Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Klientelisme Pejabat dan Ormas

Oleh

image-gnews
Minimarket di SPBU Narogong, Kota Bekasi, pada Jumat 8 November 2019. Minimarket ini yang ada dalam video viral unjuk rasa aliansi ormas menuntut mengelola parkir dengan dalih telah mendapat penugasan dari Pemerintah Kota Bekasi. Tempo/Adi Warsono
Minimarket di SPBU Narogong, Kota Bekasi, pada Jumat 8 November 2019. Minimarket ini yang ada dalam video viral unjuk rasa aliansi ormas menuntut mengelola parkir dengan dalih telah mendapat penugasan dari Pemerintah Kota Bekasi. Tempo/Adi Warsono
Iklan

PELIBATAN organisasi kemasyarakatan dalam pungutan parkir di Kota Bekasi merupakan salah satu contoh praktik klientelisme. Hubungan timbal balik antara pejabat dan ormas seperti ini akan merusak demokrasi dan tata kelola pemerintahan.

Relasi aneh itu terungkap seusai unjuk rasa massa ormas di pompa bensin di Jalan Raya Narogong, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Oktober lalu. Mereka memblokade jalan, menuntut pengelolaan parkir minimarket yang berada di pompa bensin itu. Kepala Badan Pendapatan Daerah Kota Bekasi Aan Suhanda tidak mencegah premanisme ini. Ia justru meminta manajer minimarket bekerja sama dengan ormas dalam soal parkir.

Sikap pejabat itu menggambarkan adanya klientelisme, yakni hubungan patron-klien yang bersifat berulang dan timbal balik. Berbeda dengan konsep patronase yang lebih simpel, klientelisme lebih luas dan melibatkan banyak pihak. Pemberian duit kepada pemilih, misalnya, merupakan praktik patronase. Pejabat atau politikus tak harus mengenal pemilih. Adapun hubungan klientelisme lebih rumit, berulang, dan personalistik.

Fenomena itu tumbuh subur lagi di banyak daerah pada era reformasi. Banyak ormas baru muncul untuk menjual dukungan kepada elite politik. Pejabat dan politikus pun menghalalkan segala cara demi meraup suara dalam pemilihan. Setelah menang, mereka membalas budi klien-klien pendukung. Pejabat biasanya membagi-bagi konsesi seperti parkir, proyek pemerintah, dana hibah, dan jabatan.

Kota Bekasi, yang dipimpin Rahmat Effendi, tak lepas dari pola klientelisme. Dalam banyak pernyataan, ia seolah-olah menempatkan diri sebagai patron sejumlah ormas. Rahmat telah lama berkuasa di kota ini. Sebelum menjadi wali kota, ia menjabat wakil wali kota sejak 2008. Kader Partai Golkar ini kemudian memenangi pemilihan Wali Kota Bekasi pada 2013. Dalam pemilihan tahun lalu, Rahmat menang lagi untuk periode 2018-2023.

Praktik klientelisme ala Kota Bekasi hanya menguntungkan pejabat dan sejumlah ormas, tapi merugikan masyarakat luas. Pengelolaan pemerintah daerah menjadi tidak efektif dan efisien karena harus mengakomodasi kepentingan ormas dan para klien lainnya. Masyarakat dan pengusaha pun dirugikan dengan berkembangnya premanisme dalam perparkiran, dampak buruk dari pelibatan ormas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Relasi yang tak sehat itu juga akan menghancurkan demokrasi. Klientelisme menyebabkan calon kepala daerah yang bersih dan antikorupsi akan sulit memenangi pemilihan. Apalagi tingkat literasi politik masyarakat kita masih rendah. Tapi solusinya bukan mengubur pemilihan kepala daerah langsung, lalu kembali ke pemilihan kepala daerah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah seperti pada era Ode Baru.

Pada era Presiden Soeharto, ketika bupati dan wali kota tidak dipilih rakyat, patronase dan klientelisme juga merajalela di daerah-daerah. Saat itu, preman kerap dimanfaatkan pejabat pemerintah untuk menggalang dukungan dan menekan lawan politik. Imbalannya, kelompok preman mendapat keuntungan berupa beking dari pejabat dan manfaat ekonomi.

Demokratisasi lewat pilkada langsung tetap menjadi obat untuk mengurangi praktik klientelisme. Hanya, mekanisme demokrasi ini harus diikuti dengan resep lain, seperti transparansi anggaran daerah, pemberantasan korupsi secara serius, dan peningkatan literasi politik masyarakat. Mengkambinghitamkan dan menghapus pilkada langsung hanya akan mendorong ke situasi politik yang lebih kelam seperti di era Orde Baru.

Catatan:

Ini merupakan artikel majalah tempo edisi 18-24 November 2019

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.