Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Arogansi (Politik) Jawa?

image-profil

image-gnews
Siswa berpose dekat wayang Arjuna dari cerita Mahabharata saat mengunjungi Museum Wayang di Jakarta, 8 November 2018. REUTERS/Beawiharta
Siswa berpose dekat wayang Arjuna dari cerita Mahabharata saat mengunjungi Museum Wayang di Jakarta, 8 November 2018. REUTERS/Beawiharta
Iklan

Seno Gumira Ajidarma
PanaJournal.com

Para pejabat tinggi dengan latar belakang kebudayaan Jawa mulai lagi ngomong Jawa di panggung (politik) nasional. Ini membuat saya teringat akan masa Orde Baru, ketika Soeharto meluncurkan kata gebuk, sampai begitu dikenal bagaikan sebuah kata dari bahasa Indonesia. Pada gilirannya, Joko Widodo menggunakan kata gebuk untuk maksud yang sama. Keduanya menyasar manuver politik "inkonstitusional", yang tentu saja akan dilakukan lawan politik mana pun tanpa harus menunggu jadwal pemilihan umum.

Saya kira, tidak semua manuver politik di luar forum resmi mesti disebut inkonstitusional, dan karena itu melanggar hukum, bukan? Partai politik ataupun lembaga non-politik memiliki-dan berhak menjalankan-proyek ideologisnya masing-masing. Namun kata gebuk itu menjadi ancaman terselubung, semacam tindakan preventif agar lawan politik mana pun mengurungkan "kreativitas yang tak diinginkan". Kata gebuk jelas membawa kode kekerasan, dan ini lebih layak mengundang kepedulian daripada sekadar menggugatnya sebagai kata yang kasar dan melanggar etiket kesantunan seorang pejabat publik.

Ini perlu saya sebutkan karena kode kekerasan juga terhadirkan melalui kata-kata yang tampaknya saja tanpa masalah, seperti ungkapan yang digunakan Jokowi berikut: lamun sira sekti, aja mateni; meskipun dikau sakti, jangan membunuh. Dalam dirinya sendiri, ini hanyalah nasihat yang baik. Dalam konteks politik kontemporer, sangat kuat opsi tafsiran: meskipun saya mampu, saya tidak akan membunuhmu (tapi jangan coba-coba).

Teks berbahasa Jawa ini kelengkapannya bersambung dengan: lamun sira banter, aja ndhisiki (meski dikau cepat, jangan menyalip); lamun sira pinter, aja minteri (meski dikau pandai, jangan-digunakan untuk-mengecoh). Sama saja, nasihat ini secara tak langsung menunjukkan superioritas dalam kompetisi. Artinya, ujaran ini ditujukan kepada yang lebih kuat, lebih cepat, dan lebih pandai, alias sang pemenang, agar kebijakannya sempurna-apalagi jika diucapkan sendiri.

Dalam berita utama The Jakarta Post, "Jokowi’s power play: ‘Aja matèni’", dapat diikuti tanggapan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wasisto Raharjo Jati, yang disebut mendalami falsafah Jawa. Menurut dia, itulah cara Jokowi menggunakan bahasa perumpamaan untuk menyampaikan pesan langsung bahwa ia ingin merangkul lawan-lawan politiknya, karena dalam (budaya) politik Jawa tidak ada kemenangan absolut.

Jika dalam demokrasi keberadaan oposisi itu ideal, dalam politik Jawa, terdapatnya oposisi merupakan destabilisasi. Dalam pendapat Wasisto, jauh di lubuk hatinya (in his heart of hearts), Jokowi tidak ingin punya oposisi sama sekali, karena akan menciptakan "dua matahari" dan mengurangi daya kekuasaannya. Peluncuran teks berbahasa Jawa, lengkap dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia, itu disebut untuk menguji dan mengukur reaksi publik tentang bergabungnya oposisi dalam koalisi (Tehusijarana, 24 Juli 2019: 1).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari wacana ini terdapat beberapa masalah. Pertama, seberapa jauh "bahasa (politik) misterius" perlu ditanggapi dengan cara menebak-nebak apa maksudnya, jika dalam sistem politik terbaik, keterbukaan, kejelasan, ketegasan, dan kepastian jauh lebih mangkus dan sangkil daripada kata-kata bersayap tanpa argumentasi yang hanya memancing sensasi?

Kedua, seberapa jauh peluncuran teks bergambar Gatotkaca di dunia maya ini perlu disahihkan sebagai bahasa politik Jokowi, yang "ngomong secara tidak langsung sesuai dengan ke-jawa-annya", dan dengan itu menjadi sahih pula ditanggapi secara politis, baik yang diplomatis, oportunis, maupun "mendadak akademis"?

Ketiga, jika memang benar-dan semoga tidak benar-Jokowi dengan penuh kesadaran "memainkan Jawa" dalam politik Indonesia, bagaimanakah hal itu perlu diterima; dan tidakkah sebaliknya, lebih baik memberi peringatan, betapa kebijakan (budaya) politik terbaik sebagai presiden tentulah mengutamakan keindonesiaan di atas ke-jawa-an dan seterusnya?

Persoalannya, segala sesuatu yang berbau Jawa-ketika identitas "Jawa" masih terus terbongkar-telah menjadi kelewat eksotis dalam perbincangan politik. Hal itu sampai melahirkan simpulan yang genit dan kenes, dalam "pembuktian" bahwa segenap taktik dan strategi politik Jokowi bersumber dari ujaran semacam nglurug tanpa bala (menyerbu tanpa pasukan) ataupun menang tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan).

Peristiwa dramatis dalam dunia politik sering lebih mahal harga sosial-ekonominya daripada jika berlangsung, misalnya, dalam ilmu susastra, yang seperti menjadi tempat lebih baik untuk membedahnya. Dalam konteks politik, prasangka arogansi Jawa sebagai kebudayaan terbaik, tercanggih, terdalam, terhalus, dan paling maju di antara budaya-budaya lain di Indonesia, akan sangat mudah dijangkitkan-dan ini berarti pemitosan Jawa sebagai manuver politik menjadi kontraproduktif.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.