapa waktu lalu jelas-jelas mendepak daya beli kalangan menengah ke bawah. Sebut saja kenaikan harga barang dan jasa yang diatur pemerintah, seperti naiknya iuran Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat, pemangkasan subsidi solar, dan kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen. Semuanya berpotensi menebalkan biaya hidup dan menekan konsumsi masyarakat. Padahal konsumsi berperan sekitar 56 persen terhadap produk domestik bruto nasional. Artinya, jika terjadi guncangan pada daya beli masyarakat, setengah roda ekonomi akan terganjal. Apalagi, pada Maret 2019, meski data kemiskinan menurun 0,15 persen dibanding September 2018, nyatanya terdapat peningkatan jumlah penduduk hampir miskin dan rentan miskin sebesar 3,9 persen, atau kini mencapai 66,7 juta jiwa (BPS, 2019).

Kelompok inilah yang paling berisiko jika tidak dijaga daya belinya. Saat terjadi guncangan pada pendapatan, 40 persen masyarakat terbawah akan jatuh ke dalam lubang kemiskinan. Maka, dari perspektif etika dan keadilan, konsumsi rumah tangga, terutama untuk 40 persen masyarakat terbawah, jauh lebih penting dijaga dan diberi berbagai macam insentif, termasuk aneka rupa subsidi, ketimbang mengakalinya dengan berbagai justifikasi untuk dipindahkan ke saku kalangan menengah atas yang akan pelesiran.

Hal yang juga perlu pula ditimbang secara arif adalah apakah langkah yang tersisa untuk menurunkan harga tiket pesawat di satu sisi dan menggairahkan sektor pariwisata di sisi lain hanya opsi subsidi, suntikan dana dari anggaran pendapatan dan belanja negara, sekaligus secara tidak langsung untuk meliputi langkah penyelamatan Garuda secara cepat sebagai salah satu pihak ketiga yang akan ikut mengeksekusi dana subsidi setengah triliun rupiah tersebut? Persoalan tiket pesawat yang mahal bukanlah salah Garuda, tapi karena kondisi makro ekonomi nasional yang sudah tidak bersahabat lagi dengan usaha penerbangan. Nyaris semua perhitungan bisnis penerbangan berdasarkan dolar, sementara mayoritas lini bisnisnya berjibaku meraup rupiah. Risikonya, saat dolar sedikit saja menyentil rupiah, bisnis penerbangan akan jatuh-bangun.

Artinya, subsidi tiket pesawat tidak akan mengubah lanskap bisnis penerbangan yang terus-menerus tertekan. Subsidi tersebut tidak diperlukan secara strategis oleh maskapai, terutama Garuda, karena tidak akan memurahkan harga tiket dalam jangka panjang. Ia hanya menghindari Garuda merugi saat ratusan ribu kursinya dijual murah. Jadi, jelas bahwa subsidi atau stimulus pariwisata seharga Rp 500 miliar tersebut adalah kebijakan yang dari moralitas ekonomi Pancasila dan secara ekonomi strategis juga jauh panggang dari api.

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

6 hari lalu

Wasit Ahmed Al Kaf yang memimpin laga Bahrain vs Indonesia. Tangkapan Layar
Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

Presiden Joko Widodo mengungkapkan kekesalannya menyaksikan laga sepakbola Timnas Indonesia melawan Bahrain semalam.


Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

9 hari lalu

Gelaran Wayang Jogja Night Carnival di kawasan Tugu Yogyakarta Senin petang 7 Oktober 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

Pencopetan dilakukan dengan merobek tas milik korban saat mereka asyik dan fokus menonton Wayang Jogja Night Carnival


Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

9 hari lalu

Perhelatan event International Kitesurfing Exhibition 2023 di Laguna Pantai Depok Parangtritis Yogyakarta, Sabtu (26/8). Dok.istimewa.
Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

Pertunjukan seni tari Sendratari Sang Ratu pada Desember di kawasan Pantai Parangtritis


7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

11 hari lalu

Wisatawan berfoto di depan Istana Buckingham di London, Inggris, 24 Juni 2015. Istana Buckingham memiliki 775 ruangan termasuk 52 kamar tidur anggota kerajaan dan tamu, serta 188 kamar tidur untuk para pekerja. Rob Stothard/Getty Images
7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

Tempat yang terlalu ramai dan objek wisata yang tiketnya harus dibeli berbulan-bulan sebelumnya adalah dua hal yang perlu diketahui sebelum ke Inggris


Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

13 hari lalu

Ilustrasi koper. Freepik.com
Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

Penurunan tekanan atmosfer di ketinggian dapat menyebabkan botol dan kaleng bertekanan bocor dan mengotori isi koper.


HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

15 hari lalu

Gelaran Wayang Jogja Night Carnival pada 2022. (Dok. Istimewa)
HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

Event HUT Kota Yogyakarta telah dipersiapkan mulai Oktober hingga Desember 2024 di berbagai titik.


Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

24 hari lalu

IShowSpeed mencoba berjalan di antara dua pohon beringin di Yogyakarta. Tangkapan layar Youtube
Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

IShowSpeed memulai pengalaman menaiki andong di seputaran Malioboro dan berhenti di Pasar Beringharjo.


Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

34 hari lalu

DPRD DKI Jakarta mengadakan rapat pimpinan pengusulan nama Penjabat Gubernur (PJ Gubernur), menggantikan Heru Budi Hartono, Jumat, 13 September 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

DPRD mempertimbangkan pilkada sehingga mengusulkan tiga calon penjabat gubernur Jakarta tanpa Heru Budi.


Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

34 hari lalu

Ha Long Bay Vietnam (Pixabay)
Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

Aktivitas pariwisata berangsur-angsur normal di Ha Long Bay Vietnam. Penduduk setempat dan petugas fungsional telah membersihkan area tersebut.


Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

35 hari lalu

Airport Tray Aesthetic (Instagram/@vickirutwind)
Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

Tren Airport Tray Aesthetic memperlihatkan nampan bandara berisi barang-barang pribadi yang ditata rapi di nampan berwarna abu-abu.