Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mimpi Muskil Penurunan Emisi

Oleh

image-gnews
Paviliun Indonesia di arena Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-24 atau COP24 di Katowice, Polandia, menjadi salah satu paviliun yang ramai dikunjungi.  ANTON SEPTIAN
Paviliun Indonesia di arena Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-24 atau COP24 di Katowice, Polandia, menjadi salah satu paviliun yang ramai dikunjungi. ANTON SEPTIAN
Iklan

Gagalnya Konferensi Perubahan Iklim Ke-25 di Madrid, Spanyol, pekan lalu, merumuskan dokumen operasional untuk melaksanakan Perjanjian Paris mencerminkan rendahnya komitmen pemerintah dan elite politik dunia dalam mengatasi bahaya pemanasan global. Kenyataan ini sungguh ironis mengingat kepedulian publik terhadap ancaman krisis iklim belakangan justru meningkat.

Tanpa peraturan pendukung yang jelas, pemberlakuan Perjanjian Paris pada 2020 terancam gagal. Tak tuntasnya pembahasan di Konferensi Madrid membuat berbagai skema perdagangan karbon dan mekanisme kerja sama internasional untuk bersama-sama menurunkan emisi karbon dunia tak bisa mulai dirumuskan. Alotnya negosiasi 197 negara peserta konferensi menandakan mitigasi perubahan iklim belum menjadi prioritas utama semua negara.

Tak terkecuali Indonesia. Padahal hasil Konferensi Madrid ini jelas merugikan pemerintah. Target Presiden Joko Widodo mengurangi emisi sebesar 41 persen-atau sama dengan 1,081 gigaton setara karbon-dengan bantuan internasional pada 2030 terancam gagal tanpa skema finansial yang jelas di tingkat global.

Karena itu, sungguh disayangkan pemerintah Indonesia tak menyampaikan rencana aksi yang lebih konkret dan ambisius di Madrid. Target Indonesia menurunkan emisi sebesar 29 persen pada 2030 tanpa bantuan internasional pun tak diperbarui sama sekali. Padahal target itu sudah ditetapkan sejak awal pemerintahan Jokowi tiga tahun lalu.

Tanpa komitmen yang tegas dan rencana yang matang, tak aneh jika banyak orang pesimistis Indonesia bakal mencapai target penurunan emisi sesuai dengan rencana. Apalagi posisi Indonesia sebagai penghasil emisi terbesar keempat di dunia terutama didorong dua faktor: kebakaran hutan yang dipicu perluasan perkebunan sawit dan penggunaan energi berbasis fosil seperti batu bara. Bukan kebetulan jika keduanya merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Inkonsistensi ini merupakan hambatan utama dalam strategi mitigasi perubahan iklim pemerintah. Di satu sisi, pemerintah berjanji menambah porsi energi baru dan terbarukan dalam bauran sumber energi nasional, tapi pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara terus dilakukan. Ketika banyak negara meninggalkan energi fosil, pemerintah malah kian terus menggenjot konsumsi batu bara di dalam negeri.

Soal sawit juga demikian. Pembukaan hutan dan lahan untuk perkebunan sawit jelas-jelas memperparah rekam jejak kita tentang emisi karbon. Laju hilangnya hutan di Indonesia sudah sangat parah, dengan tingkat deforestasi 2,5 juta hektare per tahun. Namun, ketika Uni Eropa mengingatkan dan mengancam menutup pasarnya dari ekspor sawit Indonesia, pemerintah malah mendorong penggunaan sawit untuk bahan bakar kendaraan bermotor di dalam negeri.

Sikap plintat-plintut semacam ini merugikan rakyat. Banyak warga kita yang sudah menjadi korban cuaca yang terus berubah, juga kenaikan suhu dan permukaan laut. Sudah saatnya pemerintah satu suara soal mitigasi perubahan iklim. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan jelas tak bisa menjadi satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab mengenai penurunan emisi. Ini persoalan besar yang melibatkan lintas kementerian dan lembaga.

Presiden Jokowi harus turun tangan langsung dan menjadi panglima dalam program pengurangan emisi. Tanpa komitmen dan dukungan dari kepala negara, pemenuhan target penurunan emisi akan selamanya jauh panggang dari api, muskil tergapai.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.