Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Baju

image-profil

Oleh

image-gnews
Warga melintas di depan mural bergambar partai politik peserta Pemilu 2019 di Kelurahan Gunung Batu, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu 3 Februari 2019. Mural yang dibuat secara swadaya oleh warga di wilayah tersebut sekaligus untuk mensosialisasikan gambar partai politik peserta Pemilu 2019 kepada masyarakat. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Warga melintas di depan mural bergambar partai politik peserta Pemilu 2019 di Kelurahan Gunung Batu, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu 3 Februari 2019. Mural yang dibuat secara swadaya oleh warga di wilayah tersebut sekaligus untuk mensosialisasikan gambar partai politik peserta Pemilu 2019 kepada masyarakat. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Iklan

Putu Setia
@mpujayaprema

Menjadi politikus di negeri ini harus pandai mengenakan baju. Warna baju menentukan jati diri dan menyangkut fanatisme partai politik. Coba lihat kalau ada munas Partai Golkar, misalnya, politikus yang "tahu etika" akan mengenakan baju kuning. Lalu, lihatlah kalau PDI Perjuangan yang punya hajat, bajunya dominan merah.

Sebuah warna bisa dipakai beberapa partai. Biru dipakai Partai Demokrat, PAN, dan NasDem. Hijau oleh PKB dan PPP. Putih oleh PKS dan Gerindra. Warna yang layak untuk identitas politik terbatas. Hitam tentu tak dipilih karena takut disebut menjalankan "politik hitam". Pink mungkin mengesankan lemah lembut tak berdaya. Warna itu sudah jadi simbol, tertulis ataupun tidak di dalam anggaran dasar partai.

Tiba-tiba Joko Widodo selaku calon presiden berseru mengajak pendukungnya memakai baju putih saat pencoblosan 17 April nanti. Kok bukan baju merah identitas PDI Perjuangan? Rupanya Jokowi mau gampangan. Karena di surat suara baju Jokowi dan Ma’ruf Amin berwarna putih, maka putih itulah yang digunakan. Alasan lain yang agak dicari-cari: baju putih lebih murah.

Di seberang sana, kubu Prabowo tak mau kalah. Mereka mendeklarasikan Rabu Biru untuk menghadapi Rabu Putih. Padahal biru adalah simbol yang juga digunakan NasDem, seperti halnya putih, hampir semua orang tahu itu simbol PKS. Begitulah pemilu serentak pertama ini memang bisa menjungkirbalikkan semua masalah.

Adakah ini pelanggaran? Erick Thohir, Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, tak menyebut ada aturan yang dilanggar. Tak ada undang-undang yang menyebut putih dan biru adalah simbol resmi sebuah partai politik. Karena bukan simbol, itu tidak termasuk alat peraga yang dilarang memasuki kawasan tempat pemungutan suara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Erick jelas mengabaikan suasana kebatinan di masyarakat. Bahwa orang berbaju putih datang mencoblos tentu hal yang biasa, sebagaimana setiap pemilu. Sama biasanya dengan orang berbaju biru, hitam, kuning, batik, atau kaus oblong. Yang dilarang adalah tidak mengenakan baju alias telanjang, tapi itu melanggar undang-undang tentang pornografi. Namun, begitu baju putih dianjurkan dan dijadikan sebuah gerakan, maka tidak sekadar warna, melainkan simbol sebuah dukungan. Lantas, di mana kerahasiaan sebagai asas dari pemilihan umum? Di mana kemerdekaan dan sukacita rakyat melaksanakan demokrasi seperti yang diharapkan? Berbaju putih atau biru sudah jadi pertanda memilih calon presiden tertentu. Mengenakan baju lain dicap plintat-plintut-kata ini sudah kedaluwarsa, sekarang setara golput.

Tahapan pemilu ada minggu tenang sebelum pencoblosan. Di situ seharusnya semua simbol peserta pemilu, termasuk alat peraga, dinyatakan selesai berfungsi. Rakyat disuruh mencerna lebih dalam siapa yang akan dipilih. Ketika hari pencoblosan tiba, rakyat bersukaria memilih apa yang ada di hatinya, tanpa berhitung baju apa yang dikenakan. Selesai mencoblos, bolehlah menyerbu restoran siap saji untuk minta diskon dengan menunjukkan jari bertinta. Itu tradisi baik yang seharusnya dipertahankan.

Kenapa rakyat harus dikotak-kotakkan sampai ke bilik suara? Dapur umum pun harusnya dibuat oleh masyarakat secara swadaya jika diperlukan. Dengan demikian, siapa pun yang haus dan mau minum silakan, sepanjang persediaan ada, jangan dibedakan warna bajunya.

Sayang sekali, Rabu Putih dan Rabu Biru sudah telanjur dideklarasikan. Tinggal mengharapkan rakyat yang lebih waras dari pemimpinnya, mari berbusana warna-warni. Kemeja batik di pasar banyak yang lebih murah dari baju putih.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.