Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Salah Kaprah Rekonsiliasi

Oleh

image-gnews
Warga Kampung Anti Hoax, Joho, Manahan, berfoto bersama pria bertopeng Capres nomor urut 01 dan 02, Jokowi serta Prabowo Subianto saat aksi Ruwatan Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Rabu, 24 April 2019. ANTARA/Maulana Surya
Warga Kampung Anti Hoax, Joho, Manahan, berfoto bersama pria bertopeng Capres nomor urut 01 dan 02, Jokowi serta Prabowo Subianto saat aksi Ruwatan Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Rabu, 24 April 2019. ANTARA/Maulana Surya
Iklan

Pemilihan presiden merupakan peristiwa rutin lima tahunan, bagian dari mekanisme sirkulasi kepemimpinan. Memandang kompetisi ini sebagai pertarungan hidup-mati sangatlah keliru. Apalagi jika pada akhirnya yang terjadi adalah permufakatan tertutup di antara para elite untuk bagi-bagi kekuasaan. Dengan jargon rekonsiliasi, kedua kubu bernegosiasi mencari kesepakatan.

Setelah pemilihan presiden dengan kompetisi yang nyaris brutal setahun terakhir, kehidupan publik seharusnya normal kembali. Mahkamah Konstitusi telah menolak semua gugatan sengketa hasil pemilu yang diajukan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Keputusan Komisi Pemilihan Umum pada 21 Mei 2019 dikukuhkan: Joko Widodo-Ma’ruf Amin memimpin negara ini pada 2019-2024.

Betapapun menyesatkan, kata rekonsiliasi telah lazim digunakan akibat terlalu kerasnya persaingan di dalam masyarakat. Orang ramai seolah-olah dibagi menjadi dua kelompok: nasionalis dan islamis-betapapun problematiknya penggunaan kategorisasi itu hari-hari ini. Kubu nasionalis disematkan kepada pendukung Jokowi, sedangkan cap islamis dilekatkan kepada penyokong Prabowo. Kedua kelompok membawa narasi yang menguatkan stempel-stempel itu selama masa kampanye. Amien Rais, politikus Partai Amanat Nasional yang mendukung Prabowo, misalnya, menyebut adanya kekuatan partai tuhan dan partai setan. Sedangkan para pendukung Jokowi mengecap kelompok lain sebagai anti-Negara Kesatuan Republik Indonesia atau pro-negara khilafah.

Adu stempel itu memuncak justru setelah hasil pemungutan suara diumumkan Komisi Pemilihan Umum. Kelompok pendukung Prabowo memprotesnya dengan, antara lain, menggelar salat tarawih di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, tepat di depan kantor Badan Pengawas Pemilu, pada 21 Mei malam. Inilah awal pecahnya kerusuhan yang menewaskan sembilan orang. Bukan kebetulan, elite kedua kubu intensif bertemu setelah rusuh.

Inisiatif datang dari kubu Jokowi. Mereka disebutkan menawarkan posisi di pemerintahan untuk sejumlah politikus Partai Gerindra pimpinan Prabowo. Tawaran juga disodorkan ke Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional. Jika ini terlaksana, koalisi pemerintah akan memegang kekuatan mutlak.

Sejauh ini, dari penghitungan sementara, gabungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan menguasai 349 kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Jika Gerindra bergabung, kekuatan bertambah menjadi 427 kursi. Bila Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional juga menyeberang, koalisi pemerintah bakal memegang 525 dari 575 kursi Dewan. Oposisi hanya ditempati Partai Keadilan Sejahtera.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi Jokowi dan Ma’ruf, kekuatan mayoritas itu dianggap bakal memuluskan semua rencana pemerintah. Tak ada serangan dan kritik tajam dari DPR. Semua keinginan-dari menambah anggaran hingga menetapkan undang-undang baru-akan berjalan mulus tanpa hambatan. Tapi di sinilah persoalannya: keinginan agar rencana tak diganggu aral itu mengasumsikan bahwa rencana tersebut seratus persen baik sehingga tidak perlu secara sengit diuji dalam proses checks and balances.

Bagi masyarakat, kekuatan mayoritas tunggal itu bisa merugikan. Sebab, tak ada lagi perimbangan kekuatan di lembaga eksekutif dan legislatif. Lebih jauh lagi, orientasi kekuasaan ini makin menjauhkan sistem kepartaian yang ideal. Elite partai bersikap sangat pragmatis, mengejar kesepakatan transaksional.

Oposisi yang kuat sebenarnya akan membiasakan masyarakat menghadapi perbedaan. Terutama perbedaan orientasi politik, seperti di negara-negara maju. Masyarakat bisa belajar dari perbedaan kubu konservatif yang mendukung Partai Republik dan kubu liberal sebagai penyokong Partai Demokrat di Amerika Serikat. Di negara-negara Eropa, ada kekuatan kiri pada kelompok buruh yang berkompetisi dengan kelompok kanan. Perbedaan politik di negara-negara itu berjalan normal, tidak menimbulkan permusuhan yang pada akhirnya memerlukan “rekonsiliasi”.

Ada baiknya Gerindra menimbang kembali tawaran bergabung ke kubu Jokowi. Mereka perlu bersama Partai Keadilan Sejahtera-juga semestinya Demokrat dan PAN-tetap menjadi oposisi. Kekuatan oposisi tidak kalah penting dibandingkan dengan pemerintah. Mereka bisa menyusun program-program tandingan, yang akan menjadi pembanding program partai penguasa. Prabowo juga punya tanggung jawab moral karena, sengaja atau tidak, ia telah membuat pendukungnya menjadi militan dalam pengertian yang negatif. Sikap ini telah memperkeras persaingan politik dalam sepuluh bulan terakhir. Untuk kemaslahatan bangsa dan negara-alasan yang selama ini kerap dipidatokan Prabowo-tak semestinya ia kini berpindah posisi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Terowongan Silaturahmi Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang Didatangi Paus Fransiskus

2 hari lalu

Suasana Terowongan Silaturahim yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, Senin, 25 Oktober 2021. Terowongan yang dibangun dengan panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,1 meter dengan total luas terowongan area tunnel 136 m2 dengan total luas shelter dan tunnel 226 m2 menelan dana sebesar Rp 37,3 miliar. TEMPO/Syara Putri
Mengenal Terowongan Silaturahmi Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang Didatangi Paus Fransiskus

Terowongan silaturahmi yang dikunjungi Paus Fransiskus bukan sekadar untuk penyeberangan, melainkan juga simbol toleransi antarumat beragama


Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

9 hari lalu

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

Kelompok rentan disabilitas, lanjut usia, juga ibu hamil bisa menikmati layanan antar-jemput Benteng Vredeburg Yogyakarta mulai awal Agustus 2024


Ubah Formasi Batuan Berusia 140 Juta Tahun, Dua Pria Nevada AS Dituntut 10 Tahun Penjara

10 hari lalu

Mead Lake, Nevada-Arizona, Amerika Serikat (visitarizona.com)
Ubah Formasi Batuan Berusia 140 Juta Tahun, Dua Pria Nevada AS Dituntut 10 Tahun Penjara

Kedua pria tersebut mendorong bongkahan formasi batuan kuno ke tepi tebing dekat Redstone Dunes Trail di Area Rekreasi Nasional Danau Mead Nevada.


Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

11 hari lalu

Sejumlah pencari kerja mengunjungi pameran bursa kerja Jakarta Job Fair 2024 di Thamrin City, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa, 25 Mei 2024. Suku Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi (Sudin Nakertransgi) Jakarta Pusat menggelar Jakarta Job Fair yang diikuti oleh 40 perusahaan selama dua hari pada 28-29 Mei 2024. Dok. Pemprov DKI Jakarta
Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

Warga yang mencari lowongan kerja atau pelatihan meningkatkan keahlian dapat melihat informasi di laman milik dinas yang mengurusi ketenagakerjaan.


PDIP Berpeluang Usung Anies Maju di Pilkada Jakarta, Cak Imin: Semoga Lancar

13 hari lalu

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menghadiri Muktamar PKB di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali pada Sabtu, 24 Agustus 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
PDIP Berpeluang Usung Anies Maju di Pilkada Jakarta, Cak Imin: Semoga Lancar

Cak Imin merespon peluang pencalonan Anies oleh PDIP untuk Pilkada Jakarta.


26 hari lalu


BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

28 hari lalu

BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

elaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ema Setyawati mengatakan mayoritas kemasan galon air minum yang digunakan masyarakat memiliki potensi terkontaminasi senyawa kimia Bisfenol A atau BPA.


Cabut Seluruh Keterangan di Kasus Vina, Liga Akbar: Banyak Orang Baik Dukung Saya, Dulu Tidak Ada yang Percaya

38 hari lalu

Terpidana kasus pembunuhan Vina Cirebon Saka Tatal menjalani sidang Peninjauan Kembali (PK) di Pengadilan Negeri Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu 24 Juli 2024. Saka Tatal yang telah bebas murni setelah menjalani hukuman 3 tahun 8 bulan itu mengajukan PK untuk memulihkan nama baiknya karena merasa tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Vina dan Eky pada tahun 2016. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Cabut Seluruh Keterangan di Kasus Vina, Liga Akbar: Banyak Orang Baik Dukung Saya, Dulu Tidak Ada yang Percaya

Dalam sidang PK Saka Tatal, Liga Akbar mencabut seluruh BAP yang ia berikan dalam kasus Vina Cirebon. Merasa lebih tenang.


Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

40 hari lalu

Pesawat N250 karya Presiden RI ketiga, BJ Habibie saat menjabat sebagai Menristek dan Dirut IPTN di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Rabu, 11 September 2019. Pesawat N250 adalah karya monumentalnya yang menerapkan teknologi kendali otomatis fly by wire pertama di dunia. TEMPO/Prima Mulia
Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

Sebagai sebuah pembahasan, buku ini berusaha menganalisis faktor-faktor yang memiliki pengaruh dalam kebijakan pengembangan industri pesawat terbang nasional.


Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

52 hari lalu

Andi Timo Pangerang. Foto: Facebook
Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)