Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Syok

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Sesekali kita membutuhkan syok.

Seorang perempuan muda, berdiri di antara ratusan demonstran, dengan kacamata hitam sedikit melorot dan sikap yang cuek tapi tampak yakin, mengangkat sebuah poster. Di sana tertulis dengan huruf besar: "Selangkanganku Bukan Milik Negara". Sepasang pemudi berjilbab membawa poster berbeda: "Ada yang berdiri tegak. Tapi itu bukan keadilan. Itu titit". Seorang cewek muda lain menyatakan pikirannya dalam bahasa Jawa; terjemahannya: "Apa benar, urusan vagina dan ranjangku diurus Negara juga?".

Mereka, bersama ribuan mahasiswa Indonesia hari-hari ini, memprotes rencana pengesahan sebuah undang-undang yang mencerminkan kehendak parlemen dan pemerintah untuk mengatur perilaku warga negara dalam hal-hal yang sangat privat. Kata-kata yang mereka pilih sengaja melanggar apa yang biasanya disebut "bahasa sopan" - dan nyonya-nyonya terhormat pun menganggap itu jorok.

Yang tak disadari para tuan dan nyonya, anak-anak muda itu justru memperlihatkan bahwa "bahasa sopan" sebenarnya sebuah remote control yang bertahun-tahun mengendalikan pikiran agar selalu tunduk kepada hipokrisi yang dilazimkan. Seperti Chairil Anwar.

Di tahun 1945 Chairil meloncat dalam ethos revolusi, meninggalkan suasana burgerlijk dan priayi kolonial, dan berseru: "Aku ini binatang jalang...."

Ia tahu kata "jalang" mengguncang. Ia tahu kita memerlukan syok. Ia tahu syok itu meruntuhkan tirai yang menutup pandangan kita, hingga kita mampu memasuki sebuah masa yang semula tak terpikirkan.

Saya kagum. Saya terkesima bahwa seperti Chairil, kini sebagian generasi muda perempuan Indonesia dengan tangkas menunjukkan ada yang berbahaya dan keliru ketika dunia mereka dikendalikan pelbagai teknik remote control. Ketika diasumsikan "jorok", Negara pun mengklaim wewenang membereskannya. Para cewek cemerlang itu menunjukkan klaim itu sebenarnya sebuah ambisi yang melampaui batas. Juga sebuah ilusi.

Negara, kata Nietzsche, adalah monster yang paling dingin. "Dengan dingin pula ia berdusta, dan dusta ini merayap keluar dari mulutnya: Aku, Negara, adalah rakyat". Tapi pada saat itu, rakyat disisihkan.

Sebab "rakyat" (das Volk) adalah himpunan yang tak tepermanai, selalu akan datang, tak kunjung bisa diikhtisarkan, juga oleh Negara. Rakyat adalah hidup yang bergerak. Sementara itu, kata Nietzsche, dalam Negara, yang disebut "hidup" adalah "bunuh diri pelan-pelan dari semuanya".

Dengan kata lain, Negara adalah sebuah tata yang bertolak dari anggapan bahwa ia bisa mengatur-dengan kata lain menguasai-pelbagai hal yang belum bunuh diri, seperti anak-anak berkhayal menguasai pertempuran serdadu fantastis dalam game di layar komputer, atau lalu lintas di sebuah meja tempat kereta api mainan bergerak antara terowongan dan stasiun miniatur. James Scott dalam bukunya yang mencerahkan dan mengasyikkan, Two Cheers for Anarchism, menyebut tendensi ini sebagai "the miniaturization of order", tata yang dibayangkan dalam bentuk yang diperkecil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan itu dibayangkan ia bisa diterapkan dalam skala yang berjuta kali lebih besar. Padahal di sana pelan-pelan segala hal dianggap tak punya daya. Praktis mati.

Slavoj iek pernah menceritakan satu anekdot: seorang warga negara Yunani yang malang, katakanlah namanya X, mengirim surat ke kantor pemerintah berkali-kali selama berbulan-bulan, mengadu; uang pensiunnya belum juga datang. Kantor pemerintah akhirnya menjawab: yang menyebabkan uang pensiun itu terlambat adalah X sudah mati.

Ajaib? Mungkin tidak: di arsip pemerintah, X bukan lagi seseorang yang ingin makan, melainkan sebuah titik simbolik dalam jaringan administrasi. Jika titik itu terselip, Negara memutuskan X tak pernah ada.

Tentu saja, itu dusta yang sewenang-wenang. Warga negara bukan titik simbolik. Dengan wkelaparan, kekenyangannya, dengan kehidupan religius dan seksualnya, ia sejarah yang belum selesai. Ia bisa dicatat, diberi label, dimasukkan ke golongan penduduk tertentu, tapi sebagian besar dari dirinya tak pernah tertangkap. Yang disebut "dunia privat" sebenarnya batas dinamis seseorang sebagai Antah-berantah.

Selangkangan, titit, vagina adalah bagian-bagian yang sebenarnya tabu untuk disebut, atau harus dibahasakan dengan "sopan", karena mengandung sesuatu yang mempesona, merangsang, menjijikkan, mencemaskan: Antah-berantah.

Walhasil, sungguh sebuah ilusi untuk membuat undang-undang yang mengatur Antah-berantah. Negara dengan para birokratnya yang bekerja delapan jam sehari mustahil tahu benar adakah laku seksual seseorang berdasar cinta kasih, atau kehendak dominasi, atau submisi, atau iseng. Si pelaku sendiri sering tak sadar.

Agama bisa saja hendak mengatur itu. Setidaknya agama berasumsi dibantu Tuhan yang Mahatahu yang bisa menentukan "dosa" atau bukan. Tapi ketika Negara mengadopsi asumsi agama, dan mencoba mengendalikan dunia Antah-berantah, dan memberikan hukuman, ia pun menggigit-tapi dalam kiasan Nietzsche, "menggigit dengan gigi curian".

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.