Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Agnez Mo

image-profil

Oleh

image-gnews
Agnez Mo. Instagram
Agnez Mo. Instagram
Iklan

Putu Setia
@mpujayaprema

Ada petuah bijak yang dikirim Romo Imam, sahabat lama, yang kini bermukim di Dusun Kemuning, lereng Gunung Lawu. Hati-hati membaca berita di media online dan menonton video di media sosial. Antara judul dan isi berita sering tak nyambung. Memelototi video berdurasi kurang dari dua menit sangat berbahaya jika masalahnya sensitif, seperti soal agama dan nasionalisme. Tahan dirilah untuk memberi komentar.

Saya ikuti nasihat itu, tapi saya berbuat salah karena menulis judul tidak nyambung dengan isi. Ya, tulisan yang kalian baca ini, judulnya Agnez Mo, tapi tidak bercerita tentang kasus Agnez yang kini heboh. Saya sejatinya tidak paham kenapa hal ini jadi ribut. Bukan saja akun-akun anonim yang menghujat Agnez, tapi juga akun para akademikus, peneliti, bahkan pejabat tinggi. Semuanya gara-gara darah.

Apakah saya berdarah Indonesia? Saya tak bisa menjawab. Mungkin saya berdarah Bali, karena sejak kakek-nenek numpang lahir di Bali. Namun ada yang bilang, saya berdarah Jawa, karena leluhur ayah saya dari Jawa. Sampai saat ini, setiap tahun saya sungkem di petilasan (makam) leluhur saya di Desa Kepasekan, Kabupaten Karanganyar. Apakah asal-usul darah itu penting? Yang jelas, kebangsaan saya Indonesia, tak bisa ditawar. Seperti itu juga yang dikatakan Agnez jika kita menonton video yang berdurasi lengkap.

Asal-usul darah dikaitkan dengan kecintaan pada "tumpah darah negeri", mirip kekeliruan anggota MPR yang menyebut Pancasila sebagai pilar bangsa. Dengan alasan pilar itu harus kokoh menyangga bangunan bangsa, Pancasila diibaratkan pilar bersama tiga yang lain, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Padahal tak ada pilar yang kokoh jika tak ada dasar. Bukankah Bung Karno, penggali Pancasila, selalu menyebut: Pancasila adalah dasar negara. Komponis Sudharnoto membuat lagu patriotik berjudul Garuda Pancasila dengan cuplikan syair: "Pancasila dasar negara, rakyat adil makmur sentosa, pribadi bangsaku." Tak ada syair: "Pancasila pilar negara."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya membalas petuah Romo Imam lewat WhatsApp: "Romo, apakah asal-usul darah Agnez ini penting diributkan?" Romo membalas dengan mencomot emoji orang tersenyum. "Ini hobi baru di Nusantara, hobi suka ribut. Usia keributan tergantung apakah ada masalah baru yang perlu diributkan lagi dan keributan yang lama pun dilupakan tanpa penyelesaian apa-apa. Anggaplah ini hiburan."

Yang menjadi soal, keributan itu selalu terjadi di ranah sensitif. Misalnya, di Bantul, warga Hindu dilarang mengadakan ritual di rumah tinggalnya. Alasan yang bikin ribut, rumah tinggal bukan tempat ibadah. Lalu bagaimana dengan tahlilan dan pengajian di rumah-rumah? Umat Kristiani, lantaran gerejanya tak berizin, dilarang melakukan kebaktian di tepi jalan. Lalu bagaimana dengan salat Id atau salat Idul Adha di lapangan? Menteri Pariwisata ngomong perlunya kawasan wisata ramah Islam di Bali, seolah-olah orang Bali tak pernah ramah kepada muslim. Keributan terjadi karena konteks yang lengkap bagai sengaja "disembunyikan". Lalu penyelesaian apa setelah ribut-ribut itu? Sama sekali tak nampak.

Maka, Ade Armando yang dilaporkan Fahira Idris karena menghina Anies Baswedan, Sukmawati yang dilaporkan karena melecehkan Nabi Muhammad, atau kasus Agnez saat ini pasti dilupakan setelah ada keributan lain. Mungkin diganti keributan soal nonmuslim yang sulit mencari kos di Malang. Tapi kenapa koruptor yang diberi grasi oleh Presiden, bagi-bagi jabatan di BUMN, penambahan staf khusus, tak berpotensi ribut? Tanyalah kepada rumput yang bergoyang....

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

2 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

6 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

21 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

22 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

42 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

45 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

45 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

51 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

52 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

52 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.