Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

500 Tahun yang Lalu

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Tidore, laut, benteng Eropa tua: ada yang tak terhapus dari pulau kecil yang bersih dan tenang ini. Di sini, 500 tahun yang lalu, sejarah dan peta bumi saling membentuk, saling mengecoh.

Di Tidore riwayat ini bisa dimulai pada 8 November 1521. Tiga jam setelah matahari terbenam, dua kapal Portugis memasuki pelabuhan. Para awaknya bukan lagi pasukan perkasa. Mereka sisa-sisa rombongan manusia pertama yang-dengan perjalanan laut yang amat lama dari Spanyol, dan dengan korban jiwa yang besar-menjadi saksi yang letih tapi tangguh bahwa bumi memang bulat dan pulau rempah-rempah memang ada.

Di bandar itu mereka melego jangkar, memberi salam ke Kerajaan Tidore dengan tembakan meriam.

Tapi ini hanya bagian cerita yang panjang.

Sudah lama, seorang penjelajah Portugis, Magellan, atau Fernão de Magalhães, ingin menemukan pulau pala, merica, dan cengkih di Timur yang masih antah-berantah. Ia, yang pernah ikut pasukan Portugis menyerang Malaka, beberapa ratus mil dari Sumatera, sebenarnya bisa bertolak dari sebuah pelabuhan di Asia untuk mencapai Maluku. Tapi ketegangan hubungan internasional waktu itu mendorongnya ke rencana besar yang berbeda-dan cocok: Magellan adalah segumpal baja dengan ambisi untuk menjelajah, menemukan, menaklukkan.

Ia yakin bumi bulat, mengikuti theori Columbus. Maka seperti Columbus yang bermaksud ke Tiongkok, ia berlayar ke arah barat, melalui Lautan Atlantik. Dengan lima kapal yang kemudian dikenal sebagai "Armada de las Molucas" (Armada Maluku), Magellan, pada usia 39 tahun, angkat sauh dari Sevilla, Spanyol. Tapi berbeda dengan Columbus, ia tak berhenti di tepi Benua Amerika. Ia menyusuri-sampai jauh ke selatan-daratan yang waktu itu belum jelas ujungnya.

Akhirnya ia temukan apa yang didesas-desuskan para pengelana selama ini: sebuah celah di selatan wilayah Cile dan Argentina yang menghubungkan Atlantik dengan sesuatu (diduga laut) di bagian sana bumi.

Selama 36 hari sang penjelajah menembus celah yang rumit sepanjang 600 kilometer itu. Di ujung selat yang kemudian disebut "Selat Magellan" itu tampak apa yang ia namakan, dengan lega, "Laut Teduh".

Ia tahu, bila ia lintasi laut itu, ia akan sampai ke tujuannya: Maluku. Tapi ia tak tahu bahwa yang harus diarunginya sebenarnya sebuah lautan yang tak teduh yang nyaris tak bertepi: sebuah samudra yang kemudian disebut "Pasifik". Dengan awak kapal yang kelaparan dan berjatuhan mati, ia bertahan maju di tengah gelombang, dengan disiplin yang brutal.

Tiga bulan kemudian baru ia temukan sebuah daratan. Ia bersua dengan manusia....

Lima ratus tahun yang lalu, dunia diubah dari Eropa. Dengan ambisi dan keberanian, dengan iman kepada Tuhan dan keserakahan.

Ketika itu Amerika belum dipastikan bentuknya di atas peta, Tiongkok hanya rumor, dan rempah-rempah adalah benda berharga yang datang entah dari pojok timur mana. Dari Lisabon dan Madrid, dua pusat negara adikuasa di abad ke-15, geografi hanya tampak sebagai rute penaklukan sebuah dunia yang tak jelas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 18 Juni 1452, Paus Nikolas V mengeluarkan bulla atau "fatwa" Dum Diversas yang memberikan wewenang kepada Raja Portugal, Alfonso V, untuk memperbudak "muslim, orang kafir, dan musuh Kristus", Sarracenos et paganos aliosque Christi inimicos, selama-lamanya. Semula cuma di Afrika. Empat tahun kemudian, fatwa Inter Caetera menganugerahi Pangeran Henrique seluruh tanah dan penduduk yang ditemukan. Pada Juni 1494, Paus Aleksander VI dengan "Traktat Tordesillas" membagi bola dunia jadi dua: sebelah barat buat Spanyol, sebelah timur buat Portugis.

Agaknya itulah pikiran takhta Vatikan tentang planet bumi di abad ke-15: jemawa dan keliru. Di luar Takhta Suci, sejarah penuh tikungan yang tak bisa dibaca fatwa dan geografi.

Ketika Magellan akhirnya sampai di pulau-pulau yang kini disebut "Filipina", ia disambut penduduk setempat dengan bersahabat. Bahkan di Pulau Cebu hampir tanpa kesulitan laksamana Portugis yang bekerja buat Raja Spanyol itu berhasil membuat penduduk "kafir" itu beramai-ramai memeluk Kristen. Tapi tak mudah mengetahui sejauh mana iman baru itu diterima.

Jika kita baca terjemahan Relazione del primo viaggio intorno al mondo yang disusun Pigafetta (orang Italia yang merekam penjelajahan Armada Maluku mengelilingi bumi), upacara "masuk-Kristen" itu lebih mengesankan sebagai keramaian menyambut tamu yang menawarkan hal-hal menarik. Magellan mungkin terkecoh. Ia tampak menerima saudara seimannya yang baru itu dengan antusias; ia bersedia bertempur membela mereka dalam konflik dengan suku lain. Tapi orang Eropa ini salah memperkirakan kemampuan diri dan anak buahnya. Dalam pertempuran dengan pasukan musuh, ia terbunuh. Tentaranya kalah.

Magellan wafat. Itu tiga tahun setelah ia memulai misinya yang panjang. Pigafetta kemudian bercerita, persinggahan mereka di Cebu ditutup dengan jebakan: pada suatu hari, sisa-sisa warga kapal Spanyol diundang ke perjamuan. Mereka datang. Mereka dibantai.

Yang tersisa, setengah rombeng, melanjutkan perjalanan menuju tujuan: ke Maluku.

Dan mereka sampai di Tidore.

Tidore amat ramah. Sultan Almansur menyambut sendiri orang-orang asing itu dengan naik ke kapal. Ia, seorang muslim, yang dalam fatwa Paus harus dijadikan budak, adalah tuan rumah yang demikian antusias hingga-dalam ingatan Pigafetta-ingin menyebut Tidore "Castiglia", sebagai tanda pertalian dengan Raja Spanyol.

Tapi Almansur bukan tanpa perhitungan politik. Kepulauan Rempah-rempah, buku sejarah Ternate-Tidore yang disusun M. Adnan Amal, menggambarkan dengan jelas bagaimana Kerajaan Tidore ingin menggunakan Spanyol buat mengimbangi pengaruh politik dan ekonomi Portugis di Maluku. Di sini tak ada Christi inimicos, "musuh Kristus"; yang ada hanya manusia yang punya iman dan desain kekuasaan yang berbeda.

Roma, Lisabon, Madrid, siapa saja, akhirnya terbentur: peta dunia bisa diubah sejarah, tapi sejarah bukan peta yang rata. Di Pulau Tidore, laut yang cantik dan benteng yang kini kehilangan keangkeran itu seakan-akan saling mengingatkan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

9 hari lalu

Andi Timo Pangerang. Foto: Facebook
Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

15 hari lalu

Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam / klitih / perampokan. Shutterstock
Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

Unit Reskrim Polsek Grogol Petamburan Jakarta Barat mengungkap motif di balik aksi begal ponsel di warteg wilayah Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

18 hari lalu

Vidi Aldiano mengunggah foto dirinya saat bertolak ke Koh Samui, Thailand untuk menjalani terapi melawan kanker ginjal. Foto: Instagram.
Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

Vidi Aldiano mengaku mengalami serangan kecemasan saat transit di Bandara Changi, Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Thailand untuk terapi.


PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

21 hari lalu

Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti saat menyampaikan sambutannya pada acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging di PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (UID Jaya) pada Rabu, 3 Juli 2024.
PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

PT PLN (Persero) melakukan langkah besar dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan menandatangani 30 set Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging.


Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

26 hari lalu

Film Detective Pikachu merupakan film Pokemon live-action pertama dan dikemas lebih modern.
Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

Adaptasi film yang diambil dari video game menawarkan pengalaman menarik dan menghibur bagi penonton segala usia.


Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

43 hari lalu

Antisipasi Lonjakan Harga menjelang Idul Adha, Dinas Perdagangan Kota Palembang Adakan Pasar Murah. TEMPO/ Yuni Rohmawati
Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Perdagangan (Disdag) menggelar pasar murah menjelang hari Raya Idul Adha 2024


Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

57 hari lalu

Salah satu industri game dunia Sony and XBOX ONE, mengikuti pameran ini. Industri game di Inggris menyumbang GDP terbesar bagi Inggris, dengan total nilai transaksi mencapai  1.72 milyar poundsterling. Birmingham, Inggris, 24 September 2015.  M Bowles / Getty Images
Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

Asosiasi game nasional mendesak realisasi Perpres Nomor 19 tahun 2024 soal pengembangan industri game nasional sebelum rezim berganti.


Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

58 hari lalu

Gajah-gajah saat menyiram wisatawan saat berkunjung ke Tangkahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Gajah-gajah tersebut digunakan bagi wisatawan untuk trekking keliling kawan ini. Tempo/Soetana Monang Hasibuan
Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

Tangkahan dijuluki sebagai The Hidden Paradise of North Sumatra, karena letaknya yang tersembunyi dengan keindahan alam yang masih alami,


Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

58 hari lalu

Pekerja tengah menyelesaikan proyek pembangunan rumah subsidi di kawasan Sukawangi, Bekasi, Jawa Barat, Senin, 6 Februari 2023. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. targetkan 182.250 unit KPR FLPP dan Tapera, seiring dengan rasio jumlah kebutuhan rumah (backlog) masih tinggi mencapai 12,75 unit. Tempo/Tony Hartawan
Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

Tapera adalah penyimpanan dana yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu


Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

59 hari lalu

Telaga Merdada terlihat dari atas ketinggian 2.500 meter, di Dieng, Banjarnegara, (4/10). Penghujung musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Aris Andrianto/Tempo
Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

Pada Juni hingga Agustus, suhu udara di ketinggian Dieng mencapai nol derajat Celcius, bahkan minus.