Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Erotika

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Orang tua tak berbaju itu—ia Lempad, tentu saja—berdiri di depan rumahnya. Berandanya penuh batu dipahat, dan di belakang tubuh yang keriput itu—ia berusia sekitar 80 tahun—tampak sebuah patung dada yang setengah selesai, setinggi satu meter.

Itu di bulan November 1968. Saya, bersama seorang perupa Inggris, teman membuat sketsa dari tempat ke tempat, sengaja mampir ke Banjar Taman Kelod, Ubud. Kami memperkenalkan diri.

Saya tak ingat apa yang kami bicarakan.

Yang tak terlupakan, Lempad mengambil sebuah buku berukuran sekitar 45 x 25 cm. Album itu ditunjukkannya dengan ramah. Saya terperenyak: di tiap halaman muncul goresan tebal tinta Cina yang membentuk outline gambar manusia dan benda; di tengah bidang kosong, sosok-sosoknya disungging dengan luwes.

Di sana dikisahkan cerita Jayaprana dan Layonsari. Tiap halaman menggambarkan satu adegan. Semua dilukis lugas, tanpa stilisasi yang rumit dan ornamen yang bertebar—kelugasan estetis yang merupakan ciri sang empu.

Baca Juga:

Pada adegan sanggama dua kekasih yang malang itu, saya merasakan suasana erotis meruap—juga sebuah puisi yang diam. Cerita Bali ini saya baca ketika saya berumur 10 tahun; saya pernah menonton pementasan Jayaprana karya sastrawan Belanda Jef Last: tapi tak ada yang lebih menyentuh ketimbang gambar-gambar Lempad.

Sejak itu saya ingin sekali lagi, lebih lama, memandang Jayaprana-Layonsari itu. Tak kunjung dapat. Lempad wafat di tahun 1978 dan karya itu entah di mana.

Mungkin saya berlebihan. Bukan pertama kali itu Lempad membuat gambar-gambar erotis—dan di Bali, sejak zaman dahulu, seperti tiap pembaca cerita panji versi Bali tahu, seksualitas bisa dipaparkan dengan mempesona.

Saya pernah punya dua karya Made Budi dari Batuan. Yang pertama, adegan Syiwa yang menyamar jadi penggembala, menunggu istrinya, Uma, yang hendak ia uji kesetiaannya—sebuah thema yang juga digarap Lempad dalam seri “Rare Angon”. Di antara dedaunan, yang disungging sebagai ornamen, tampak laki-laki itu berjongkok dengan zakar yang tegang. Tapi nafsu berahi tak membentuk suasananya; yang terasa sebuah syair yang magis.

Lukisan kedua lebih besar: sebuah adegan yang ramai—pohon, sungai, orang-orang. Di sana sebuah orgi berlangsung. Tapi gambar yang tiap elemennya distilisasi itu juga mungkin sebuah parodi terhadap fantasi laki-laki: tampak sebuah phallus yang amat panjang melewati tubuh-tubuh perempuan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seksualitas dalam lukisan Bali bisa “kasar”, atau grotesk, atau—seperti dalam lukisan Dewa Putu Mokoh—naif, absurd, komikal.

Saya kira itulah beda antara karya yang erotis dan yang pornografis. Dalam yang pertama, seksualitas adalah sebuah suasana; yang ditampilkan tak hanya badan. Dalam yang kedua, organ seks tampak menonjol; sosok yang bersanggama seakan-akan jadi pusat dunia.

Dalam karya erotis, manusia adalah tubuh, tapi “tubuh” dalam pengertian ini mungkin lebih dekat dengan Leib menurut fenomenologi Scheler: sisi diri kita yang berperan penuh tapi kita alami seperti ketika kita menari: tak statis, tak kita lihat sebagai obyek. Sementara itu, pornografi lebih memperlihatkan manusia dalam raganya, sebagai organ, dan praktis hanya itu, tak berubah. Pornografi membosankan.

Tentu tak selamanya jelas batas pemisah antara yang erotis dan yang pornografis. Ada gambar-gambar Lempad di mana seks lebih karnal, lebih “daging”. Tampak pria dan wanita bertubuh kokoh dan berkonsentrasi. Sekitar kosong—seakan-akan yang di luar itu tak penting. Terasa seks tak lagi terkait dengan kedahsyatan di luar raga. Dalam gambar Lempad ini, seks sepenuhnya tanpa sifat magis; ia sesuatu yang profan dan sehari-hari.

Di situ Lempad seorang “modern”; ia mengalami dan menyatakan apa yang disebut Weber sebagai die Entzauberung der Welt, dunia yang tak lagi mengandung sihir.

Ia mulai menggambar di tahun 1930-an, sezaman dengan para sastrawan Pujangga Baru. Buku monumental tentang Lempad, yang disusun Ana Gaspar, Antonio Casanovas, dan Jean Couteau, membahas dengan menarik pertemuan perupa Bali itu dengan Walter Spies dan Bonnet, yang memperkenalkannya dengan kertas, medium yang lebih memberinya kebebasan ekspresi.

Tapi Lempad punya kekayaan memorinya sendiri. Ia melintas dua arah, antara tradisi dan pembaruan. Ia tak terkungkung. Dalam ceramahnya baru-baru ini, Wayan Kun Adnyana, yang penelitiannya tentang sejarah seni rupa Bali mengungkapkan hal-hal yang jarang diketahui, menyebut Lempad sebagai “migran”: orang Badahulu yang pindah ke Ubud. Ia abdi puri, tapi tak hanya tinggal dalam mithos. Sejak kecil ia kenal relief tentang dewa dan raja, tapi juga—seperti yang terpahat di tembok karang kuno sepanjang 25 meter di desanya, Yeh Pulu—tentang manusia sehari-hari.

Tak mengherankan bila erotika Lempad juga seperti narasi sehari-hari: sesuatu yang lumrah. Jenius ini meninggalkan sebuah khazanah yang memungkinkan kita menyambut tubuh dan seksualitas bukan dengan cemas dan waspada. Lempad tak mendorong kita menampiknya.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

13 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


15 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

21 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

25 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

40 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

41 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.