Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Prospek Suram Proposal Perdamaian Palestina-Israel

image-profil

image-gnews
Presiden AS Donald Trump tiba bersama putri dan penasihat senior Ivanka Trump untuk KTT Gedung Putih tentang Perdagangan Manusia di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, AS, 31 Januari 2020. [REUTERS / Leah Millis]
Presiden AS Donald Trump tiba bersama putri dan penasihat senior Ivanka Trump untuk KTT Gedung Putih tentang Perdagangan Manusia di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, AS, 31 Januari 2020. [REUTERS / Leah Millis]
Iklan

Ibnu Burdah
Pemerhati Timur Tengah dan dunia Islam, dan dosen UIN Sunan Kalijaga

Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya mengumumkan rencana proposal perdamaian Palestina-Israel, yang selama satu setengah tahun ini masih sayup-sayup terdengar. Beberapa pemimpin Arab pendukung Amerika dan media sempat menyebut rencana itu sebagai "Kesepakatan Abad-21". Sebab, ambisi dari rencana itu konon sangat besar, yakni penyelesaian konflik Palestina-Israel yang mencakup semua isu kunci. Target dari rencana ini adalah terwujudnya perdamaian final dan menyeluruh. Padahal dapat mencapai kemajuan parsial sedikit saja dalam isu ini sudah dianggap prestasi mentereng.

Baca Juga:

Amerika, sebagai sponsor perdamaian selama tiga dekade, gagal mendorong terciptanya perdamaian atas konflik yang telah berlangsung sejak abad ke-20 itu. Sudah beberapa kali Presiden Amerika berganti dan hampir semuanya menyodorkan program perdamaian Palestina-Israel. Berbagai formula juga sudah dicoba, dari yang disorot gebyar kamera hingga yang menggunakan jalur rahasia; dari negosiasi langsung hingga negosiasi melalui perantara. Hampir semua usaha sudah dicoba.

Hasilnya adalah kegagalan dan bentangan pesimisme dunia bahwa perdamaian itu dapat diwujudkan. Presiden Amerika sebelumnya biasanya sangat berhati-hati dalam menyentuh isu-isu kunci dalam perdamaian Israel-Palestina. Salah langkah sedikit, rencana yang sudah disusun sangat matang dan panjang bisa buyar seketika.

Trump memang berbeda. Arah dari rencana perdamaiannya memang semakin jelas dan detail. Yang membedakan adalah sikap Trump. Ia bukan hanya tidak berhati-hati dalam menangani persoalan yang sangat sensitif ini, tapi juga terkesan sangat sembrono, angkuh, dan "brutal". Tak ada Presiden Amerika yang mendorong proses perdamaian dengan caranya.

Proposal itu tak layak disebut datang dari negara mediator. Proposal itu lebih layak disebut berasal dari salah satu pihak dalam negosiasi. Jelasnya adalah pihak Israel. Proposal itu menyuarakan hampir semua keinginan Israel mengenai isu-isu kunci. Kendati detail proposal itu belum disampaikan ke publik, gambarannya sudah cukup jelas.

Masalah Yerusalem yang sangat sensitif itu akan diselesaikan dengan cara yang benar-benar brutal. Ia sepertinya tak akan dinegosiasikan. Kota suci dan kota terbesar di Israel itu akan langsung menjadi bagian dari kekuasaan Israel, sebagaimana situasi de facto saat ini, dan akan menjadi ibu kota Israel.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kebijakan Trump belakangan ini memang mengarah ke sana. Pemerintahan Trump sudah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, lalu memindahkan kantor kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Ia juga mendorong negara-negara lain untuk mengikuti langkah yang kontroversial dan jelas bertentangan dengan resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut. Ia tutup telinga terhadap kritik keras dan luas dari masyarakat dunia.

Reaksi Palestina tentu mudah ditebak. Kendati diiming-imingi dengan bantuan ratusan triliun rupiah, para pemimpin Palestina bereaksi sangat keras atas usul ini. Ini semacam penghinaan terhadap mereka, meskipun mereka juga tak punya pilihan yang memadai. Reaksi jalanan akan lebih keras jika sampai pemimpin Palestina maju ke perundingan dengan formula tersebut. Proposal ini sangat berpotensi memicu protes yang cukup luas di kalangan rakyat Palestina, sebagian masyarakat Arab, dan dunia Islam. Proposal ini juga berpotensi memicu kekacauan dan hampir mustahil dapat mewujudkan perdamaian sesungguhnya.

Apalagi, dalam masalah-masalah sensitif lain, proposal Trump juga sangat berpihak kepada Israel. Ia mendukung permukiman Yahudi di Tepi Barat dan menganggapnya sebagai perkembangan alamiah, tidak lagi ilegal. Kebijakan Trump memang mengarah pada pelegalan permukiman Yahudi di wilayah yang disengketakan. Tentu ini juga bertentangan dengan beberapa resolusi PBB yang dikeluarkan setelah perang 1967 dan 1973. Dalam masalah pengungsi, pernyataan Trump juga mengejutkan: tak akan ada hak pulang bagi jutaan pengungsi Palestina.

Isu terakhir ini sebetulnya hampir tak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat. Penyebutan masalah ini hanya akan memperburuk situasi dan memperkuat penolakan Palestina. Tapi tujuan diumumkannya proposal ini sepertinya memang bukan untuk mendorong kedua pihak kembali berunding secara sungguh-sungguh, melainkan untuk memprovokasi situasi dan memuaskan kelompok kanan, baik di Israel maupun Amerika. Dilemparnya isu luar negeri ini bisa jadi hanya untuk mengerek popularitas Trump di Negeri Abang Sam dan Netanyahu di Israel, guna menghadapi pemilihan umum di negara masing-masing yang sudah sangat dekat.

Demikian juga dalam masalah perbatasan. Porsi wilayah Palestina semakin kecil. Delapan kota, sebagaimana dalam Perjanjian Oslo II, masih tetap di pihak Palestina, tapi wilayahnya mengecil dan makin terpecah-pecah oleh permukiman Yahudi.

Singkatnya, sulit membayangkan proposal ini akan mewujudkan perdamaian Palestina-Israel. Proposal ini justru berpotensi memancing kerusuhan di akar rumput. Tak ada yang diuntungkan dari proposal ini, kecuali untuk kepentingan politik Trump dan Netanyahu serta kelompok Israel garis kanan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

25 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.


Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

15 Januari 2024

Mantan Menkominfo Johnny G. Plate divonis 15 tahun penjara setelah ditetapkan sebagai tersangka pada 17 Mei 2023 dalam kasus korupsi proyek pembangunan Base Transceiver Station (BTS) 4G yang dikerjakan Kemenkominfo. Johnny bersama sejumlah tersangka lainnya diduga melakukan pemufakatan jahat dengan cara menggelembungkan harga dalam proyek BTS dan mengatur pemenang proyek hingga merugikan negara mencapai Rp 8 triliun. TEMPO/M Taufan Rengganis
Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

PPATK menemukan 36,67 persen aliran duit dari proyek strategis nasional mengalir ke politikus dan aparatur sipil negara. Perlu evaluasi total.