Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Musim Semi Antisektarian di Libanon

image-profil

image-gnews
Saad al-Hariri, Perdana Menteri Lebanon mengundurkan diri setelah gelombang unjuk rasa akibat krisis ekonomi. Sumber: Reuters / Benoit Tessier/RT.com
Saad al-Hariri, Perdana Menteri Lebanon mengundurkan diri setelah gelombang unjuk rasa akibat krisis ekonomi. Sumber: Reuters / Benoit Tessier/RT.com
Iklan

Ibnu Burdah
Dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Saad al-Hariri mengumumkan pengunduran diri sebagai Perdana Menteri Libanon pada Selasa lalu. Sikap ini diambil setelah kegagalan Hariri mengatasi protes masif di negeri itu selama 13 hari. Tapi pengunduran ini hampir bisa dipastikan tak akan menghentikan aksi protes atas isu korupsi dan nepotisme di kalangan elite. Tuntutan mereka jauh lebih tinggi dari sekadar pengunduran diri Hariri.

Ciri protes yang melanda Libanon terakhir beraroma "Musim Semi Arab". Jargon, organisasi, kepemimpinan, dan ideologinya berwatak Musim Semi Arab. Mereka sangat mirip dengan fenomena protes yang pernah terjadi di Tunisia saat melengserkan Zaenal Abidin bin Ali, Libya saat menjatuhkan Qaddafi, dan Mesir saat melengserkan Mubarak.

Jargon yang diusung juga sama, yaitu "al-sya’b yuriid isqat al-nidzam" ("rakyat ingin menjatuhkan rezim". Kata "irhal" ("pergi"), yang jadi jargon terkenal di Tunisia, kadang juga terdengar. Gerakan protes di Libanon ini juga spontan, tanpa pengorganisasian tertentu.

Ini adalah fakta baru bahwa rakyat Libanon tampak bersatu dan penuh gairah untuk tujuan bersama di luar sekte, dari kota-kota di tengah yang Sunni, kota-kota di utara yang Kristen Maronit, hingga yang mengejutkan kota-kota di selatan yang Syiah. Jadi, ini gerakan rakyat lintas sekte yang secara spontan digerakkan oleh media-media baru, terutama media sosial.

Karena itu, siapa persisnya pemimpin gerakan itu juga tak begitu jelas, seperti yang terjadi dalam gerakan Musim Semi Arab di negara lain. Di samping tanpa pemimpin dan tanpa organisasi yang tipikal Musim Semi Arab, gerakan protes di Libanon juga bisa dikatakan tanpa ideologi. Ini bukan protes yang beraroma Syiah, Sunni, Kristen Maronit, maupun Druze. Ini adalah protes yang melampaui ideologi sektarian yang mewarnai kehidupan politik, masyarakat, dan kebudayaan Libanon selama ini.

Protes yang digelar sejak 17 Oktober tersebut memang dipicu oleh rencana kebijakan kenaikan pajak dan pajak-pajak baru, terutama pajak penggunaan WhatsApp dan sejenisnya. Kebijakan itu tentu diambil pemerintah Libanon untuk merespons situasi ekonomi Libanon yang memburuk.

Tapi persoalan yang sesungguhnya dan disasar oleh pemrotes lebih jauh dari itu. Isu pajak WhatsApp hanyalah pemicu. Yang mereka serang sesungguhnya adalah praktik korupsi, nepotisme, dan kolusi yang telah menjadi-jadi di sana. Mereka juga menolak supremasi kelompok bersenjata dalam kehidupan sipil, terutama dalam soal keadilan di mahkamah. Para jaksa, hakim, dan penegak hukum lain sering dianggap tak independen dalam bekerja karena sering dibayangi ketakutan terhadap kelompok bersenjata. Jelas, protes ini diarahkan kepada dominasi "militer" Hizbullah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka meminta pemerintahan saat ini dibubarkan. Mereka meminta sistem sektarian digantikan oleh pemerintahan teknokratis. Mereka menolak para pemimpin sektarian, seperti Saad al-Hariri, Perdana Menteri Libanon dari Sunni; Hasan Nashrullah, pemimpin Hizbullah dari Syiah; Michael Aoun, Presiden Libanon dari Kristen Maronit; serta Walid Bey Jumblatt, pemimpin Partai Sosialis Progresif. Para tokoh itu dianggap sebagai biang dari kekisruhan ekonomi negeri itu.

Pakta Nasional 1943 (al-mitsaq al-wathaniy), yang menjadi landasan politik Libanon saat ini, mengamanatkan kekuasaan itu dibagi di antara beberapa kekuatan sektarian utama di Libanon. Perdana menteri harus berasal dari kelompok Sunni, presiden dari kelompok Kristen Maronit, dan ketua parlemen dari Syiah. Pengakuan terhadap sistem ini diperkuat dalam perjanjian Thaif 1989, yang menyudahi perang saudara panjang di negeri itu. Libanon sebelum perang saudara tersebut (1975-1990) disebut surganya turis di Timur Tengah, tapi kemudian menjadi surganya teroris pada masa perang saudara.

Praktik bagi-bagi kekuasaan ini memang bisa menghentikan konflik yang melanda negeri itu dalam waktu cukup panjang. Tapi sistem itu ternyata membuat rakyat sengsara. Kompromi antar-elite sekte hanya menguntungkan lapisan elite serta mengabaikan kepentingan negara dan rakyat.

Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari fenomena ini. Pertama, tuntutan rakyat sangat idealistis: pengunduran Hariri serta pembubaran sistem politik sektarian yang digantikan oleh pemerintahan non-sektarian yang profesional. Ini sangat sulit diwujudkan dalam konteks Libanon yang sangat sektarian. Apakah mungkin membangun pemerintahan baru di Libanon tanpa melibatkan elite-elite sektarian yang menguasai hampir seluruh sendi kehidupan Libanon?

Kedua, instrumen untuk penyaluran damai tak akan mudah ditemukan. Siapa yang dapat mewakili para demonstran untuk bernegosiasi dengan pemerintah dan kekuatan politik sektarian?

Ketiga, mungkinkah mengabaikan Hizbullah, yang berpengaruh sangat besar terhadap pertahanan dan keamanan negeri itu? Hizbullah bahkan diyakini lebih kuat daripada tentara Libanon. Isu kepemilikan senjata di Libanon sangat krusial dan sensitif. Kendati tentara Libanon menyatakan bersama rakyat, hampir mustahil menyingkirkan kelompok ini secara damai.

Jika demonstran memaksakan kehendaknya dan elite sekte berkukuh mempertahankan supremasinya, "skenario Suriah" sangat sulit dihindari. Ancaman perang saudara bahkan sudah dikemukakan oleh Hasan Nashrallah saat menanggapi situasi sekarang.

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

6 hari lalu

Wasit Ahmed Al Kaf yang memimpin laga Bahrain vs Indonesia. Tangkapan Layar
Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

Presiden Joko Widodo mengungkapkan kekesalannya menyaksikan laga sepakbola Timnas Indonesia melawan Bahrain semalam.


Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

9 hari lalu

Gelaran Wayang Jogja Night Carnival di kawasan Tugu Yogyakarta Senin petang 7 Oktober 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

Pencopetan dilakukan dengan merobek tas milik korban saat mereka asyik dan fokus menonton Wayang Jogja Night Carnival


Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

9 hari lalu

Perhelatan event International Kitesurfing Exhibition 2023 di Laguna Pantai Depok Parangtritis Yogyakarta, Sabtu (26/8). Dok.istimewa.
Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

Pertunjukan seni tari Sendratari Sang Ratu pada Desember di kawasan Pantai Parangtritis


7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

11 hari lalu

Wisatawan berfoto di depan Istana Buckingham di London, Inggris, 24 Juni 2015. Istana Buckingham memiliki 775 ruangan termasuk 52 kamar tidur anggota kerajaan dan tamu, serta 188 kamar tidur untuk para pekerja. Rob Stothard/Getty Images
7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

Tempat yang terlalu ramai dan objek wisata yang tiketnya harus dibeli berbulan-bulan sebelumnya adalah dua hal yang perlu diketahui sebelum ke Inggris


Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

13 hari lalu

Ilustrasi koper. Freepik.com
Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

Penurunan tekanan atmosfer di ketinggian dapat menyebabkan botol dan kaleng bertekanan bocor dan mengotori isi koper.


HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

15 hari lalu

Gelaran Wayang Jogja Night Carnival pada 2022. (Dok. Istimewa)
HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

Event HUT Kota Yogyakarta telah dipersiapkan mulai Oktober hingga Desember 2024 di berbagai titik.


Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

24 hari lalu

IShowSpeed mencoba berjalan di antara dua pohon beringin di Yogyakarta. Tangkapan layar Youtube
Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

IShowSpeed memulai pengalaman menaiki andong di seputaran Malioboro dan berhenti di Pasar Beringharjo.


Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

34 hari lalu

DPRD DKI Jakarta mengadakan rapat pimpinan pengusulan nama Penjabat Gubernur (PJ Gubernur), menggantikan Heru Budi Hartono, Jumat, 13 September 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

DPRD mempertimbangkan pilkada sehingga mengusulkan tiga calon penjabat gubernur Jakarta tanpa Heru Budi.


Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

34 hari lalu

Ha Long Bay Vietnam (Pixabay)
Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

Aktivitas pariwisata berangsur-angsur normal di Ha Long Bay Vietnam. Penduduk setempat dan petugas fungsional telah membersihkan area tersebut.


Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

35 hari lalu

Airport Tray Aesthetic (Instagram/@vickirutwind)
Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

Tren Airport Tray Aesthetic memperlihatkan nampan bandara berisi barang-barang pribadi yang ditata rapi di nampan berwarna abu-abu.