Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Seorang Iban di Johor

Oleh

image-gnews
Gawing di McDonald Taman Mutiara Rini, sebuah area perumahan di Iskandar Puteri, Distrik Johor Bahru. Di akhir wawancara, Tim Ceritalah baru mengetahui bahwa Gawing memilih lokasi tersebut karena rumahnya hanya berjarak 5 menit.
Gawing di McDonald Taman Mutiara Rini, sebuah area perumahan di Iskandar Puteri, Distrik Johor Bahru. Di akhir wawancara, Tim Ceritalah baru mengetahui bahwa Gawing memilih lokasi tersebut karena rumahnya hanya berjarak 5 menit.
Iklan

Gawing, seorang pria dari suku Iban beragama Kristen, baru berusia sembilan belas tahun ketika ia pertama kali tiba di Johor pada tahun 1993. Ia tidak pernah mengira – hanya dalam seperempat abad saja – ia akan hidup dan bekerja di Johor Baru. Tumbuh besar sebagai anak tertua dari seorang petani lada hitam di sebuah komunitas rumah panjang nan terpencil di Serawak (250 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Kuching), ia cukup beruntung bisa mendapatkan beasiswa Teknik Sipil.

Salah satu hal yang ia sadari ada di Johor adalah, bagaimana berbagai macam ras yang ada di sana, hidup dalam sekat.

"Serawak adalah sebuah tempat yang sangat terbuka dan sebuah tempat yang multirasial," tuturnya memulai bercerita. "Kami berkumpul bersama, baik itu di restoran Tionghoa maupun di ‘mamak’ (warung kopi India-Muslim), namun di Johor sangatlah berbeda."

Pada masa itu, Malaysia yang merupakan kombinasi dari Federasi Malaya (di bagian semenanjung) dan Provinsi Sabah dan Serawak di pulau Kalimantan, baru berdiri selama kurang lebih tiga puluh tahun (sejak 1963). Dengan dua pertiga negara yang terpisah oleh Laut Tiongkok Selatan, kebanyakan orang Malaysia pada umumnya tidak dapat membayangkan bagaimana hidup di seberang lautan.

Tim Ceritalah (Dee Yon) mewawancarai Gawing selama satu jam

Awalnya, Gawing hanya bermaksud tinggal di Johor untuk meraih gelarnya, lalu kembali ke Serawak. Namun ia beruntung lantaran mendapatkan pekerjaan di Johor Baru setelah lulus kuliah, sehingga ia pun memutuskan untuk tinggal. Memang Johor sudah berkembang sejak saat itu, menawarkan berbagai macam kesempatan dan prospek (jauh lebih banyak daripada di Serawak, di mana sumber daya alam di sana dikontrol sedemikian rupa dan bersifat kontroversial) mirip dengan Singapura yang berada di seberangnya.

Bekerja untuk perusahaan minyak dan gas (sebuah pekerjaan yang amat ia nikmati) dan menikah lalu memiliki tiga orang anak, Tim Ceritalah merasa bahwa Gawing adalah orang yang kalem dan sederhana. Ia memilih kata-katanya dengan hati-hati saat bercerita.

"Johor memang rumah saya, namun Serawak adalah kampung saya (desa tempat ia berasal dan dilahirkan)."

Kisah Gawing mengenai migrasi internal, tentang keberagaman (baik secara bahasa maupun agama) dan tentang bagaimana ia berpindah dari wilayah di mana ia seorang mayoritas ke tempat di mana ia seorang minoritas, adalah sebuah kisah yang kerap diabaikan oleh orang Malaysia, terutama oleh kelompok Muslim konservatifnya.

Tim Ceritalah di pintu masuk Gereja Calvary City di Kota Masai

Cerita tersebut merupakan bagian krusial dari DNA Malaysia dan tentunya, adalah sebuah kunci untuk masa depan yang progresif dan dinamis.

Menurut sensus pada 2010, ada sekitar 342.900 orang Malaysia Timur yang tinggal di wilayah semenanjung. Jumlah ini memang diperkirakan meningkat secara substansial dalam beberapa dekade terakhir. Jumlah lalu lintas udara yang membengkak di atas Laut Tiongkok Selatan menggaris bawahi integrasi yang sedang berkembang ini.

Tentunya bagi orang-orang Sabah dan Serawak seperti Gawing, hidup di wilayah semenanjung dapat memberikan pengaruh langsung kepada lingkungan sekitarnya. Namun selain itu, mereka juga berlaku sebagai kanal informasi – mengingat zaman ini adalah zaman media sosial – untuk keluarga dan teman mereka di rumah, mengubah pandangan dan opini orang-orang tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal ini sangatlah penting ketika seseorang menyadari bahwa seperempat kursi dalam Parlemen Malaysia – berdasarkan undang-undang – adalah milik kedua provinsi tersebut.

Pada waktu bersamaan, Malaysia Timur juga memiilki populasi Bumiputra Non-Pribumi (seperti Gawing). Namun, berbicara Malaysia sebagai sebuah kesatuan, Bumiputra adalah etnis Melayu beragama Islam. Sangat kontras ketika melihat Serawak – provinsi yang mengirim anggota Dewan terbanyak ke Parlemen Federal – memiliki 42% populasi beragama Kristen dan hanya 32% beragama Islam.

Tim Ceritalah bergabung dengan Gawing (yang bermain organ) untuk ibadah Minggu sore. Peribadatan tersebut sangatlah energik, meluap-luap dengan berbagai macam pijaran lampu, nyanyian, dan tarian. Namun aspek yang paling menarik dari peribadatan tersebut adalah, peribadatan itu dilakukan dalam bahasa Melayu seluruhnya (ada juga yang dilakukan dalam bahasa Iban).

Dalam pikiran saya, bahasa yang digunakan seseorang dalam doa adalah bahasa yang paling ditinggikan dan intim. Terlebih, ketika kebanyakan kaum Bumiputra non-Muslim menyebut Tuhannya dengan kata ‘Allah’.

Tim Ceritalah di Gereja Calvary City di Kota Masai

Ketika makin banyak orang Malaysia yang meninggalkan bahasa Melayu – menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah dan universitas di mana pengajarannya menggunakan bahasa Tionghoa, Tamil, atau Inggris, orang-orang Malaysia Timur justru melawan tren tersebut. Komitmen mereka terhadap bahasa nasional sangat mengakar dan tak tergoyahkan. Yang menarik, ketiga anak Gawing semua bersekolah di sekolah umum.

Ketika Tim Ceritalah menggeser diskusi ke pembahasan tentang kebijakan dan politik, bertanya kepada Gawing tentang kemenangan Tanjung Piai dan Barisan Nasional belakangan ini, ia terlihat bingung. "Ini Johor, orang-orangnya blak-blakan, jika mereka mau menyingkirkan Anda, mereka akan menyingkirkan Anda," ujarnya.

"Namun, kita harus sabar. Perubahan tidak akan terjadi dalam semalam dan kita harus memberi Pakatan Harapan (pemerintah petahana) lebih banyak waktu."

Anwar Ibrahim dalam salah satu sesi “Sembang Santai dan Ramah Mesra” di Tanjung Piai. Perwakilan dari tiap partai mengadakan sesi diskusi dan kunjungan ke konstituen masing-masing.

Gawing mungkin memang bukan contoh yang terbaik. Namun, ia adalah seorang yang membanggakan komunitasnya, dan orang yang seperti inilah yang membuat perbedaan besar dalam hidup kita semua – mereka adalah ‘orang-orang yang bergabung’ dan para ‘pelaku’.

Ketika kekuatan politik di Malaysia terus retak dan melemah, diharapkan orang-orang Sabah dan Serawak akan mampu memberikan lebih banyak pengaruh – menyuntikkan pandangan mereka yang inklusif dan progresif ke orang-orang di wilayah semenanjung.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

21 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


22 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

33 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

48 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

49 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.