Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dulu Oposisi, Kini Koalisi

image-profil

image-gnews
Presiden Joko Widodo mengundang Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat 11 Oktober 2019. Sehari sebelumnya, Kamis (10/10/2019), Jokowi bertemu Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara. TEMPO/Subekti.
Presiden Joko Widodo mengundang Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat 11 Oktober 2019. Sehari sebelumnya, Kamis (10/10/2019), Jokowi bertemu Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara. TEMPO/Subekti.
Iklan

Bawono Kumoro
Kepala Departemen Politik Dan Pemerintahan The Habibie Center

Peristiwa politik yang paling dinantikan seusai pelantikan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 terjadi juga. Jokowi kemudian mengumumkan formasi kabinet untuk membantunya pada periode kedua pemerintahannya. Kabinet Indonesia Maju menjadi nama yang dipilih oleh Jokowi untuk mereka.

Tidak dapat dimungkiri, hal yang paling menarik perhatian publik dari pengumuman kabinet tersebut adalah keberadaan dua elite Partai Gerindra. Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, didapuk menjadi Menteri Pertahanan dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Edhy Prabowo, ditunjuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Keberadaan keduanya sekaligus menegaskan arah baru perjalanan Partai Gerindra lima tahun ke depan. Dari semula berada di luar pemerintahan sebagai oposisi, kini partai itu mengambil posisi di dalam pemerintahan sebagai anggota koalisi partai penguasa.

Perubahan sikap politik Partai Gerindra tersebut otomatis berdampak pada perubahan komposisi kursi di parlemen. Kekuatan koalisi pendukung pemerintah di parlemen jelas semakin besar dan koalisi partai pendukung pemerintah pun semakin tambun.

Walhasil, ketidakseimbangan politik akan sulit terhindarkan. Bukan tidak mungkin bangunan koalisi seperti itu akan berujung pada kemandulan mekanisme checks and balances antara lembaga legislatif dan lembaga eksekutif. Padahal kehadiran fungsi kontrol lembaga legislatif terhadap lembaga eksekutif merupakan sebuah keharusan bagi kelangsungan kehidupan demokrasi di Indonesia. Harus ada kekuatan solid di parlemen dari partai-partai di luar pemerintahan untuk mengontrol perjalanan pemerintahan selama lima tahun ke depan.

Baca Juga:

Menjatuhkan pilihan politik sebagai kekuatan oposisi tidak kalah terhormat dengan posisi sebagai partai penguasa. Dua posisi politik itu memiliki arti penting dan strategis bagi kelangsungan kehidupan demokrasi di negeri ini. Kita semua tentu tidak ingin memiliki lembaga eksekutif yang terlampau dominan dan tidak terkontrol sebagaimana pada era Orde Lama dan Orde Baru.

Hal lain yang juga patut dikritik dari perubahan sikap politik partai-partai itu adalah alasan mereka sering didasari dalih untuk mendorong efektivitas kinerja pemerintahan sekaligus memperkuat bangunan sistem presidensial. Namun pengalaman 10 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan koalisi tambun tidak menjamin roda pemerintahan berjalan efektif. Alih-alih berjalan efektif, partai-partai anggota koalisi justru sering mengambil sikap berseberangan dengan kebijakan resmi pemerintah.

Sebagaimana dikatakan Linz dan Valenzuela (1994), koalisi cuma relevan dalam sistem pemerintahan parlementer, bukan sistem pemerintahan presidensial. Koalisi diperlukan untuk menggalang dukungan dalam rangka membentuk pemerintahan oleh partai pemenang pemilihan umum dan membangun blok oposisi bagi partai-partai yang tidak ikut dalam pemerintahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam konteks sistem pemerintahan presidensial, sebagaimana yang dianut oleh Indonesia, lembaga eksekutif dan legislatif merupakan dua lembaga tinggi terpisah dan tidak dapat saling menjatuhkan. Kelangsungan hidup lembaga eksekutif tidak bergantung pada dukungan politik partai-partai di parlemen.

Jika ditelaah lebih jauh, persoalan koalisi partai-partai lebih berkaitan dengan pembagian jatah kursi di kabinet ketimbang sebagai ikhtiar politik untuk mendorong efektivitas pemerintahan dan memperkuat bangunan sistem presidensial. Bahkan boleh jadi koalisi bukan sekadar persoalan siapa mendapat apa, tapi juga kalkulasi mobilisasi dana partai politik guna keperluan pemilihan umum lima tahun mendatang.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa jabatan di kementerian sering menjadi pintu masuk aliran dana bagi partai politik tempat menteri bersangkutan bernaung. Kasus jual-beli jabatan di Kementerian Agama, dugaan suap dana hibah bagi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta perkara suap PLTU Riau-1 yang melibatkan mantan Menteri Sosial, Idrus Marham, harus menjadi catatan khusus bagi Presiden Jokowi untuk lebih mengawasi kinerja menteri-menteri berlatar belakang kader partai.

Motivasi politik lain yang tidak kalah strategis untuk bergabung dalam koalisi pemerintahan adalah kepentingan politik jangka pendek untuk menunjukkan eksistensi diri menuju 2024. Dalam pemilihan presiden lima tahun mendatang, tidak ada lagi petahana, sehingga saat ini partai-partai sudah mulai berpikir untuk mempromosikan kader-kader terbaik mereka sebagai calon presiden.

Duduk di jabatan-jabatan strategis di kabinet merupakan salah satu cara paling efektif bagi partai politik untuk mempromosikan kader-kader mereka. Dengan menduduki jabatan itu, kader terbaik sekaligus kandidat presiden potensial mereka akan memiliki panggung memadai untuk tampil setiap saat di ruang publik.

Dalam bahasa lebih lugas, jabatan menteri di kabinet merupakan eskalator menuju kursi kepresidenan pada 2024. Boleh jadi, itu juga salah satu motivasi Prabowo Subianto untuk menerima pinangan Jokowi menjadi Menteri Pertahanan, selain tentu saja alasan pengabdian kepada bangsa dan negara.

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

43 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.