Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gus Dur Setelah Satu Dekade

Oleh

image-gnews
Asri Nugroho, pelukis asal Surabaya menyelesaikan lukisan wajah KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dalam Pameran 100 hari Gus Dur di Malang, Jawa Timur, Minggu (28/3) Pameran  yang diadakan untuk menghormati jasa-jasa Gus Dur tersebut menampilkan 191 lukisan karya 135 pelukis dari 10 kota dan berlangsung hingga tanggal 1 April mendatang. Foto ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Asri Nugroho, pelukis asal Surabaya menyelesaikan lukisan wajah KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dalam Pameran 100 hari Gus Dur di Malang, Jawa Timur, Minggu (28/3) Pameran yang diadakan untuk menghormati jasa-jasa Gus Dur tersebut menampilkan 191 lukisan karya 135 pelukis dari 10 kota dan berlangsung hingga tanggal 1 April mendatang. Foto ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Iklan

Dalam obituarinya, dia disebut sebagai bapak pluralisme karena berani dan konsisten membela kelompok minoritas, seperti keturunan Cina dan muslim Ahmadiyah. Itulah warisan tak ternilai dari Abdurrahman Wahid, yang biasa disapa Gus Dur, kepada republik ini.

Warisan itu kini dirawat oleh empat putrinya: Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh, Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Lewat The Wahid Institute dan Jaringan Gusdurian, jaringan luas masyarakat pendukung ajaran-ajaran Gus Dur, mereka aktif menyebarkan paham toleransi, pluralisme, dan Islam yang damai; menggelar dialog lintas agama, bahkan mengangkat isu mutakhir seperti antikorupsi.

Semasa hidupnya, Gus Dur tidak sekadar berbicara soal demokrasi atau toleransi. Cucu pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asy’ari, ini mempraktikkannya langsung dalam kehidupan sehari-hari. Tak lama setelah dilantik sebagai presiden pada 1999, ia menghadiri perjamuan Natal di Jakarta dan berpidato tentang perlunya bersaudara dengan orang yang berbeda agama. Itu terjadi ketika isu pengharaman atas perayaan Natal bagi muslim telah merebak.

Ketika menjadi Ketua Umum Pengurus Besar NU, dialah yang pertama kali memerintahkan Barisan Serbaguna Gerakan Pemuda Ansor atau Banser menjaga gereja-gereja di malam Natal. Bila melihat sikap Gus Dur yang menyejukkan seperti itu, kita patut bertanya mengapa masih ada ulama NU yang malah mengeluarkan imbauan agar pejabat pemerintah tak memakai salam pembuka semua agama dalam berpidato.

Di masa kepresidenan Gus Dur, Konghucu diakui sebagai agama dan Imlek menjadi hari libur nasional. Dialah presiden dan ulama pertama yang meminta maaf atas kekerasan antikomunis pada 1965. Dia pula yang mengembalikan nama Papua, yang selama Orde Baru disebut sebagai Irian Jaya, dan tak melarang pengibaran bendera Bintang Kejora milik rakyat Papua.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di tengah krisis kepemimpinan dan keteladanan politik seperti sekarang, sosok seperti Gus Dur menjadi harapan banyak orang. Pandangan dan sikapnya kini makin relevan ketika intoleransi dan diskriminasi makin meningkat. Badan Pusat Statistik mencatat, pada 2019, sebanyak 20 dari 34 provinsi mengalami penurunan kebebasan berkeyakinan. Hasil penelitian Wahid Institute juga menunjukkan kenaikan pelanggaran kebebasan berkeyakinan dan beragama, dari 265 kasus pada 2017 menjadi 276 pada 2018.

Kita juga risau karena kalangan ulama justru sering memicu sikap intoleran. Dipimpin Ma’ruf Amin, Majelis Ulama Indonesia bahkan pernah mengeluarkan berbagai seruan, seperti fatwa tentang kesesatan Ahmadiyah pada 2008 serta fatwa tentang muatan penistaan Al-Quran dan ulama dalam pidato Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada 2016. Beberapa fatwa MUI juga mendorong diskriminasi terhadap kelompok-kelompok rentan, seperti perempuan serta lesbian, gay, biseksual, dan transgender.

Gus Dur tentu bukan orang yang sempurna. Namanya dulu sempat terseret dalam skandal "Buloggate": tukang pijitnya, Soewondo, terbukti terlibat korupsi dana Yayasan Bina Sejahtera Badan Urusan Logistik senilai Rp 35 miliar. Dalam skandal "Bruneigate", Gus Dur dituding menyalahgunakan sumbangan dana dari Sultan Brunei. Keterlibatan Gus Dur tak pernah terbukti secara hukum, tapi dua isu itu telanjur dimanfaatkan lawan politik sehingga akhirnya dia harus lengser.

Pemimpin yang berhasil akan dinilai dari penerimaan publik setelah dia tiada, bukan dari puja-puji pendukungnya ketika dia masih berkuasa. Gus Dur telah menjadi contoh nyata figur presiden yang tetap dicintai rakyat setelah dia tidak ada lagi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.