Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sinyal Buruk Seleksi KPK

Oleh

Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK berbincang sebelum melakukan rapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 17 November 2015. ANTARA/Sigid Kurniawan
Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK berbincang sebelum melakukan rapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 17 November 2015. ANTARA/Sigid Kurniawan
Iklan

SEMBILAN nama yang diumumkan Presiden Joko Widodo sebagai anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi mewakili gambaran suram masa depan pemberantasan korupsi di negeri ini. Tanpa rekam jejak meyakinkan dalam gerakan antikorupsi, dikhawatirkan mereka tidak punya perspektif yang tepat dalam memilih jajaran pemimpin KPK yang dibutuhkan publik empat tahun ke depan.

Selain rekam jejak, masalah utama panitia seleksi KPK kali ini adalah kedekatan mereka dengan polisi. Tiga dari sembilan anggota panitia bekerja sebagai penasihat Kepala Kepolisian RI dan pengajar sekolah perwira polisi. Satu orang lagi kerap diundang sebagai saksi ahli untuk polisi di pengadilan. Karena rutin berhubungan dengan Korps Bhayangkara, jelas kuping mereka lebih peka mendengar kepentingan polisi dalam seleksi pemimpin KPK.

Kedekatan itu bermasalah karena hubungan KPK dan kepolisian kerap diwarnai konflik. Sejak periode awal kepemimpinan KPK, polisi selalu menyerang balik ketika penyidik KPK mengendus kasus korupsi di jajaran petinggi mereka. Kita masih ingat perseteruan "cicak versus buaya" yang dimulai pada 2009 ketika KPK menyadap telepon Kepala Badan Reserse Kriminal Inspektur Jenderal Susno Duadji, yang diduga menerima suap.

Tiga tahun kemudian, polisi kembali melawan ketika Kepala Korps Lalu Lintas Inspektur Jenderal Djoko Susilo disidik dalam kasus korupsi pengadaan simulator untuk ujian surat izin mengemudi. Terakhir, pada 2015, ketika Wakil Kepala Polri (ketika itu) Komisaris Jenderal Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka kasus rekening gendut, polisi lagi-lagi membuat kegaduhan. Dalam ketiga insiden itu, pemimpin KPK balik dijadikan tersangka oleh kepolisian.

Konflik antarlembaga penegak hukum yang seharusnya bekerja sama memberantas korupsi tentu tidak sehat. Namun solusinya bukan dengan membiarkan polisi mengendalikan siapa yang terpilih menjadi pemimpin KPK. Justru sebaliknya: Presiden Joko Widodo seharusnya menguatkan kapasitas lembaga itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu indikator penting untuk mengukur integritas calon pemimpin KPK adalah independensi mereka dari kekuasaan dan institusi yang kelak harus mereka awasi. Karena itulah calon pemimpin KPK yang semata-mata menjadi kepanjangan tangan kepolisian, kejaksaan, atau Badan Intelijen Negara seharusnya dicoret dari daftar.

Terlebih kondisi KPK saat ini sungguh memprihatinkan. Upaya pelemahan gerakan antikorupsi sudah merasuk ke sendi-sendi internal lembaga ini. Lebih dari 700 pegawai KPK resah dan menandatangani petisi menuntut perbaikan dari dalam. Diduga Deputi Penindakan KPK Inspektur Jenderal Firli sengaja menghambat penyidikan perkara korupsi yang melibatkan tokoh besar. Ada laporan bahwa barang bukti dalam kasus suap impor daging sapi yang disebut-sebut melibatkan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian bahkan dirusak penyidik KPK dari kepolisian.

Ikhtiar mencari pemimpin KPK yang ideal seyogianya dimulai dari pemilihan panitia seleksi yang mumpuni dan bisa diterima semua kalangan. Jika kredibilitas lembaga penyaring pemimpin KPK saja pagi-pagi sudah dipertanyakan, sulit membayangkan hasil kerjanya bakal memuaskan harapan publik.

Masih ada waktu jika Presiden hendak merombak susunan panitia seleksi. Periode kepemimpinan KPK baru berakhir pada 21 Desember mendatang. Jangan sampai sejarah mencatat pemberantasan korupsi mundur ke titik nadir justru pada periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Selama korupsi masih merajalela, Indonesia butuh KPK yang kuat dan independen.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Anggaran Mubazir Pengadaan Mobil Listrik untuk Pejabat

1 hari lalu

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menunjukkan mobil listrik saat diluncurkan sebagai kendaraan dinas Kementerian Perhubungan di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu, 16 Desember 2020. Kendaraan dinas pejabat Kementerian Perhubungan resmi berganti dari yang berbahan bakar fosil menjadi bahan bakar listrik. ANTARA/Sigid Kurniawan
Anggaran Mubazir Pengadaan Mobil Listrik untuk Pejabat

Mobil listrik untuk pejabat dan operasional Kementerian dan lembaga tidak perlu dan percuma. Bisa menambah kemacetan.


Lawan Misinformasi tanpa Centang Biru Twitter

6 hari lalu

Lawan Misinformasi tanpa Centang Biru Twitter

Para peniru dan penebar kabar bohong itu nekat membuat tanda verifikasi yang menyerupai verification badge asli yang dibuat oleh platform media sosial.


Pesta Selebritas di Partai Politik

8 hari lalu

Artis dan presenter Aldi Taher sempat didiagnosa memiliki kanker kelenjar getah bening. Benjolan kanker yang sempat bersarang di leher Aldi Taher telah hilang setelah melakukan rangkaian pengobatan dan kemoterapi. Dok.Tempo/ Agung Pambudhy
Pesta Selebritas di Partai Politik

Jangan hanya melihat popularitas calon legislator, tapi perhatikan rekam jejak mereka secara utuh. Kita sedang memilih mereka yang mampu memperjuangkan hak-hak rakyat dalam lima tahun mendatang


Menjaga Biodiversitas Meredam Perubahan Iklim

8 hari lalu

Ilustrasi hutan pinus. dok.TEMPO
Menjaga Biodiversitas Meredam Perubahan Iklim

Keanekaragaman hayati mampu menjadi benteng pertahanan perubahan iklim dan mengawal pemerintah dalam upaya menguatkan komitmen melindungi Bumi.


Bima TikToker dan Godaan Obral 'Stempel' Hoaks

9 hari lalu

TikToker, Bima Yudho Saputro yang viral setelah membuat video berjudul Alasan Lampung Gak Maju-Maju. Foto: TikTok/@Awbimaxreborn
Bima TikToker dan Godaan Obral 'Stempel' Hoaks

Respons kritik dengan verifikasi. Jika kritik di media sosial itu terbukti salah, bantahlah di media yang sama.


Bamsoet Diangkat Jadi Wakil Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi BP PTSI

10 hari lalu

Bamsoet Diangkat Jadi Wakil Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi BP PTSI

Dunia pendidikan di Indonesia masih menyisakan banyak persoalan. Hal ini tercermin dari peringkat pendidikan negara-negara di dunia.


Kemenperin: RI Memiliki Potensi Mengembangkan Perkebunan Tebu di Lahan Rawa

11 hari lalu

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Kementerian Perindustrian RI, Taufiq Bawazier pada acara Kick Off di Beerhall, SCBD, Jakarta Selatan, Senin, 28 November 2022. (Foto: TEMPO/ Kholis Kurnia Wati)
Kemenperin: RI Memiliki Potensi Mengembangkan Perkebunan Tebu di Lahan Rawa


Yandri Susanto Ajak Pengurus RT/RW Jaga Persatuan

14 hari lalu

Yandri Susanto Ajak Pengurus RT/RW Jaga Persatuan

Yandri memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kecamatan Petir Kabupaten Serang, Banten.


Sesat Klaim Janji Investasi

14 hari lalu

Pekerja beraktivitas di lokasi proyek pembangunan Rumah Tapak Jabatan Menteri di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibu Kota Negara, Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa, 28 Februari 2023. Pembangunan 36 Rumah Tapak Jabatan Menteri tersebut tengah memasuki tahap pematangan lahan dan ditargetkan rampung pada Juni 2024 sebagai salah satu persiapan untuk penyelenggaraan upacara bendera Hari Kemerdekaan RI di IKN Nusantara. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Sesat Klaim Janji Investasi

Komitmen pendanaan transisi energi melalui skema JETP masih terkatung-katung. Pemerintah sebaiknya introspeksi.


Obituari Hendrik Dikson Sirait, 5 Januari 1972 - 11 Mei 2023

15 hari lalu

Hendrik Dikson Sirait
Obituari Hendrik Dikson Sirait, 5 Januari 1972 - 11 Mei 2023

Omong-omong, aku senang melihat fotomu yang ditaruh di depan pusara. Kau tersenyum. Rapi dalam balutan jas dan dasi. Badanmu berisi. Mirip aku jugalah.