Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Stigma karena Corona

image-profil

image-gnews
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat saat sosialisasi terkait virus Corona di  apartement Mediterania Residents, Kamis 6 Februari 2020. Tempo/Taufiq Siddiq
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat saat sosialisasi terkait virus Corona di apartement Mediterania Residents, Kamis 6 Februari 2020. Tempo/Taufiq Siddiq
Iklan

Wahyu Susilo
Direktur Eksekutif Migrant CARE

Sepekan sebelum virus corona mendominasi pemberitaan media massa, Migrant CARE telah menyampaikan kerisauannya dalam Migrant CARE Outlook 2020 pada 27 Januari 2020. Di situ, kami menggarisbawahi bahwa pekerja migran, yang memiliki tingkat mobilitas tinggi, rentan terpapar penyakit-penyakit menular sekaligus distigma sebagai penular dan pembawa penyakit tersebut.

Kini, ketika muncul wabah virus corona (Wuhan), pekerja migran pun rentan distigma sebagai penyebarnya. Stigma ini disandang karena tingkat mobilitas mereka yang tinggi dan berkelindan dengan pandangan diskriminatif yang selalu diarahkan kepada mereka.

Harus diakui, sejak di tahap persiapan keberangkatan, para calon pekerja migran harus menghadapi berbagai perlakuan diskriminatif, bahkan pelecehan dan kekerasan seksual untuk mendapatkan sertifikat pernyataan sehat serta memenuhi standar kesehatan sesuai dengan negara tujuan. Perlakuan diskriminatif itu antara lain biaya pemeriksaan yang lebih tinggi dibanding kelompok pekerja lain.

Pelecehan dan kekerasan seksual yang dikeluhkan antara lain diminta telanjang dan dipegang organ-organ tubuh vitalnya dengan alasan pemeriksaan anatomi tubuh. Tindakan yang tidak sesuai dengan etika ini kadang disertai ancaman bahwa mereka bisa dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Studi Solidaritas Perempuan dan CARAM Asia (2006) menunjukkan beberapa kasus pekerja migran Indonesia yang dipaksa untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS dengan cara-cara yang melanggar hak privasi.

Baca Juga:

Dalam dua dekade terakhir ini, kawasan utama tujuan pekerja migran Indonesia, yakni Timur Tengah dan Asia Timur, memang mewabah penyakit penular yang menyerang saluran pernapasan dan melemahkan kekebalan tubuh. Pada 2003, merebak virus sindrom pernapasan akut berat (SARS). Hong Kong, Singapura, dan Cina adalah kawasan yang terkena dampak virus ini. Beberapa pekerja migran Indonesia yang pulang dari kawasan tersebut harus diobservasi karena diduga terpapar virus SARS, tapi mayoritas di antara mereka terbukti negatif.

Yang patut disayangkan dari kasus SARS adalah adanya reaksi yang kontraproduktif dari beberapa wilayah dalam menghadapi wabah ini. Alih-alih menerapkan standar penanganan wabah sesuai dengan panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang dilakukan malah membuat kebijakan diskriminatif terhadap pekerja migran yang baru pulang. Bupati Kendal bahkan sempat mengeluarkan kebijakan wajib lapor dan karantina bagi mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 2015, virus sejenis juga merebak di Timur Tengah sehingga dinamakan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Sempat muncul kepanikan massal pada waktu itu, bahkan sempat mencuat wacana untuk memulangkan semua pekerja migran Indonesia di sana. Wacana ini juga membuat kalang kabut persiapan keberangkatan haji yang berjumlah ratusan ribu orang.

Mirip dengan reaksi terhadap SARS, yang tampak hanyalah kepanikan dengan menstigma pekerja migran sebagai pembawa virus MERS. Namun tak ada yang sigap menjalankan langkah-langkah penanganan sesuai dengan panduan WHO.

Dalam merespons wabah penyakit menular terkadang ada kekhawatiran berlebih dari masyarakat yang jauh dari sumber penyebaran ketika mereka, yang diduga sebagai pembawa virus tersebut, berada di dekat mereka. Psikologi massa ini bisa disebut sebagai sindrom "not in my back yard" (NIMBY).

Berkaca pada sikap reaksioner pada masa lalu, kita perlu menjadikannya pembelajaran untuk penanganan wabah corona saat ini. Pemerintah Indonesia harus diapresiasi ketika menjalankan prosedur sesuai dengan panduan WHO dalam melakukan evakuasi dan observasi terhadap para warga negara Indonesia yang tinggal di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Meski demikian, pemerintah juga harus tetap bersiaga untuk mengantisipasi perluasan wabah ini di wilayah Hong Kong dan Taiwan, tempat ratusan ribu pekerja migran Indonesia berada. Dari dua kawasan ini, mobilitas pulang-pergi dari dan ke Cina daratan adalah sesuatu yang tak terhindarkan.

Menurut laporan BBC, wabah corona juga membuka kotak pandora keberadaan para pekerja migran Indonesia (yang mayoritas tidak berdokumen resmi) yang bekerja di Cina daratan. Jumlah mereka sekitar 10 ribu orang dan muncul keresahan di antara mereka karena status kerjanya tidak berdokumen. Mereka memiliki keterbatasan ruang gerak dan tak memiliki jaminan perlindungan kesehatan. Hal inilah yang harus menjadi perhatian pemerintah, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri, untuk tetap memastikan mereka terlayani agar terhindar dari wabah corona.

Kita perlu belajar dari pemerintah Singapura ketika mengumumkan kasus wabah corona. Dengan mengedepankan perlindungan data pribadi dan tidak memberikan stigma, pemerintah Singapura menyatakan bahwa penanganannya sesuai dengan prosedur WHO sehingga tidak menimbulkan kepanikan massal.

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

15 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


17 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

23 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

27 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

42 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

43 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.