Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pes

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Sebuah kota yang membosankan: Oran. Atau sebuah kota kecil yang bisa didefinisikan sebagai kebosanan: tanpa burung merpati, tanpa pepohonan, tanpa taman dan gemeresik daun-daun. Orang bekerja, bercintaan, dan mati dengan kedataran yang sama. Tak ada drama. Tak ada pathos. Gelora perasaan minimal. Penghuni Oran menyukai "kesenangan-kesenangan sederhana": pacaran, melirik lawan jenis, nonton bioskop, mandi-mandi di laut. Anak-anak muda memang bisa bergairah, tapi gairah yang cepat lewat. Orang-orang tua hanya main boules, kelereng sebesar jeruk bali yang dilemparkan ke arah depan, atau makan-makan di klub, atau berjudi: dosa kecil mereka....

Tiba-tiba, wabah berjangkit-dan dari novel Albert Camus La Peste (diterjemahkan Nh. Dini sebagai Sampar), wabah itu tidak hanya membawa kematian ratusan orang, tapi juga mengingatkan orang-orang apa arti mati dan hidup sebelum Ajal.

Pagi itu Dr Bernard Rieux menginjak mayat seekor tikus di tangga turun klinik bedah-tanda pertama wabah pes yang tak lama lagi mengancam Oran. Tapi sebelum itu ia hidup dengan mengambil jarak dari kota dan manusia. Cara ia melukiskan kota tempat ia bekerja sebagai dokter menunjukkan sikapnya: tanpa simpati, bahkan agak mencemooh.

Rieux, 35 tahun, tinggi sedang, dengan warna kulit agak gelap, dan rambut hitam cepak, tak punya tampang sebagai dokter bedah yang dihormati masyarakat. Seseorang mengatakan ia lebih mirip petani Sisilia, dengan tangan yang besar, cokelat, dan berbulu. Tapi dokter ini bekerja sebagai seorang profesional, tak kurang tak lebih. Praktis, rasional.

Ketika sampar mulai berjangkit dan makin luas, Rieux dengan tanpa lelah melawannya: meminta pemerintah kota menutup Oran agar pes tak menjalar lebih luas, mendirikan klinik untuk mengobati yang terjangkit, dan mengobati yang sakit. Baginya ini bukan soal heroisme. Ini hanya kepatutan yang biasa-sikap yang mungkin dicemooh dengan senyum oleh sebagian orang.

Baca Juga:

Tapi tanpa heroisme, Rieux justru menjadi tauladan orang-orang lain di tengah ancaman kematian di kota itu-setidaknya ancaman kelelahan. Tapi ia tetap lugas: "Saya tak ingin jadi orang suci," kata Rieux. "Saya hanya ingin jadi manusia."

Kedengarannya rendah hati. Tapi tidakkah itu sebuah keangkuhan juga? Tarrou, yang datang berkunjung ke Oran dan terlibat dalam usaha mencegah sampar membinasakan seantero kota, berkata: ia tak punya ambisi setinggi Rieux-menjadi manusia.

Yang agaknya tak diketahui Tarrou, Rieux sadar ia belum menjadi manusia: ia bertahan di Oran dengan kerja keras mengabdi, tapi sebenarnya ia tak cukup tergerak untuk mendampingi istrinya yang dirawat di sanatorium di luar kota. Rambert, wartawan yang terdampar di tengah wabah dan tak diberi izin Rieux untuk keluar dari Oran buat bergabung dengan kekasihnya, melihat apa yang tak ada pada dokter yang disebut "penyembuh sejati" itu: Rieux tak kenal perasaan cinta. "Tuan tak akan paham," kata Rambert. "Tuan pakai bahasa nalar, bukan hati. Tuan hidup dalam sebuah dunia abstraksi."

Diam-diam, Rieux segera mengakui itu.

Dengan abstraksi, dilema seorang Rambert hanya akan muncul sebagai satu kasus di antara kasus-kasus lain. Dengan abstraksi, Rambert hanya akan masuk hitungan sebagai salah satu penghuni (yang tak unik) Kota Oran. Dengan abstraksi, penderitaan orang banyak itu akan hanya dilihat sebagai salah satu contoh bencana dalam sejarah. Birokrasi, pencatat statistik, perumus ideologi, dan penulis theori malapetaka akan memandang wabah di Oran dengan detachment.

Juga dengan abstraksi, pemimpin agama-seperti Pastor Paneloux-akan melihat pes di kota itu hanya sebagai "akibat" dari "sebab": kesengsaraan adalah "akibat" dan "dosa" adalah sebabnya. Orang-orang agama, karena lebih sering menghadap Tuhan dan melalaikan manusia, lupa bahwa hubungan sebab-dan-akibat dalam hidup tak pernah lurus jelas. Para pengkhotbah selalu menyederhanakan riwayat manusia yang konkret, yang banyak segi, banyak lika-liku, bahkan banyak teka-teki.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Abstraksi adalah keangkuhan akal. Sikap jemawa itu tak mengakui hal-hal yang antah-berantah, yang tak terhingga aneka-ragamnya, yang bisa membuat manusia bingung, gembira, atau kesakitan.

Mungkin itu sebabnya ketika wajah wabah itu tampil konkret, perubahan sikap terjadi. Rieux, Paneloux, dan lain-lain menyaksikan dari dekat seorang anak yang pelan-pelan mati, dengan kesakitan, karena sampar. Sejak itu Paneloux ikut terjun ke dalam perlawanan terhadap pes; ia tak bisa menjawab mengapa seorang anak tak berdosa harus mengalami akibat yang mengerikan-sementara Tuhan tak menjawab.

Rieux, seorang atheis, tak pernah merisaukan misteri itu. Tapi ia makin tahu: karena tak ada Tuhan yang menunjukkan belas dan menolong anak itu, ia, seorang dokter, perlu datang menolong. Di dunia di mana Tuhan tidak bisa hadir dan adil-Tuhan dalam abstraksi-kitalah yang menegakkan keadilan.

"Tapi kemenangan-kemenanganmu tak akan pernah kekal," kata Tarrou.

Wajah Rieux muram sejenak. "Ya, aku tahu," katanya. "Tapi itulah sebabnya tak ada alasan berhenti memperjuangkan ini."

Dan kemudian pes mereda. Kota kembali pulih, pelan-pelan. Mungkin di Oran tetap tak ada merpati, desau daun di taman yang memikat. Tapi sebuah pengalaman membekas. Pengalaman itu tak mudah bahkan tak mungkin disimpulkan-kecuali secara tentatif dan sementara: lihat, ada yang lebih kuat ketimbang pes.

Yang lebih kuat itu adalah kemampuan bersetia-kawan dengan mereka yang jeritnya terdengar dan lukanya tampak....

Dari mana Tuan belajar ini, Dokter?

Dari penderitaan. Dan mereka yang tak berdaya.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.