Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Monumen

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Bapak tak dimakamkan di Taman Pahlawan. Ibu dan kami, anak-anaknya, tak berkeberatan.

Mungkin karena kami paham: pegawai yang mengurus soal ini-yang punya kriteria tentang siapa yang patut dikuburkan di sana dan kemudian menelaah dokumen yang biasanya tersisa sedikit dari masa lalu yang dilanda perang-tak tahu-menahu tentang Bapak. Dan itu lumrah: beribu-ribu orang dipenjarakan pemerintah kolonial Belanda, banyak yang dibuang ke Digul di tahun 1920-an, dan di tahun 1940-an, dalam masa Perang Kemerdekaan, entah berapa yang dieksekusi ketika tentara Belanda menyerbu dan menduduki wilayah Republik. Bapak bukan orang istimewa.

Saya, si bungsu, dan baru hampir enam tahun ketika Bapak ditembak mati, tak pernah diajak berembuk tentang perkara ini. Saya hanya punya dugaan: Bapak tak dimakamkan di Taman Pahlawan karena Ibu tak mau datang ke kantor pemerintah-entah yang mana-untuk mengurus pemindahan makam. Mungkin bagi Ibu, itu sama halnya minta Negara memberi stempel "pahlawan" untuk suaminya. Dan itu memalukan, atau tak cocok dengan pedoman orang Jawa tentang perlunya sepi ing pamrih. Atau ada alasan yang sederhana, sentimental, tapi berarti: Ibu, yang bersama Bapak dibuang di Digul, ingin, ketika ia wafat, dimakamkan bersebelahan dengan Bapak di pekuburan yang tak mencolok itu. Atau semata-mata Ibu tak mau repot; toh di dalam kubur itu yang wafat sudah tak bisa lagi dibedakan dengan tanah. Almarhum hanya spesial dalam ingatan dan imajinasi.

Lagi pula, apa arti sebuah makam pahlawan?

Saya selalu menganggap pahlawan tak pernah ada. Yang ada-dan lebih berarti ketimbang pahlawan-adalah laku kepahlawanan: perbuatan yang tak memikirkan keselamatan dan kelanjutan hidup diri sendiri ketika ingin menyelamatkan orang lain. Laku itu sangat langka dan tak dengan sendirinya melekat pada diri seseorang.

Baca Juga:

Juga tindakan heroik tak pernah datang dari langit. Ia sebuah klimaks dari proses yang disiapkan orang-orang lain: tauladan pengorbanan diri dalam pelbagai peristiwa sejarah, nilai-nilai yang ditularkan dari generasi ke generasi, pelbagai ungkapan yang dibangun dan dijunjung kawan-kawan seperjuangan.

Pemuda yang di tengah ketegangan Kota Surabaya Oktober 1945 merobek Merah-Putih-Biru dan mengubahnya jadi bendera Merah-Putih di atap Hotel Yamato melakukan sesuatu yang bukan ekspresi individual. Tindakannya didahului pertemuan-pertemuan terbuka atau setengah terbuka para aktivis, rombongan pejuang yang membawa Merah-Putih di Tambaksari, dan ratusan yang bersiap di Jalan Tunjungan. Bendera itu sebuah simbol; sebuah simbol adalah produk kesepakatan orang banyak.

Bapak juga melakukan yang ia rasa perlu dilakukan karena ia seorang penerus. Saya kira ia siap dipenjara, dibuang, dan kemudian dieksekusi karena ia tak sendirian: ia membaca tulisan Bung Karno, Tjokroaminoto, Tan Malaka, Marx, dan entah siapa lagi yang diedarkan teman-temannya. Ia didorong buruh dan petani yang dilihatnya sebagai korban kolonialisme. Ia diberi semangat. Ketika Chairil Anwar menulis tentang mereka yang gugur dalam pertempuran di wilayah Karawang-Bekasi, tersirat sebuah kesadaran: ada yang akan "tentukan nilai" kepada "tulang-tulang yang berserakan" sehabis perang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kenang, kenanglah kami…." Ada kenangan bersama yang memberi arti.

Bangsa, tulis Benedict Anderson dalam Imagined Communities yang termasyhur itu, selalu dianggit sebagai sebuah hubungan setia kawan yang sejajar dan mendalam. Pada akhirnya, "rasa persaudaraan inilah" yang menyebabkan berjuta-juta orang, bersedia membunuh atau mati untuk sebuah "bangsa"-yang sebenarnya sebuah anggitan, imagining, yang terbatas dalam ruang dan waktu.

Sebuah Makam Pahlawan, sebuah monumen, adalah tanda keinginan mengingat yang ditegakkan untuk tahan waktu-dan itulah paradoksnya: dengan mengenang masa lalu, monumen sebenarnya lahir dari dalam perubahan waktu.

Beberapa minggu yang lalu saya mengunjungi lagi Monumen Nasional. Tugu tinggi kukuh di tengah Ibu Kota itu, dengan pucuk yang hendak mengesankan api yang tak kunjung padam, sesuatu yang mirip emas berkilau, mencoba mengatasi paradoks itu dengan keperkasaan.

Tapi ingatan yang dibuat perkasa dan kekal pada akhirnya diambil alih Negara. Kita tahu Negara selalu melihat segala sesuatu dari atas, selalu mengklasifikasi, selalu mereduksi. Ia sebuah narasi yang meniadakan silang sengketa yang majemuk dan ruwet di masa lalu. Monumen ini wadah, bukan ruang. Ruang adalah sesuatu yang membiarkan lalu lintas berubah-ubah. Wadah mencoba membangun koherensi, menyeleksi unsur-unsur yang pas diberi tempat, menegakkan segregasi, mengatur proses-juga proses ingatan.

Koherensi dalam Monumen Nasional diatur oleh birokrasi ingatan. Sebagai wadah, ia tak membanggakan keluwesan, tak mengizinkan yang rekalsitran. Adegan-adegan sejarah dalam ruang diorama-dideretkan nyaris seragam di sebuah sal besar yang muram-dimaksudkan memberi inspirasi. Tapi tak terbangun suasana. Hanya diktat. Teks yang dicantumkan-dengan pilihan huruf yang tak berkarakter dan bahasa Indonesia yang kikuk-tampak sebagai hasil kerja para pegawai yang cemas untuk membiarkan sejarah berlangsung dengan ribut dan bebas.

Saya kira sudah sepantasnya Bapak berada di ruang, bukan dalam wadah.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

19 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


21 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

27 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

31 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

47 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

47 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.