Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Setelah Artis Ramai-ramai Berhijrah

Oleh

image-gnews
Petugas memeriksa tato pada wajah anak jalanan saat hapus tato gratis di Kolong Jalan Layang Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, 18 Mei 2019. Kegiatan hapus tato gratis ini merupakan upaya menyediakan bantuan bagi mereka yang ingin bertobat dan hijrah dengan menghapus tato. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Petugas memeriksa tato pada wajah anak jalanan saat hapus tato gratis di Kolong Jalan Layang Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, 18 Mei 2019. Kegiatan hapus tato gratis ini merupakan upaya menyediakan bantuan bagi mereka yang ingin bertobat dan hijrah dengan menghapus tato. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Iklan

Apa yang bisa kita katakan tentang fenomena maraknya artis yang “berhijrah” hari-hari ini: munculnya kesadaran beragama di kalangan pekerja hiburan atau sekadar bagian dari marketisasi agama—religi yang berubah dari sesuatu yang spiritual menjadi komoditas yang menggiurkan?

Barangkali keduanya.

Istilah hijrah memang menyimpan persoalan. Dalam bahasa Arab, hijrah berarti perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain. Kata ini populer dalam khazanah Islam karena Nabi Muhammad dulu berpindah dari kota kelahirannya di Mekah ke Madinah untuk alasan strategi perjuangan. Pengertian itu hingga kini tak berubah di dunia Arab. Hanya, di Indonesia, makna hijrah berkembang menjadi perubahan sikap keagamaan, dari yang kasual menjadi ketat dalam mengamalkan hukum religi. Seseorang yang “berhijrah” biasanya berubah dalam penampilan: berjenggot dan bercelana di atas mata kaki untuk pria dan berjilbab panjang bahkan bercadar untuk perempuan.

Secara umum, ramainya artis “berhijrah” tidak bisa dipisahkan dari gejala meningkatnya konservatisme agama—fenomena yang menguat dalam satu dekade terakhir. Artis menjadi perhatian karena figur publik. Mereka berpindah dari dunia hiburan yang gemerlap dan ingar-bingar ke dunia religi yang spiritual—transisi yang cukup ekstrem.

Artis “berhijrah” dan sikap beragama yang konservatif dengan demikian menjadi entitas yang tidak bisa dipisahkan. Konservatisme melahirkan kebutuhan baru: pendakwah berlatar belakang pekerja seni, model yang menggunakan busana muslimah paling trendi, produk halal yang membutuhkan promosi dari kalangan orang ternama. Sampai di sini, terasa ada yang ambivalen: dunia yang ditinggalkan dalam proses “hijrah” adalah dunia yang digeluti dan mendatangkan keuntungan ekonomi.

Konservatisme agama sebagai muasal “hijrah” dapat dibaca dari dua sudut pandang. Maraknya pengajian di perkantoran, penggunaan busana muslim, serta bertambahnya anggota jemaah haji dan umrah dipercaya sebagai bukti meningkatnya ibadah masyarakat—kesalehan dalam wujud yang paling lahiriah. Ibadah, ritual menyembah Sang Pencipta, diyakini merupakan sumber kebajikan: menumbuhkan kesabaran, kepekaan sosial, dan keinginan berbuat baik kepada sesama.

Pada sudut yang lain, konservatisme telah menjadi sumber kecemasan: ia dipercaya merupakan pintu menuju intoleransi. Dalam beberapa kasus, penganut agama yang kaku dapat pula terjerembap pada pengingkaran ilmu pengetahuan, misalnya para penganut bumi datar. Konservatisme sebagai keinginan mempertahankan doktrin yang “murni”—yang berasal dan dipraktikkan pembawa ajaran beratus tahun silam—kadang juga dimanifestasikan sebagai keinginan menerapkan ajaran agama dalam hukum negara. Di Indonesia, sikap terakhir ini terlihat dari maraknya kehendak menerapkan hukum syariah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan demikian, siapa pun, termasuk artis, yang beragama dengan konservatif dapat menjadi berkah sekaligus sumber kecemasan. Ia dapat menjadi panutan kesalehan, tapi ia dapat pula menjadi penyebar paham yang beku.

Hukum harus bertindak jika konservatisme dipraktikkan secara buruk dan bertentangan dengan aturan negara. Mereka yang mempromosikan kekerasan dan menebarkan kebencian mesti diberi sanksi. Kesalehan yang kebablasan, termasuk misalnya menolak membayar pajak karena menganggapnya bertentangan dengan hukum agama, harus ditertibkan. Penganjur negara syariah mesti diwaspadai.

Para pegiat toleransi dan pemuka agama selayaknya memperbanyak diskusi untuk mempromosikan agama sebagai institusi multidimensi. Di sekolah-sekolah, agama sebagai sumber kebajikan harus diajarkan bersamaan dengan sumber kebajikan lain: budi pekerti, seni, filsafat, dan kearifan lokal.

Hijrah pada akhirnya adalah perjalanan spiritual yang personal—sesuatu yang semestinya tidak mengenal kata final. “Hijrah” adalah proses: perjalanan yang tak mengenal penghentian akhir. Sejarah Islam telah memberikan contoh. Misalnya pencarian terus-menerus yang dilakukan Ibrahim. Nabi yang dipercaya sebagai bapak monoteisme itu melakukan pencarian bahkan dalam wujud yang paling ekstrem: mencari Tuhan pada matahari dan bintang-bintang.

“Hijrah” dengan demikian selayaknya tidak dipahami sebagai proses lahir kembali (reborn)—pandangan yang cenderung menghapus masa lalu, bahkan memusuhinya. “Hijrah” hendaknya juga bukan sekadar eskapisme—lari dari kehidupan masa silam yang dianggap hina dan membayarnya dengan kesalehan instan. Dengan pemahaman ini, kedangkalan beragama bisa dihindari dan agama diterima bukan sekadar sebagai pengatur masalah halal dan haram.

---

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

15 hari lalu

Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam / klitih / perampokan. Shutterstock
Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

Unit Reskrim Polsek Grogol Petamburan Jakarta Barat mengungkap motif di balik aksi begal ponsel di warteg wilayah Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

57 hari lalu

Salah satu industri game dunia Sony and XBOX ONE, mengikuti pameran ini. Industri game di Inggris menyumbang GDP terbesar bagi Inggris, dengan total nilai transaksi mencapai  1.72 milyar poundsterling. Birmingham, Inggris, 24 September 2015.  M Bowles / Getty Images
Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

Asosiasi game nasional mendesak realisasi Perpres Nomor 19 tahun 2024 soal pengembangan industri game nasional sebelum rezim berganti.


Pimpin Ambon, Wattimena Berhasil Lantik Sejumlah Raja Defenitif

22 Mei 2024

Pimpin Ambon, Wattimena Berhasil Lantik Sejumlah Raja Defenitif

Pemkot tidak melakukan intervensi dalam proses penetapan raja.


IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

3 Mei 2024

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

24 April 2024

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


1 April 2024


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

26 Maret 2024

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.