Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sentimen Primordial Anno 2019

image-profil

image-gnews
Sentimen Primordial Anno 2019
Sentimen Primordial Anno 2019
Iklan

Seno Gumira Ajidarma
Panajournal.com

Pertemuan dengan Juwono Sudarsono yang sedang berobat membuat saya teringat kembali pada buku yang disuntingnya, Pembangunan Politik dan Perubahan Politik (1976). Mengingat tahun terbitnya, satu dekade setelah 1966, yakni masa Orde Baru yang kini sudah 21 tahun ditinggalkan, menarik untuk menengok konteks buku itu dalam perspektif politik kontemporer.

Dalam pengantarnya, Juwono mengulas sistem politik Indonesia pada 1950-an, yang kabinet demi kabinetnya jatuh-bangun, koalisi terbentuk dan pecah, dalam aturan main dan semangat zaman, yang konstitusional dan sah. Pandangan kritisnya: Gaya berpolitik demikian hanya menyangkut elite politik "yang berkelahi mempertaruhkan nama dan ideologinya masing-masing atas nama kepentingan nasional".

Juwono menyebut politik demokrasi konstitusional gaya Barat borjuis tidak sesuai dengan kesinambungan sejarah, yang mendasari kehidupan rakyat "yang bergolak di bawah aturan permainan sopan yang berlaku di kalangan elite politik". Situasi ini meredup pada akhir 1950-an, ketika Sukarno berangsur meruntuhkan struktur palsu yang tidak relevan itu. Mobilisasi politik dilakukan, menggunakan bentuk, prosedur, dan upacara berpolitik yang "digali" dari kebudayaan tradisional. Solidaritas bangsa dikembangkan, dan politik adalah panglima, bahkan berperan di lingkungan akademik.

Reaksi dari sistem politik semacam itu, setelah 1 Oktober 1965, adalah berkembangnya semangat baru: penyederhanaan struktur politik, yang ditandai dengan besarnya peranan militer, khususnya Angkatan Darat, yang disebut sebagai sumbu utama kehidupan politik Indonesia. Selain itu, kekuatan pasar dalam ekonomi Indonesia secara terbuka dihadirkan dalam perumusan konsep politik. Bagaimanapun, semangat zaman barunya Orde Baru itu tidak terhindar dari masalah yang lazim menimpa negara kebangsaan baru, sesuai dengan keberagaman struktur sosial-budaya khalayaknya (Sudarsono, 1976: 8-10).

Baca Juga:

Dari lima pemikir yang dihadirkan untuk menunjukkan masalahnya, pemikiran Clifford Geertz (1926-2006) tampak urgen untuk hari ini. Geertz menyebutnya sebagai sentimen primordial, ketika hubungan kesetiaan komunal dan kesetiaan politik menjadi masalah karena kaburnya konsep bangsa, kebangsaan, dan nasionalisme.

Terdapat enam titik pusat keguncangan primordial yang mengancam utuhnya kedaulatan nasional. Pertama, hubungan darah atau kesukuan. Pengertian hubungan darah di sini lebih bersifat kuasi-kekeluargaan tapi tidak mengancam kedaulatan nasional, kecuali diperluas secara sosiologis menjadi hubungan kesukuan. Ikatan primordial kesukuan berkontestasi dengan ikatan kebangsaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua, jenis bangsa atau ras. Secara etno-biologis terdapat kemiripan konsep dengan kesukuan, tapi ciri utama jenis bangsa adalah bentuk fisik fenotipe (warna kulit, bentuk muka, tinggi badan, bentuk rambut), bukan persamaan keturunan.

Ketiga, bahasa. Bahasa adalah faktor primordial yang keberbedaannya tidak dianggap membawa perpecahan, meski memang bisa membingungkan. Konflik primordial pada kenyataannya bisa terjadi pada khalayak berbahasa sama.

Keempat, kedaerahan atau regionalisme. Kedaerahan menjadi rawan di daerah geografis heterogen, seperti negara kepulauan Indonesia, yang secara teritorial tidak bersambungan. Kedaerahan adalah faktor primordial dalam politik nasional. Secara spesifik, di samping contoh-contoh lain, Geertz menyebut Jawa lawan luar Jawa.

Kelima, perbedaan agama. Kuatnya ikatan keagamaan disebut menghambat ataupun menggagalkan perasaan kebangsaan yang lebih luas. Di antara berbagai contoh, Geertz menyebut tiga suku di Indonesia dengan ikatan keagamaan dominan.

Keenam, kebiasaan. Ada kalanya suatu kelompok secara intelektual dan estetis terbiasa merasa dirinya membawa "peradaban" ke tengah penduduk lain, yang dianggap kasar serta mesti berpedoman kepada golongan yang "unggul". Perbedaan dalam kebiasaan seperti ini disebut sebagai dasar perpecahan nasional. Contohnya adalah orang Jawa. Namun, meski orang Jawa dan Sunda adalah golongan yang berbeda, mereka dapat menjalankan gaya hidup yang sama. Adapun orang Bali, yang berpola kebiasaan dengan ragam terbanyak, belum pernah menunjukkan tanda-tanda keguncangan (Geertz [1963] dalam Sudarsono, 1976: 15, 20-2).

Geertz masih melanjutkan perbincangannya dengan kombinasi berbagai variabel dari titik-titik keguncangan primordial ini, dan tetap saja Jawa dan luar Jawa menjadi faktor tetap. Sebagai antropolog spesialis Islam dan Jawa, sebetulnya Geertz menjadi bulan-bulanan kritik. Namun, jika geografi pembagian suara Pemilihan Umum 2019 dalam majalah Tempo edisi 8 April 2019 diperhatikan, sentimen primordial dalam politik Indonesia rupanya memang bekerja dan dipekerjakan kaum politikus.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

13 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


15 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

21 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

25 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

40 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

41 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.