Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fiksi, Media Sosial, dan Kibul Sejarah

image-profil

image-gnews
Fiksi, Media Sosial, dan Kibul Sejarah
Fiksi, Media Sosial, dan Kibul Sejarah
Iklan

Kemala Atmojo
Pengamat Hukum

Kata "fiksi”, "fiktif”, dan "pasca-kebenaran” (post-truth) belakangan ini makin populer. Apalagi setelah budayawan Ridwan Saidi melontarkan komentar bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah fiktif. Gemparlah dunia media sosial dengan segala komentar, caci maki, dan kritiknya. Apakah ucapan Ridwan Saidi salah atau benar tentu masih perlu diuji secara keilmuan.

Namun fiksi, fiktif, atau pasca-kebenaran yang dianggap sebagai kibul, bohong, bukan kenyataan, tidak ilmiah, dan seterusnya itu sebenarnya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak zaman purba. Bahkan, menurut Yuval Noah Harari, Homo sapiens adalah spesies pasca-kebenaran yang kekuatannya bergantung pada penciptaan dan kepercayaan fiksi. Manusia lebih banyak berpikir dalam cerita ketimbang dalam fakta atau angka.

Harari mengutip satu contoh fiksi yang memakan korban besar, yakni ketika ditemukan tubuh seorang bocah bernama Hugh di sebuah sumur di Kota Lincoln, Inggris, pada 1255. Rumor menyebar bahwa Hugh dibunuh secara ritual oleh orang Yahudi setempat. Akibatnya, 19 orang Yahudi diadili dan dieksekusi dengan tuduhan pembunuhan. Setelah itu, pada 1290, semua penduduk Yahudi diusir dari Inggris. Penulis ternama dan juga sastrawan terkenal Inggris ikut menambah cerita sehingga banyak orang Yahudi digantung dan diusir.

Padahal tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana Hugh itu sampai meninggal di dalam sumur. Dia dimakamkan di Katedral Lincoln dan dihormati bagaikan orang suci. Para peziarah datang dari berbagai penjuru. Lalu apa yang terjadi kemudian? Sekian ratus tahun kemudian, tepatnya pada 1955, Katedral Lincoln menyangkal fitnah berdarah itu. Bahkan sebuah plakat dipasang di dekat makam Hugh dengan kalimat "Kisah-kisah yang dikarang-karang tentang ‘pembunuhan ritual’ anak-anak Kristen oleh komunitas Yahudi umum terjadi di seluruh Eropa selama Abad Pertengahan bahkan jauh di kemudian hari. Fiksi-fiksi ini membuat banyak orang Yahudi yang tidak berdosa menjadi korban. Lincoln memiliki legenda sendiri dan korban yang diduga dibunuh ini dimakamkan di Katedral pada 1255. Kisah-kisah semacam itu tidak boleh terulang demi reputasi kekristenan.”

Baca Juga:

Di Indonesia, dongeng atau kisah-kisah fiksi juga ada sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Beratus-ratus cerita legenda, mitos, kisah pewayangan, dan aneka fiksi lain dipercaya sebagai kenyataan yang pernah ada. Bahkan hingga kini banyak orang masih percaya bahwa Indonesia pernah dijajah Belanda selama 350 tahun.

Kibul-kibul baru juga terus disemburkan banyak orang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Misalnya, Presiden Joko Widodo adalah anggota Partai Komunis Indonesia, Barack Obama tidak lahir di Amerika Serikat, dan Hillary Clinton adalah kepala jaringan perdagangan anak yang dipergunakan sebagai budak seks.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun tidak semua fiksi itu buruk. Banyak ide dan fiksi yang menyatukan, menyenangkan, dan menginspirasi. Hak asasi manusia, yang disebut melekat dalam diri manusia sejak lahir karena pemberian Tuhan, adalah ide yang menyenangkan. Tanaman punya hak hidup adalah pemikiran yang menginspirasi.

Namun belakangan ini muncul lebih banyak fiksi yang menghancurkan citra seseorang atau yang merusak demokrasi. Misalnya, menjelang dan selama proses pemilihan presiden 2019, media sosial dengan segala kibulnya mengarahkan orang untuk memilih pasangan calon tertentu dengan cara membuat cerita palsu. Dalam euforia kebebasan menggunakan media sosial, berlangsunglah praktik-praktik manipulasi fakta, angka, penyebaran kebencian, hoaks, dan fitnah. Percakapan politik warga di ruang virtual lebih banyak memancing emosi. Di media sosial, menjelang dan selama pemilihan, sulit ditemukan percakapan warga negara yang santun, obyektif, jujur, dan bermutu. Emosi lebih penting ketimbang akal sehat. Perasaan lebih utama ketimbang pikiran.

Hal itu menunjukkan bahwa Internet dengan media sosialnya tidak hanya mendemokratisasi kesempatan, tapi juga kepanikan dan kibul. Media sosial tidak hanya digunakan sebagai sarana bertukar informasi dan mendekatkan hubungan sosial, tapi juga sebagai alat manipulasi untuk merusak kehidupan politik dan demokrasi yang sehat.

Barangkali ini memang risiko hidup di era sekarang. Internet dengan "idea” globalisasinya-meminjam istilah Thomas L. Friedman-menjadikan paus makin besar dan ikan kecil makin kuat. Dunia meninggalkan Anda makin cepat dan cepat sekaligus mengejar Anda makin cepat dan cepat. Ia memungkinkan kita untuk menggapai dunia yang tak pernah terjadi sebelumnya dan juga memungkinkan dunia menggapai kita dengan cepat, yang juga tak pernah terjadi sebelumnya.

Intinya, kita harus selalu berani mempertanyakan kembali semua pelajaran, kepercayaan, informasi, atau cerita yang pernah dan sedang kita peroleh. Harus ada keberanian untuk menggugat, meski hal itu dikatakan sebagai sejarah. Siapa tahu, semua itu cuma kibul.

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

17 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

25 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

29 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

44 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

45 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.