Budi Wiweko
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pendidikan sumber daya manusia pada hakikatnya berorientasi untuk menyiapkan dan menempatkan sumber daya unggul yang akan berkreasi sesuai dengan kepakarannya masing-masing di lapangan. Pada era disrupsi, kebutuhan akan kemampuan soft skill yang tinggi amat menentukan daya saing sumber daya manusia yang disiapkan oleh universitas.
Kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi, berkolaborasi lintas disiplin, berpikir kreatif dan kritis, kemampuan menjalin jejaring, sifat kepemimpinan, kemampuan kewirausahaan, dan inovasi merupakan soft skill yang sangat diperlukan. Target kompetensi ini membutuhkan pendidikan yang terencana dan terstruktur, terutama dalam hal mengelaborasi korteks serebri (otak) sebelah kanan.
Pertanyaan selanjutnya adalah siapkah universitas melaksanakan tugas mulia ini dan bagaimana menyelenggarakannya? Pada Agustus lalu, ingar-bingar kegiatan penerimaan mahasiswa baru serentak terjadi hampir di semua universitas di negara yang kita cintai ini. Betapa jelas kita melihat hampir setiap pagi di beberapa sudut kota dan membaca berita di surat kabar tentang berbagai kegiatan orientasi penerimaan mahasiswa baru yang sangat bervariasi dengan dilandasi beribu alasan.
Inikah langkah tepat dalam menyiapkan pemimpin masyarakat yang tangguh? Tidakkah kita menyadari bahwa dalam 74 tahun Indonesia merdeka belum pernah ada perubahan paradigma dalam kegiatan orientasi mahasiswa baru sehingga relevan dengan pembentukan karakter sumber daya manusia Indonesia yang kita harapkan?
Kita tidak pernah serius dan acap kali lupa bahwa tugas universitas adalah menyambut mahasiswa sebagai anggota keluarga baru dengan penuh keramahtamahan, juga merangkul, membina, dan memfasilitasi masa adaptasi mereka dari sekolah menengah ke jenjang pendidikan tinggi yang membutuhkan kemandirian. Bila perlu, kegiatan orientasi mahasiswa baru juga melibatkan orang tua mahasiswa agar mengenal kampus lebih dekat, sehingga mereka memahami dan membanggakan universitas tempat pendidikan anaknya.
Sejarah membuktikan bahwa seorang pemimpin bisa terlahir secara alami (the great man theory) atau sengaja dibentuk oleh lingkungan yang diciptakan (the situation theory). Universitas adalah salah satu wahana yang disediakan untuk mencetak pemimpin tangguh yang diperlukan bagi masyarakat.
Untuk mencapai tujuan ini, pemenuhan kompetensi dan keterampilan di universitas harus didukung penuh oleh mahasiswa yang sehat jasmani, rohani, dan ideologi. Ribuan calon pemimpin yang telah hadir di berbagai universitas perlu segera ditangani secara terstruktur, sehingga mimpi kita mencetak manusia yang seutuhnya dapat terwujud.
Insan intelektual cerdas, sehat, dan berkarakter adalah pemimpin masyarakat yang harus terlahir dari universitas. Belum banyak studi di Indonesia yang mengupas cara terbaik membangun karakter bangsa, selain pendidikan Pancasila yang cukup efektif mewarnai kepribadian bangsa kita saat Orde Baru dipimpin Soeharto. Generasi muda Indonesia berada pada titik kritis akan pentingnya pendidikan karakter bangsa, sehingga memaksa kita untuk segera menyikapinya dengan aktif.
Perubahan paradigma tidak saja harus terjadi pada kurikulum, tapi juga pada kualitas dan kesiapan cara mengajar para pendidik di universitas. Seorang pendidik harus mampu menjadi role model dalam pendidikan soft skill dan karakter, fasih memanfaatkan teknologi, dan mampu berkomunikasi, serta mendorong setiap mahasiswa untuk maju dalam berkarya.
Tidaklah mengherankan jika saat ini seorang guru besar juga harus fasih berkomunikasi dengan mahasiswanya menggunakan Instagram, Line, ataupun Twitter. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan online learning, open innovation, membangun start-up, dan aktif berkegiatan sosial bersama mahasiswa harus menjadi gaya setiap dosen di universitas.
Walaupun kita menyadari bahwa pembentukan karakter manusia terjadi dalam 17 tahun pertama kehidupan, universitas berperan penting dalam proses pematangan akhir pembentukan karakter sehingga tidak menjadi salah arah. Dengan demikian, mimpi kita untuk mencetak pemimpin melalui pendekatan the situation theory dapat dijalankan di universitas dan Indonesia mendapatkan berkah dengan suksesnya pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.