Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bilur

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Toni Morrison meninggal, 5 Agustus 2019, di New York.

Gajah mati meninggalkan gading, Toni Morrison meninggalkan hantu bukan hantu dirinya, melainkan hantu yang datang saat orang melupakan masa lalu Amerika yang keji.

Toni Morrison menulis novel, 11 buah, tapi saya terpaku pada Beloved. Saya ingat saya tak bisa tidur setelah membacanya. Sastrawan perempuan hitam ini bercerita dari apa yang dekat dengan kulit dan bawah sadarnya, trauma nenek moyangnya, bilur panjang perbudakan: jutaan Negro yang di abad ke-16 ditangkapi dan diangkut paksa dari dusun-dusun Afrika, dan setelah mengarungi laut yang selama berpuluh-puluh hari tak pernah mereka lihat dari dalam kurungan kapal dijual untuk disekap di perkebunan-perkebunan Amerika yang asing dan keras.

Yang menghunjam dari Beloved bukan hanya apa yang diceritakannya, tapi seperti laiknya novel yang autentik bagaimana semua itu diceritakan. Kata-kata Morrison seakan-akan datang dari endapan tubuh yang disakiti bertahun-tahun: kalimat-kalimat pendek, persis, seakan-akan untuk memperkuat diri, cetusan yang di sana-sini mengalir menenggelamkan koma, imaji yang puitis yang terkadang seperti menggugat. Tentu, yang puitis dalam Beloved tak seintens dalam novel Morrison yang lain, Song of Solomon tapi ada yang membuatnya membekas lama.

Dalam Beloved, adegan yang ajaib dan yang banal berkelindan, takhayul muncul sebagai bagian hidup sehari-hari, kekerasan bisa mengejutkan, tapi sekaligus begitu biasa, dan yang erotis bisa merangsang tapi juga sayup-sayup.

Baca Juga:

Kisah ini dimulai di Cincinnati, Ohio, di tahun 1873. Persisnya di rumah bernomor "124" di Bluestone Road. Di sana, selama 18 tahun terakhir, Sethe, seorang perempuan bekas budak, tinggal bersama Denver, anaknya perempuan, si bungsu. Juga bersama hantu dan rasa bersalah dan bekas penyiksaan dan hidup yang makin tipis.

Di rumah itu juga pernah tinggal Baby Suggs, mertua Sethe, perempuan tua yang sesekali bertindak sebagai pengkhotbah tanpa gereja ("unchurched") di sebuah petak hutan yang tak ditumbuhi pohon, tempat para bekas budak sesekali berkumpul. Ia memberi mereka keyakinan untuk setia kepada diri, ketika, nun di sana, tubuh hitam mereka ditampik. Cintailah daging tubuhmu di sini, katanya, cintailah dengan tari dan tawa. "In this here place, we flesh; flesh that weeps, laughs; flesh that dances on bare feet in grass. Love it."

Bagi Sethe, Baby Suggs juga ibu yang memijit dan melemaskan lehernya yang tegang, ibu yang nasihatnya melemaskan amarahnya kepada dunia. Sethe patuh. Ia letakkan "pisau-pisau pertahanannya yang berat", senjatanya untuk melawan "nestapa, sesal, kepahitan, dan luka". Dengan kata lain: untuk melawan masa lalu.

Meskipun ia tak berhasil.

Masa lalu menelan Sethe sepenuhnya. Perempuan ini pernah mencoba melarikan diri dari Sweet Home, tempat ia diperbudak. Majikannya menghukumnya dengan menguliti punggung perempuan yang dulu cantik ini dalam keadaan hamil. Ketika Sethe berhasil lepas bersama keempat anaknya, majikannya dan para pemburu budak datang ke tempatnya bersembunyi. Sethe pun melakukan sesuatu yang dianggapnya pilihan terakhir: membunuh semua anaknya, mengirim mereka ke akhirat yang tak disentuh perbudakan. Sethe gagal. Hanya si upik yang tewas disembelihnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anak kecil itu belum diberi nama. Nama "Beloved" yang tertulis di nisannya "yang tercinta" diambil dari khotbah pak pendeta waktu pemakaman.

Tapi tak semua hal bisa dikuburkan. Hantu mendatangi rumah No. 124 di Cincinnati. Kedua anak lelaki Sethe kabur. Sebaliknya bagi Denver, si bungsu yang kesepian, hantu itu temannya. Ia marah ketika pacar ibunya, Paul D, membuat roh yang tak tampak itu terusir.

Beberapa tahun kemudian, seorang gadis berumur sekitar 19 tahun muncul dari air rawa, tapi dengan pakaian lengkap. Ia lelah dan haus, tapi sepatu dan bajunya baru. Kulitnya mulus, kecuali tiga bekas gores di dahinya. Dengan susah payah orang-orang mengangkut tubuhnya ke rumah nomor 124. Di depan Sethe dan Denver, dengan suara serak, gadis aneh itu menyebut namanya. "Dalam gelap di sana, namaku Beloved."

Sethe percaya, gadis itu roh si upik yang dulu ia sembelih. Rasa berdosa membuat dirinya mati-matian melayaninya….

Tapi benarkah? Novel ini tak menjawab. Si Beloved mungkin reinkarnasi anak yang terpaksa dibunuh ibunya, tapi mungkin juga titisan masa lalu yang lebih luas dan gelap. Gadis berusia 20 tahun ini terkadang seperti tak sadar mengucapkan rasa pedih orang-orang Afrika yang diangkut di kapal sekian abad yang lalu: ribuan kulit hitam yang dijualbelikan seperti ternak dan di saat kehausan hanya diberi air kencing si kulit putih.

Dengan ambiguitas itu Beloved menawarkan makna lain sejarah Amerika sebuah sejarah peradaban yang juga sejarah kebiadaban.

Dan itulah hantu dalam wasiat Toni Morrison. Hantu yang mengingatkan kita ketika Trump dan kaum rasis berkuasa di Amerika: lihat, kekejian tak mati-mati. "...nothing ever dies," seperti kata si Denver.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

15 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.