Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Potret Suram Kabinet Jilid II

image-profil

Tempo.co

Editorial

image-gnews
Ekspresi Menkopolhukam Mahfud MD saat bersalaman dengan Presiden Joko Widodo di sela Kabinet Indonesia Maju periode Tahun 2019-2024 di Istana Negera, Jakarta, Rabu 23 Oktober 2019. TEMPO/Subekti
Ekspresi Menkopolhukam Mahfud MD saat bersalaman dengan Presiden Joko Widodo di sela Kabinet Indonesia Maju periode Tahun 2019-2024 di Istana Negera, Jakarta, Rabu 23 Oktober 2019. TEMPO/Subekti
Iklan

Kabinet Kerja jilid II tak menggambarkan jawaban atas tantangan untuk Indonesia selama lima tahun ke depan. Sejumlah posisi diisi oleh orang yang tak tepat. Alih-alih memberikan kepercayaan kepada mereka yang kompeten, Presiden Joko Widodo malah memilih orang berlatar belakang tak meyakinkan.

Di bidang ekonomi, misalnya, tantangan di depan mata adalah mengatasi defisit neraca perdagangan. Lebih jauh lagi, memacu pertumbuhan ekonomi, yang selama lima tahun ke belakang selalu di kisaran 5 persen. Bank Dunia malah meramalkan pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya mencapai 4,6 persen seiring dengan perlambatan ekonomi global. Menghadapi situasi sulit tersebut, Jokowi semestinya paham bahwa menteri berkarakter teknokratis cenderung akan bekerja lebih efektif ketimbang menteri dari partai politik.

Baca Juga:

Presiden memilih mendahulukan keterwakilan partai politik ketimbang efektivitas. Pemilihan menteri lebih seperti bagi-bagi kue kekuasaan, dengan melupakan mencari orang terbaik. Dibandingkan dengan periode pertamanya, pemilihan menteri di bidang ekonomi kali ini lebih buruk. Menteri dengan latar belakang tak jelas malah menduduki posisi penting.

Dalam menyusun kabinet, Jokowi juga tampak menyederhakan persoalan. Pendidikan, misalnya, diidentikkan dengan vokasi, sehingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dibekali misi untuk menyediakan tenaga siap kerja. Lalu, yang dianggap sebagai masalah utama politik dan keamanan adalah radikalisme, sehingga Kementerian Dalam Negeri diisi jenderal polisi dan Kementerian Agama ditempati pensiunan jenderal Angkatan Darat.

Penempatan Prabowo Subianto-pesaing Jokowi dalam pemilihan presiden lalu-sebagai Menteri Pertahanan serta Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan demi mengakomodasi kepentingan politik praktis. Wajar jika kemudian langkah itu dinilai sebagai siasat mengunci Gerindra agar tak mengusik pemerintahan.

Karena tujuan praktis yang dikejar, sulit untuk berharap isu lain yang tak kalah penting menjadi perhatian pemerintah. Dalam pidatonya setelah dilantik sebagai presiden untuk kedua kalinya, Jokowi bicara panjang-lebar soal pertumbuhan ekonomi. Namun tak sekali pun ia menyinggung penegakan hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, hingga demokrasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan terpaku pada "stabilitas" dan "pertumbuhan", Jokowi berpotensi mengulangi kesalahan Orde Baru. Pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan demokrasi dan hak asasi manusia justru akan menurunkan kualitas hidup manusia. Ditambah leluasanya praktik korupsi, model pembangunan semacam itu akan menyebabkan ketimpangan kian parah. Aktivitas ekonomi yang tidak efisien dan sarat dengan perburuan rente itu juga sulit membawa Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah, seperti yang dicitakan-citakan Jokowi terjadi pada 2045.

Berharap bahwa kabinet baru ini bisa mengatasi berbagai persoalan pelik mungkin terlalu muluk. Tapi Jokowi punya hak prerogatif untuk segera mengganti menterinya bila kinerjanya tak memuaskan dengan orang yang lebih kompeten, tak sekadar memenuhi keinginan partai atau hasrat politik jangka pendek.

Catatan:

Ini merupakan artikel tajuk koran tempo edisi 24 Oktober 2019

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


22 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

28 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.


Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

15 Januari 2024

Mantan Menkominfo Johnny G. Plate divonis 15 tahun penjara setelah ditetapkan sebagai tersangka pada 17 Mei 2023 dalam kasus korupsi proyek pembangunan Base Transceiver Station (BTS) 4G yang dikerjakan Kemenkominfo. Johnny bersama sejumlah tersangka lainnya diduga melakukan pemufakatan jahat dengan cara menggelembungkan harga dalam proyek BTS dan mengatur pemenang proyek hingga merugikan negara mencapai Rp 8 triliun. TEMPO/M Taufan Rengganis
Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

PPATK menemukan 36,67 persen aliran duit dari proyek strategis nasional mengalir ke politikus dan aparatur sipil negara. Perlu evaluasi total.