Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Selamat Tinggal Ujian Nasional

image-profil

Tempo.co

Editorial

image-gnews
Seorang guru pedamping membacakan soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) kepada murid berkebutuhan khusus di SD Inklusi Betet I, Kota Kediri, Jawa Timur, 3 Mei 2018. USBN yang wajib diikuti oleh siswa reguler dan juga siswa berkebutuhan khusus tersebut sebagai syarat tamat belajar. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Seorang guru pedamping membacakan soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) kepada murid berkebutuhan khusus di SD Inklusi Betet I, Kota Kediri, Jawa Timur, 3 Mei 2018. USBN yang wajib diikuti oleh siswa reguler dan juga siswa berkebutuhan khusus tersebut sebagai syarat tamat belajar. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Iklan

Rencana pemerintah menghapus ujian nasional patut diapresiasi. Ujian nasional selama ini sulit dijadikan ukuran bagi kemajuan pendidikan. Siswa, guru, hingga orang tua selalu sibuk menghadapi tes nasional itu, seolah-olah sudah menjadi tujuan pendidikan, bukan lagi sekadar alat ukur. Padahal tujuan pendidikan seharusnya adalah membentuk cara berpikir kritis.

Demi mendapatkan nilai bagus dalam ujian nasional, segala cara pun dilakukan. Menjelang masa ujian nasional 2019, misalnya, beredar bocoran soal ujian nasional matematika di grup sebuah media sosial. Kementerian Pendidikan juga mengungkap adanya ratusan peserta ujian nasional di 25 provinsi memotret soal ujian nasional dan menyebarkannya ke media sosial. Kebocoran soal ujian pun terjadi di banyak provinsi.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2018, ujian nasional bertujuan mengukur capaian kompetensi siswa pada mata pelajaran tertentu. Namun, melihat begitu banyaknya kecurangan, tujuan ujian itu jelas sulit dicapai. Kita tidak bisa memastikan apakah nilai baik dalam ujian nasional diperoleh dengan cara jujur ataukah curang.

Realitas juga menunjukkan bahwa ujian nasional selalu bikin repot, meskipun tidak lagi menjadi penentu kelulusan. Peserta didik, guru, dan orang tua tetap terpenjara oleh tes nasional ini. Pihak sekolah malu jika nilai siswanya jeblok, sebaliknya mereka akan bangga jika nilai ujian nasional para siswanya tinggi. Sekilas hal ini bisa mendorong mereka untuk maju, namun yang muncul justru sikap pragmatis, bahkan curang, dalam mengejar nilai.

Persoalan lainnya menyangkut ketimpangan fasilitas pendidikan serta kualitas dan kuantitas guru di negara kita. Hal ini menyebabkan adanya tolok ukur tunggal seperti ujian nasional menjadi kurang adil bagi siswa-siswa di sebagian daerah. Maka, menghapus ujian nasional merupakan kebijakan yang cukup baik.

Pemerintah harus menjadikan pendidikan sebagai jalan mencerdaskan bangsa. Jika tidak, mutu pendidikan kita tetap berada di bawah negara-negara tetangga. Posisi Indonesia berada di urutan ketujuh di ASEAN dalam indeks pendidikan yang dikeluarkan Human Development Reports pada 2017. Negara kita berada di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus memastikan pula tes pengganti ujian nasional tidak menjadi momok baru. Tolok ukur yang lain sekarang sedang disiapkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan. Bentuknya berupa tes assessment kompetensi siswa yang tidak lagi berbasis mata pelajaran. Tes itu digelar di tengah masa studi, sehingga siswa berkesempatan memperbaiki hasilnya.

Apa pun bentuk tes yang diterapkan haruslah tetap mempertimbangkan minat dan bakat, serta tidak mendorong siswa sekadar menghafal, melainkan merangsang kreativitas dan berpikir kritis. Siswa jangan sampai kembali terjebak untuk sekadar mengejar nilai sehingga mengaburkan tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Catatan:

Ini merupakan artikel tajuk koran tempo edisi 1 Desember 2019

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.