Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Malaikat

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Anak itu, berumur 16 tahun, datang untuk mengingatkan bahwa di dunia ada warga yang tak pernah didengar: mereka yang akan lahir kelak.

Greta Thunberg. Dua hari dua malam lamanya ia menyeberangi Samudra Atlantik. Di atas kapal layar berukuran 18 meter, tanpa toilet, dengan tempat tidur dan makanan yang minimal, ia, ditemani ayahnya, menuju New York. Ia datang untuk berkata kepada wakil-wakil bangsa di atas bumi tentang sebuah masa depan. Persisnya, masa depan yang rusak binasa.

Sejak zaman dahulu, sejak Jeremiah dalam kisah para nabi, selalu ada orang yang memperingatkan akan datangnya malapetaka, meskipun diabaikan. Di abad ke-15 di Italia pelukis Michelangelo menggambarkan Jeremiah duduk dan menangis. Di abad ke-19 orang di Jawa mengenal puisi yang menyebut dengan cemas akan datangnya "Jaman Kalabendu"-tembang yang pernah saya dengar dibawakan pengamen di sisi angkringan nasi liwet.

Greta mirip itu. Yang membedakan: ia sendiri bagian dari hidup yang rusak yang akan datang.

Setengah abad lagi, Greta akan masih berumur 66 tahun. Ia mungkin, bersama jutaan manusia yang akan lahir esok-warga bumi yang tak didengarkan-akan menyaksikan New York, Venezia, Jakarta runtuh ke laut seperti dalam film apokalipse. Setengah abad yang akan datang, karena lingkungan yang rusak, bumi akan sekian derajat lebih panas, gunung es di kutub meleleh, laut meluap, dan kota-kota di pantai tenggelam. Setengah abad lagi nanti, para pemimpin politik dan bisnis yang tak mencegah datangnya Kalabendu itu tak akan menyaksikannya.

Nubuat Jeremiah dikukuhkan agama-agama. Greta tidak. Ia didukung sesuatu yang lain: Unite Behind Science, itu slogannya. Anak Swedia ini memanfaatkan prestasi sains abad ke-21 yang menunjukkan sesuatu yang buruk sedang menghadang manusia.

Betapa beda dengan masa silam. Ilmu-ilmu di abad ke-17 Eropa, matematika, ilmu pengetahuan alam, fisika, dan astronomi, membawa kabar baik. Orang menyebut datangnya "Pencerahan". Di abad ke-18, di Prancis yang diubah revolusi, Condorcet dan Turgot melihat ke masa depan dengan keyakinan, semua akan beres. Penemuan ilmiah dan kebebasan politik akan saling mendukung dan mendatangkan kesejahteraan. Kemajuan, progress, itulah arah sejarah.

Di abad ini, Greta mewarisi pengalaman yang ambigu. "Kemajuan"-teknologi yang kian canggih, informasi yang bebas, kemerdekaan berpikir dan bersuara-telah membuat hidup lebih baik, juga hidup Greta. Tapi "Pencerahan" membawa bencananya sendiri. "Kemajuan" ternyata bergerak bersama kapitalisme yang melembagakan ketimpangan sosial, mengisap jasad dan jiwa. Mesin-mesin memperluas kemampuan manusia menguasai alam dan manusia lain. Teknologi membantu efektifnya kekuasaan represif Hitler dan Stalin. Penemuan sains memungkinkan bom atom yang meluluhlantakkan kota ke dalam puing beracun.

Manusia tak lagi mesra dengan alam. Ia terasing dari benda-benda di sekitarnya. Itulah yang di tahun 1940-an, di awal Perang Dunia II, terkenal sebagai suara muram Adorno dan Horkheimer dalam Dialektik der Aufklärung (Dialektika Pencerahan): "Dalam hubungannya dengan benda-benda, ‘Pencerahan’ berdiri seperti hubungan diktator dengan manusia. Ia tahu sejauh mana ia bisa memanipulasi mereka. Manusia ilmu mengenal benda-benda sampai demikian jauh, hingga dapat memproduksi mereka." Maka benda-benda itu tak lagi ada dalam sebuah dunia mereka sendiri, melainkan ada "untuk-si-dia", untuk sang manusia [ilmu]. Dadurch wird ihr An sich Für ihn.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hutan tropis, tanah perawan, sungai dan laut bebas, semua ditata untuk dihitung dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia-yang makin lama tak kenal batas. "Kemajuan" akhirnya ibarat dorongan deras ke arah kebahagiaan-atau apa pun keadaan yang dijanjikan-tapi kemudian yang dijumpai hanya sampah dan puing-puing.

Itukah yang diceritakan Greta dan para aktivis lingkungan dan ilmuwan tentang masa depan yang penuh sesak plastik, udara yang kotor, bumi yang panas, kali yang kering, laut yang mengganas? Bahwa sejarah akan membawa kita ke kehidupan yang bertentangan dengan yang dulu dijanjikan baik oleh kapitalisme maupun sosialisme?

Di tahun 1940-an, ketika Hitler mengerahkan tentara dan mesin untuk menaklukkan wilayah di luar Jerman-seraya membasmi orang Yahudi dan lain-lain-Walter Benjamin menuliskan "tesis"-nya tentang filsafat sejarah. Dalam tesis IX yang terkenal ia berbicara tentang "malaikat sejarah" yang wujudnya ia bayangkan mirip gambar Paul Klee, Angelus Novus.

Malaikat itu, tulis Benjamin, tampak menjauh dari yang ditatapnya. Matanya terbuka lebar, mulutnya ternganga, dan sayapnya terentang. Tapi wajahnya menghadap ke masa lalu. Rangkaian kejadian dalam hidup kita baginya tampak sebagai malapetaka yang satu. Reruntuhan terbuncang ke arah kakinya. Sang malaikat ingin berhenti sejenak, untuk membangunkan mereka yang telah mati dan menyusun kembali apa yang telah luluh-lantak. Tapi, tulis Benjamin pula, sebuah taufan keras menderu dari Surga, menjepit sayap sang malaikat hingga tak bisa dikatupkan. Taufan itu mendorongnya ke masa depan, dan ia tak mampu bertahan. Sementara itu, ia tak bisa memandang ke masa depan itu, karena ia membelakanginya, ketika tumpukan reruntuhan semakin tinggi. Kata Benjamin: "Adapun taufan itulah yang kita sebut ‘kemajuan’."

Walter Benjamin bunuh diri setelah menulis itu. Ia lari dari kejaran pasukan Nazi.

Begitu muramkah sejarah? Dan tak ada pilihan lain bila malaikat itu kita anggap perumpamaan bagi sosialisme yang akhirnya tak berbeda dengan kapitalisme: didorong "kemajuan" yang celaka?

Di tiap zaman Jeremiah terdengar berlebihan, tapi seperti Greta, ia perlu bersuara lebih jelas ketimbang orang-orang yang jadi bagian masa lalu.

Dengan catatan: masa depan tak pernah bisa kita lukis dengan model masa kini. Malaikat sejarah dalam imajinasi Benjamin dinamai "malaikat baru", angelus novus-mengesankan bahwa Tuhan tak menciptakan yang itu-itu belaka. Sejarah adalah proses produksi kebaruan. Selalu ada yang belum datang, yang tak kita kenal.

Goenawan Mohamad

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

9 hari lalu

Andi Timo Pangerang. Foto: Facebook
Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

15 hari lalu

Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam / klitih / perampokan. Shutterstock
Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

Unit Reskrim Polsek Grogol Petamburan Jakarta Barat mengungkap motif di balik aksi begal ponsel di warteg wilayah Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

18 hari lalu

Vidi Aldiano mengunggah foto dirinya saat bertolak ke Koh Samui, Thailand untuk menjalani terapi melawan kanker ginjal. Foto: Instagram.
Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

Vidi Aldiano mengaku mengalami serangan kecemasan saat transit di Bandara Changi, Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Thailand untuk terapi.


PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

21 hari lalu

Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti saat menyampaikan sambutannya pada acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging di PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (UID Jaya) pada Rabu, 3 Juli 2024.
PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

PT PLN (Persero) melakukan langkah besar dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan menandatangani 30 set Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging.


Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

25 hari lalu

Film Detective Pikachu merupakan film Pokemon live-action pertama dan dikemas lebih modern.
Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

Adaptasi film yang diambil dari video game menawarkan pengalaman menarik dan menghibur bagi penonton segala usia.


Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

43 hari lalu

Antisipasi Lonjakan Harga menjelang Idul Adha, Dinas Perdagangan Kota Palembang Adakan Pasar Murah. TEMPO/ Yuni Rohmawati
Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Perdagangan (Disdag) menggelar pasar murah menjelang hari Raya Idul Adha 2024


Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

57 hari lalu

Salah satu industri game dunia Sony and XBOX ONE, mengikuti pameran ini. Industri game di Inggris menyumbang GDP terbesar bagi Inggris, dengan total nilai transaksi mencapai  1.72 milyar poundsterling. Birmingham, Inggris, 24 September 2015.  M Bowles / Getty Images
Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

Asosiasi game nasional mendesak realisasi Perpres Nomor 19 tahun 2024 soal pengembangan industri game nasional sebelum rezim berganti.


Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

58 hari lalu

Gajah-gajah saat menyiram wisatawan saat berkunjung ke Tangkahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Gajah-gajah tersebut digunakan bagi wisatawan untuk trekking keliling kawan ini. Tempo/Soetana Monang Hasibuan
Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

Tangkahan dijuluki sebagai The Hidden Paradise of North Sumatra, karena letaknya yang tersembunyi dengan keindahan alam yang masih alami,


Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

58 hari lalu

Pekerja tengah menyelesaikan proyek pembangunan rumah subsidi di kawasan Sukawangi, Bekasi, Jawa Barat, Senin, 6 Februari 2023. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. targetkan 182.250 unit KPR FLPP dan Tapera, seiring dengan rasio jumlah kebutuhan rumah (backlog) masih tinggi mencapai 12,75 unit. Tempo/Tony Hartawan
Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

Tapera adalah penyimpanan dana yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu


Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

59 hari lalu

Telaga Merdada terlihat dari atas ketinggian 2.500 meter, di Dieng, Banjarnegara, (4/10). Penghujung musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Aris Andrianto/Tempo
Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

Pada Juni hingga Agustus, suhu udara di ketinggian Dieng mencapai nol derajat Celcius, bahkan minus.