Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

DI tengah hiruk-pikuk kampanye calon presiden dan calon wakil presiden, ada berita menarik dari Pantai Ancol.

image-profil

Oleh

image-gnews
Kondisi patung putri duyung Ancol yang bagian dadanya ditutupi dengan kain di Putri Duyung Resort, Taman Impian Jaya Ancol, Senin, 25 Maret 2019. TEMPO/M Yusuf Manurung
Kondisi patung putri duyung Ancol yang bagian dadanya ditutupi dengan kain di Putri Duyung Resort, Taman Impian Jaya Ancol, Senin, 25 Maret 2019. TEMPO/M Yusuf Manurung
Iklan

Putu Setia
@mpujayaprema

DI tengah hiruk-pikuk kampanye calon presiden dan calon wakil presiden, ada berita menarik dari Pantai Ancol. Patung Putri Duyung diberi kain penutup warna kuning keemasan persis di bagian dadanya. Banyak orang kaget dan seperti baru sadar bahwa di pantai itu ternyata ada patung yang selama ini kurang diperhatikan. Padahal Ancol memiliki tiga patung Putri Duyung.

Ancol adalah tempat hiburan keluarga. Pantai, tempat anak-anak bermain; Dunia Fantasi, wahana adu nyali berbagai ketangkasan; Sea World, menatap isi laut; dan Pasar Seni, tempat membeli oleh-oleh. Banyak lagi yang menarik, tapi rasanya patung Putri Duyung bukan bagian untuk dipelototi secara khusus. Keberadaannya tak penting-penting amat.

Namun kini pengelola Ancol berhasil mempromosikan keberadaan Putri Duyung itu. Ibarat artis, Putri Duyung "mendadak selebritas" dengan cara menutupi payudaranya. Orang tersentak. Apakah ini sebagai syarat kawasan wisata syariah di mana patung pun tak boleh terbuka auratnya? Adakah ini sebagai wujud penerapan Undang-Undang tentang Aksi Pornografi? Apakah ini akibat protes dari ormas tertentu? Saya sudah menduga jawaban pengelola Ancol membantah semua itu. Tak ada tekanan dari pihak mana pun, semata-mata karena Ancol adalah tempat kunjungan keluarga dan semuanya demi keamanan serta kenyamanan.

Meski patung dada seorang putri yang terbuat dari semen sulit dikaitkan dengan keamanan dan kenyamanan, saya setuju Putri Duyung itu didandani dengan cara apa saja. Kalau sekarang dadanya ditutup dengan kain memakai pola budaya Nusantara, yakni selendang yang diselempangkan, lain kali kepalanya diberi hiasan gelung seperti putri ningrat Bali, saya pun setuju. Juga sesekali memakai hijab sebagaimana yang dipakai para muslimat, kenapa tidak?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Putri Duyung itu milik dunia, bukan legenda Nusantara seperti Pangeran Kodok atau Pendeta Bangau, legenda yang menggabungkan wujud manusia dengan hewan. Cerita Putri Duyung ada di Eropa, Afrika, Kanada, bukan cuma di Asia, apalagi cuma di Ancol. Dalam karya sastra dan film, kisah Putri Duyung pun mendunia. Memang betul Putri Duyung berkali-kali diangkat sebagai tokoh sinetron di negeri ini, yang melambungkan artis seperti Ayu Azhari dan Julia Perez, namun penampakan Putri Duyung itu bebas ditafsirkan sesuai dengan budaya lokal. Karena itu, tak usahlah kita ribut menyebut patung Putri Duyung berselendang kain di Ancol sebagai pelecehan terhadap karya seni. Tak semua patung harus dilihat sebagai karya seni, bergantung pada di mana patung itu diletakkan. Patung dewa-dewi di Bali pada hari-hari tertentu malah didandani busana beragam, padahal patung sudah diukir dengan penampilan yang berbusana. Kenapa repot-repot lagi memberi kain, apa tak melecehkan pematungnya?

Patung-patung yang luar biasa porno bisa aman di Candi Sukuh, juga di Borobudur. Patung atau lukisan yang memperlihatkan kepolosan wanita bisa aman dipamerkan di galeri seni. Kenapa? Karena tempat yang membedakannya dan untuk apa patung itu dipajang. Jika patung itu hanya sebagai aksesori yang nilai seninya juga tak seberapa tinggi, ya, sesekali didandani untuk tujuan "asal beda" tak perlu diributkan amat. Lebih pas kalau kita ribut soal patung Buddha yang harus diturunkan dari vihara hanya karena ada sekelompok orang yang keyakinannya goyah jika melihat patung itu.

Putri Duyung di Ancol tak seperti patung di Candi Sukuh, biarkan didandani. Kita baru tertawa kalau bagian duyungnya yang ditutup kain. Sebab, ini menyimpang dari legenda dunia, wujud ikannya menjadi hilang.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.