Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pembebasan dalam Stand-Up Comedy

image-profil

image-gnews
Iklan

Kemala Atmojo
Penggemar Humor

Belakangan ini beredar luas video komika Kiki Saputri sedang me-roasting seorang anggota parlemen. "Roasting" adalah istilah khusus dalam stand-up comedy untuk lontaran lawakan yang bertujuan meledek seseorang.

Melihat video itu, saya kembali optimistis terhadap potensi generasi muda kita dalam mengembangkan humor, khususnya stand-up comedy. Potensi yang sama sebelumnya saya lihat ada pada Sam Darma Putra Ginting, Arie Kriting, Mamat Alkatiri, Liant Lin, Dzawin Nur Ikram, dan Abdurrahim Arsyad. Humor yang mereka sampaikan, meski tidak selalu konsisten dalam setiap penampilannya, terasa segar, kontekstual, membebaskan, dan kadang perlu ada referensi untuk menikmatinya.

Memang ada belasan jurus untuk membuat lelucon. Ada banyak juga teori mengenai humor. Untuk mencari jawaban yang serius, misalnya ditanyakan dari mana datangnya humor? Mengapa orang bisa tertawa? Apa fungsi humor dalam kehidupan pribadi dan sosial? Tentu ini sama rumitnya dengan usaha menemukan jawaban pasti tentang mimpi, sedih, dan menangis dengan segala implikasinya. Sebab, masalahnya tidak sekadar menyangkut perubahan biologis ketika kita tertawa, sedih, atau menitikkan air mata, tapi juga menyangkut masalah psikologis, sosiologis, dan filosofis.

Dalam khazanah perhumoran, dikenal sedikitnya tiga penggolongan besar teori humor. Pertama, teori keunggulan (superiority theories). Menurut teori ini, inti dari humor adalah rasa lebih baik, lebih tinggi, atau lebih sempurna pada diri seseorang dalam menghadapi suatu keadaan yang mengandung kekurangan atau kelemahan. Munculnya reaksi tawa seseorang karena mendadak ia memperoleh perasaan unggul saat menghadapi atau melihat pihak lain yang melakukan kekeliruan atau mengalami hal yang tidak menguntungkan. Banyak orang tertawa, misalnya, melihat badut yang terpeleset kulit pisang, lalu terbentur tiang dan tertimpa tangga. Pendeknya, orang tertawa karena melihat ekspresi, ucapan, atau tindakan aneh lain yang dianggap sebagai sebuah ketololan. Perasaan superior berwujud tawa itu muncul atas kemalangan atau kekurangan orang lain.

Baca Juga:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Model humor itu sering disebut sebagai slapstick dan kerap dipakai oleh banyak komedian Indonesia dari dulu hingga kini. Banyak komedian kita menggunakan jurus ini, misalnya dengan sengaja menampilkan diri sebagai orang yang bodoh, teraniaya, atau menonjolkan kekurangan fisik agar orang tertawa. Saya tidak tahu apakah para komedian itu dengan sadar menggunakan jenis ini karena menyadari siapa penontonnya atau justru hanya sebatas itu kemampuannya. Padahal humor jenis ini dianggap paling mudah dilakukan.

Kedua, teori ketidaksesuaian (incongruity theories). Teori ini menjelaskan bahwa tawa timbul karena perubahan yang sekonyong-konyong dari suatu situasi yang sangat diharapkan menjadi suatu hal yang sama sekali tidak diduga atau tidak pada tempatnya. Tawa terjadi karena harapan yang dikacaukan (frustrated expectation) sehingga seseorang dari suatu sikap mental tertentu dilempar ke sikap mental yang sama sekali lain. Jadi, tawa merupakan respons terhadap persepsi ketidaksesuaian.

Ketiga, teori pembebasan (relief theories). Menurut teori ini, inti humor adalah pembebasan atau pelepasan dari kekangan yang terdapat pada diri seseorang. Karena ada berbagai pembatasan dan larangan yang ditentukan oleh masyarakat atau pemerintah, dorongan-dorongan batin alamiah di dalam diri manusia mendapat tekanan. Nah, bila kekangan itu dapat dilepaskan, misalnya melalui sindiran jenaka, meledaklah perasaan orang dalam bentuk tawa. Dalam hal ini, humor berfungsi membantu meredakan ketegangan. Jika kita sering mendengar bahwa humor disebut sebagai "katup pelepas", kira-kira dari teori inilah ucapan itu berasal. Humor jenis ini yang menurut saya masih perlu dikembangkan di sini.

Tentu masih ada beberapa teori lain. Jurus-jurus khusus untuk humor verbal juga terus dikembangkan. Namun, apa pun teori dan jurus yang digunakan, yang paling penting adalah kejujuran dan kemauan untuk terus belajar. Ini perlu agar humor tidak sekadar memancing tawa, tapi juga mencerdaskan. Acara stand-up comedy yang disiarkan beberapa stasiun televisi telah menunjukkan potensi besar generasi muda. Tentu kita akan bangga jika suatu waktu muncul komika Indonesia yang bisa menjadi sekelas atau tampil bersama Trevor Noah, Wanda Sykes, Ellen Degeneres, dan lain-lain. Saya tidak yakin para komika kita akan kekurangan ide karena di negeri ini sebenarnya ada banyak hal-misalnya di bidang penegakan hukum dan politik-yang lucu dan bisa kita tertawakan. 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.