Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menghindari Berhala Angka

image-profil

image-gnews
Petugas KPPS melakukan penghitungan suara Pemilu serentak 2019 hingga malam hari di TPS 92, Depok, Jawa Barat, Rabu, 17 April 2019. KPU Kota Depok menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu serentak 2019 di wilayah itu berjumlah 1.309.338 pemilih atau bertambah 1,8 persen dari DPT sebelumnya sebanyak 1.286.160. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Petugas KPPS melakukan penghitungan suara Pemilu serentak 2019 hingga malam hari di TPS 92, Depok, Jawa Barat, Rabu, 17 April 2019. KPU Kota Depok menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu serentak 2019 di wilayah itu berjumlah 1.309.338 pemilih atau bertambah 1,8 persen dari DPT sebelumnya sebanyak 1.286.160. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Iklan

Rendy Pahrun Wadipalapa
Pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

Seusai pemilihan umum, masyarakat mulai dihadapkan pada beragam hasil survei. Performa elektoral kandidat presiden-wakil presiden di bilik suara dihitung melalui demonstrasi survei-survei tersebut. Dalam situasi seperti sekarang ini, kita harus ingat dan mampu memetik hikmah dari pengalaman lampau bahwa pelbagai hitung-hitungan survei telah membuat prediksi politik terpelanting menjadi kepercayaan diri yang berlebihan.

Survei dan nyaris semua penelitian kuantitatif telah menjadi teknologi politik yang semakin lazim, seolah-olah hasil yang keluar dari proses itu mampu mendahului nasib yang belum terjadi dalam situasi politik riil. Sambil disita perhatiannya oleh prediksi-prediksi tersebut, elite politik sudah tak lagi menganggap penting asas konstituensi. Kebajikan politik bahwa suara riil dan utuh konstituen adalah intisari demokrasi tidak lagi penting dibahas karena semuanya didahului oleh keyakinan terhadap hitung-hitungan di atas kertas koding survei. Dalam tamsil sederhana meja judi: “Semua kartu truf telah dilihat.”

Sebagaimana sebuah prinsip yang berlandaskan kuantifikasi, sikap memberhalakan angka-angka memiliki ciri dan tekstur yang kaku, tidak plastis, dan mengenali realitas sebagai konversi atau pengerucutan dari bentuknya yang hakiki ke dalam angka-angka (zahlenfetishismus). Semua fakta telah diwakili oleh simbol-simbol numerik dan dibaca melalui logika matematika politik. Kelemahan utama dari pendekatan ini: raibnya prinsip-prinsip asali lantaran ia tak dapat dihitung sekaligus tak dapat dikonversi menjadi angka.

Padahal situasi konkret yang dihadapi tidak sekadar disusun atas prinsip-prinsip kewarganegaraan (demos) yang hakiki, tapi juga sifatnya yang dinamis dari menit ke menit. Kumpulan rakyat adalah cermin yang merefleksikan pilihan-pilihan dan selera ideal tempat sosok dan personalitas kepemimpinan ditentukan, diperlawankan, dan diperjuangkan. Karena itu, siapa pun yang tak menghitung refleksi dinamis yang dikerjakan oleh rakyat sebagai konstituen, ia telah pula melupakan bahwa di tangan konstituenlah menit demi menit diskursus politik diolah.

Sikap arogan yang dengan ceroboh mewakilkan partisipasi dinamis pada angka-angka survei berjilid-jilid sebelum ataupun seusai pemilu telah menafikan artikulasi peran kewargaan sebagai pilar yang independen dan mampu berontak. Pembangkangan atas prediksi politik bisa terjadi, bukan semata-mata diilhami oleh ketidaksetujuan publik atas elite, melainkan juga pembuktian bahwa nalar kuantitatif selalu relatif dan tak dapat mengunci kebenaran final. Aksi despotik elite yang memberhalakan angka-angka adalah teladan yang buruk.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenyataannya, metode modern sekaligus varian mutakhir dalam menebak dan membaca preferensi politik ini tak selamanya benar. Penggunaan statistika bertingkat yang kompleks dan menyedot perhatian ahli-ahli politik pun terkadang dapat meleset demikian jauh. Angka-angka itu tak lagi patuh pada tuannya yang memesan dan mandornya yang mengolah, tapi ia dapat ditaklukkan oleh realitas konkret politik yang dinamis dan kompleks di bilik suara. Dinamika itu kerap membangkang terhadap angka dan memporakporandakannya.

Kita harus segera berangkat meninggalkan pemberhalaan ini. Sebab, evolusi riset politik sangatlah kaya serta tidak selamanya bicara survei dan elektabilitas. Riset-riset survei politik menyimpan titik lemah lantaran selera kepemimpinan ideal, partisipasi, dan preferensi politik digali sebagai barang mati. Semuanya dimasukkan ke tabulasi angka, sedangkan makna-makna, diskursus, deliberasi, dialektika, dan penghayatan terhadap nilai-nilai politik diasumsikan hilang.

Selain mengerutkan esensi politik, sebuah prediksi selalu mengabaikan prinsip arkeologis: masa lalu ditutup oleh keterampilan menebak masa depan. Masa lalu hanya penting sejauh ia dapat digunakan untuk melihat tingkat kredibilitas melalui rekam jejak (track record). Selebihnya, nuansa, perasaan, dan kesan yang hadir pada masa lalu harus tunduk pada ramalan masa depan.

Sambil melawan gegap gempita berhala atas angka-angka ini, harus ada kesegaran dan kejelasan posisi yang ditawarkan untuk menafsir kembali realitas yang telanjur dikerutkan. Konversi dan pengerdilan makna telah membuat segalanya terlihat kaku dan tegang, sehingga mengembalikan kelenturan fakta dan realitas politik adalah jalan tengah yang seharusnya ditempuh. Realitas tidak boleh dibikin mengerut oleh angka-angka sehingga kuantifikasi politik harus dijaga jaraknya dari realitas itu sendiri.

Inilah kelemahan paling mendasar demokrasi hari-hari ini. Iman politik yang telanjur menyembah angka-angka semakin berbahaya, karena bukan saja elite politik yang terjebak dalam sesembahan itu, melainkan juga rakyat yang apatis dan memilih tak percaya pada politik. Jika rakyat telah tercemari oleh keyakinan ini, akan semakin tumpul sensitivitas untuk mewujudkan prinsip-prinsip demos dalam demokrasi.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tips Berwisata saat Musim Hujan agar Rencana Liburan Tidak Berantakan

4 jam lalu

Ilustrasi gaya liburan (pixabay.com)
Tips Berwisata saat Musim Hujan agar Rencana Liburan Tidak Berantakan

Mulai dari memilih tempat yang tepat sampai jadwal penerbangan, berikut traveling saat musim hujan.


Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

1 hari lalu

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyampaikan paparan dihadapan ribuan orang kepala desa dan pengurus Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia di GOR C-Tra Arena, Bandung, Jawa Barat, 23 November 2023. Prabowo Subianto bersama mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, menghadiri Rakerda Apdesi Jawa Barat yang dihadiri sekitar 5.000 orang kepala desa dan pengurus pemerintah desa. TEMPO/Prima Mulia
Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

Agar pemilihan presiden dan wakil presiden terhindar dari mudarat kecurangan dan ketidakadilan, semestinya para menteri dan kepala daerah yang menjadi calon melepas jabatan.


4 hari lalu


Bapak-isme

8 hari lalu

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
Bapak-isme

Adakah jalan untuk mencegah kemunduran demokrasi? Panduan dari Bung Hatta perlu dijadikan pedoman


Wajah Kusam Penegakan Hukum

8 hari lalu

Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro (depan) dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan pasca terjaring Operasi Tangkap Tangan KPK, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis, 16 November 2023. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahanan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap 4 orang tersangka baru Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, dua orang pengendali CV. Wijaya Gumilang, Yossy S. Setiawan dan  Andhika Imam Wijaya, serta mengamankan barang bukti uang tunai sebesar Rp.225 juta dalam tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji dalam rangka pengurusan perkara di Kejaksaan Negeri Bondowoso Jawa Timur. TEMPO/Imam Sukamto
Wajah Kusam Penegakan Hukum

Satu per satu aparat penegak hukum tertangkap kasus korupsi. Nasib penegakan hukum kian buram.


Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

8 hari lalu

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

Ada sebuah tantangan besar bagi penyelenggara pemilu dan Pemerintah dalam pengejawantahan demokrasi tersebut yakni fanatisme politik dari sebagian pemilih di Indonesia.


Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

14 hari lalu

Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menjadi penguji ahli disertasi mahasiswa S3 Ilmu Hukum UNPAD yang mengangkat tema tentang Urgensi Pengaturan Penggandaan Karya Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi.


Lika-liku Mahkamah Konstitusi dan Gejala Kemerosotan Sejak 2020

14 hari lalu

Sebagian demonstran di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, yang mendatangi Gedung Mahkamah Konstitusi (MK)  hari ini, Senin 16 Oktober 2023. MK membacakan putusannya atas sejumlah gugatan terhadap batasan usia capres dan cawapres. Tempo/ I Gusti Ayu Putu Puspasari.
Lika-liku Mahkamah Konstitusi dan Gejala Kemerosotan Sejak 2020

Majalah Tempo pada Maret lalu menyebut Mahkamah Konstitusi atau MK mengalami kemerosotan sejak 2020.


Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

15 hari lalu

Ekspresi Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penyelenggara Pemilu di Jakarta, Rabu 8 November 2023. Rakornas diikuti sekitar 1.200 penyelenggara pemilu yang terdiri dari dari Ketua KPU dan Ketua Bawaslu provinsi dan kabupaten/kota serta Sekretaris KPU se-Indonesia. TEMPO/Subekti.
Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

Intimidasi menimpa sejumlah kalangan dan kelompok yang menentang dinasti politik keluarga Jokowi. Meniru tindakan lancung Soeharto.


Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

22 hari lalu

Anggota Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) Jimly Asshiddiqie memimpin rapat rapat MKMK di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis 26 Oktober 2023. Rapat dengan  agenda klarifikasi kepada pihak-pihak terkait laporan dugaan pelanggaran kode etik hakim konstitusi. TEMPO/Subekti.
Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi akan membuat putusan penting besok. Kesempatan menyelamatkan demokrasi.