Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Siap, Presiden!

image-profil

Oleh

image-gnews
Mayarakat Kampung Anti Hoax, mengenakan penutup wajah bergambar Capres nomor urut 01 Joko Widodo alias Jokowi, dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto saat aksi Ruwatan Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Rabu, 24 April 2019. Aksi tersebut digelar sebagai syukuran pelaksanaan pesta demokrasi Pemilu 2019. ANTARA/Maulana Surya
Mayarakat Kampung Anti Hoax, mengenakan penutup wajah bergambar Capres nomor urut 01 Joko Widodo alias Jokowi, dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto saat aksi Ruwatan Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Rabu, 24 April 2019. Aksi tersebut digelar sebagai syukuran pelaksanaan pesta demokrasi Pemilu 2019. ANTARA/Maulana Surya
Iklan

Putu Setia
@mpujayaprema

Siapakah presiden untuk masa jabatan 2019-2024? Secara resmi belum ada keputusan. Meski pemilihan presiden dan wakil presiden sudah usai pada 17 April lalu, pelantikan pasangan pemimpin negara ini baru dilakukan pada Oktober nanti. Dan siapa yang dilantik akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum pada 22 Mei. Itu pun tak serta-merta sah. Kalau ada yang tidak sependapat dengan keputusan KPU, terbuka sengketa di Mahkamah Konstitusi. Nah, Mahkamah yang memutuskan, siapa presiden dan wakil presiden yang sah.

Jika sekarang ada yang mendeklarasikan kemenangan calonnya, anggap itu euforia pemilihan yang sudah berlangsung dengan aman, kecuali sungguh memprihatinkan banyaknya petugas pemilihan yang meninggal dunia karena kelelahan. Begitu pula kalau para calon tiba-tiba disapa sebagai presiden, anggap saja lonjakan kegembiraan dari prediksi awal yang bisa salah. Misalnya, ketika calon presiden Prabowo Subianto menerima kedatangan anggota Persatuan Purnawirawan Indonesia Raya, para sesepuh ini memberi hormat: "Siap, Presiden!" Prabowo pun membalas layaknya mantan jenderal. Tidak ada yang perlu ditertawai.

Namun bangsa kita sangat kreatif dalam membuat lelucon. Adegan Prabowo menerima purnawirawan itu melahirkan parodi, di mana ada orang biasa yang berpura-pura menjadi presiden, lalu menerima salam dari orang-orang biasa lain dengan: "Siap, Presiden!" Kita bisa tertawa sejenak.

Bahwa kemudian Jokowi menirukan adegan itu ketika menerima tim relawannya, kita seharusnya masih bisa tertawa. Sayang, tertawa kita sudah di ujung, sehingga yang muncul justru rasa heran, "Lho, kok Jokowi ikut-ikutan seperti itu?" Meski ada pembenaran (bukankah Jokowi memang presiden?), rasanya tertawa kita terganjal, jelas ada niat membuat olok-olok.

Baca Juga:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seharusnya kita santai saja setelah begitu lama diaduk-aduk oleh nafsu yang bergelora untuk menjagokan pasangan masing-masing sehingga berbeda dukungan seperti berbeda segalanya. Masyarakat terbelah. "Garis keras" dalam pengertian menghidupkan fanatisme kepada calon presiden dan calon wakil presiden seharusnya hilang ketika kita mencoblos jagoan kita. Kenapa "garis keras" itu tidak kita ubah menjadi "garis lucu" dan kita kembali bersenda gurau? Bahwa Prabowo-Sandi merasa menang sembari berjoget bersama pengikutnya, biarkan sajalah. Mereka punya bukti bakal menang. Begitu pula dengan Jokowi-Amin beserta pendukungnya yang yakin akan menang. Tak usah kita cela, mereka pun punya bukti. Bukti-bukti itu yang nanti diadu ketika KPU memutuskan siapa pemenangnya. Dan ketika pembuktian itu diabaikan KPU, bawalah bukti itu ke sidang MK. Sederhana sekali, kenapa harus menyebut ada kecurangan dan bahkan kesan curang itu jauh-jauh dikatakan sebelum pembuktian dibeberkan?

Juga terasa aneh kalau ada sekelompok ulama berkumpul dan menghasilkan keputusan pemilu curang, lalu meminta capres-cawapres kubu 01 didiskualifikasi. Jelas kelompok ulama itu berada di seberang kubu 01 dan pastilah tidak mewakili ulama. Ada 28 ribu lebih pondok pesantren, 6.000 lembaga pendidikan Islam, dan sejuta lebih masjid, lalu berapa jumlah ulamanya? Tentu tak bisa hanya "diwakilkan" oleh beberapa ratus ulama. Belum lagi bicara bahwa ulama mengayomi umat.

Mari kita sudahi saling curiga. Mari kita doakan 380 korban pemilu-duh, lebih banyak daripada korban penyerangan gereja di Sri Lanka-yang sempat kita kutuk itu. Kita ikuti aturan hukum, lalu setelah presiden terpilih, mari kita bekerja sama membangun negeri dengan tekad: "Siap, Presiden!"

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

14 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


16 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

22 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

26 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

41 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

42 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.