Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tanah

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Saya teringat Pakhom. Saya teringat tokoh cerita Tolstoy ini ketika saya dengar seorang jenderal mengakui ia orang Indonesia, ia ingin jadi Presiden Indonesia bahwa ada 340 ribu hektare tanah yang dikuasainya, lebih luas ketimbang Kerajaan Luksemburg, empat kali Republik Singapura.

Syahdan, dalam dongeng Rusia iniSebanyak Apakah Seseorang Perlu Tanah? Pakhom, seorang petani, ingin seperti itu. Ia mendengar istrinya berkata: "Perut petani kecil, tapi bisa tahan lama; kami tak akan bertambah kaya, tapi kami akan selalu cukup makan."

Pakhom bergumam: "Tanah kita terlalu sempit.... Andai kata luas, aku tak akan takut kepada siapa pun bahkankepada Iblis sekalipun."

Iblis, yang menyimak percakapan itu, langsung ketawa dan memutuskan: ia akan mencelakakan Pakhom dengan membujuknya jadi pemilik tanah besar.

Maka Pakhom pun bertambah uang. Ia membeli tanah-tanah di sekitar ladangnya. Karena makin sering bersengketa dengan tetangganya, akhirnya ia meninggalkan dusun dan tinggal di tempat lain.

Baca Juga:

Pada suatu hari, datang seseorang yang bercerita: di wilayah orang Bashkir, tanah sangat murah dan mudah dimiliki.Tapi dengan perhitungan yang ganjil.

Di sana tanah bisa dibeli dengan uang 1.000 rubel sehari. Dengan kata lain, ukurannya waktu: Pakhom bisa menguasai tanah seluas wilayah yang ditempuhnya dengan berjalan sehari penuh. Bila matahari terbenam, ia harus kembali berada di tempat ia bertolak; kalau gagal, haknya hilang.

Pakhom bergairah. Ia pun berjalan terus, berjalan terus, memperluas tanah yang akan diambilnya.

Tapi suatu saat ia sadar senja mendekat. Cepat-cepat ia berjalan kembali. Takut terlambat dan kehilangan haknya, ia berlari, berlari, walaupun tubuhnya lelah. Sesampai di tempat ia tadi bertolak, nyawanya putus.

Berapa luas orang perlu tanah? Tiga arshin saja, seluas kuburnya....

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tentu saja, cerita rakyat ini diadopsi Tolstoy (pengarang termasyhur novel besar Perang dan Damai) untuk menunjukkan betapa absurdnya keserakahan.

Itu memang pandangannya. Ia bahkan berhenti menulis sastra untuk menegaskan prinsip moral itu. Di pengujung hidupnya, novelis dan aristokrat ini meninggalkan tanah dan hutan miliknya seluas 1.600 hektare di Yasnaya Polyana, sekitar 200 kilometer di selatan Moskow. Setelah bertahun-tahun merawat dan memperluas estate warisan ayahnya itu, ia "hijrah". Ia jadi zuhud yang menampik harta. Itu sebabnya ia bersenang hati ketika gagal mendapatkan Hadiah Nobel: ia bisa bebas dari persoalan bagaimana membuang ribuan rubel yang menyertai penghargaan itu. Uang, katanya, "hanya akan mendorong orang ke perbuatan cela".

Mungkin itu sebabnya ia menulis dongeng tentang Pakhom: ada hubungan antara Iblis dan milik yang berlebihan.

Tolstoy pernah hidup sebagai prajurit, bertempur dan membunuh; di masa mudanya ia penjudi berat yang terlibat dalam beberapa duel. Tapi pada suatu saat, dalam kegalauannya, ia membaca khotbah Yesus di Bukit. Ia pun berubah; iajadi "kristen" yang menolak Gereja dan menampik Negara. Hanya hidup para petani yang ia jadikan petunjuk. Tulisnya kepada Alexandra Tolstoy, sepupunya: kehidupan yang bersahaja, tawakal, dan soleh itulah yang jadi "biaraku, gerejaku, tempat aku berlindung dari cemas, ragu, dan godaan".

Kian dekat ia dengan orang miskin, tulis Alexandra, kian tak sanggup lagi pengarang Anna Karenina itu hidup dalam kemewahan di estate-nya yang luas. Bertambah sadar para tetangganya tak punya cukup tanah, peralatan, dan makanan, Tolstoy akhirnya memutuskan bekerja bersama orang-orang melarat itu: membajak tanah, mengumpulkan jerami, menanam perdu, membuat sepatu. Berangsur-angsur ia berhenti menulis dan berubah jadi aktivis yang menyerukan sejenis sosialisme yang lebih dekat ke Yesus ketimbang Marx.

Akhir hidupnya mengingatkan akhir hidup Pakhom, meskipun dengan detail yang berbeda. Pada 20 November 1910, Tolstoy wafat pada usia 82 tahun di stasiun kereta api Astapovo, sebuah desa yang jauh, setelah lebih dari seminggu, di tengah malam, ia meninggalkan istri dan rumahnya.

Agaknya itulah takdirnya: ia mendengar "tiga jeritan sejarah" yang disebut John Steinbeck dalam The Grapes of Wrathsebuah novel yang dengan memukau menggambarkan kemiskinan dan keserakahan tanah yang ditanggungkan orang-orang Oklahoma di masa krisis ekonomi 1920-an. "Para pemilik tanah yang luas mengabaikan tiga jerit sejarah," tulis Steinbeck. "Tanah jatuh ke tangan segelintir orang, jumlah orang yang jadi miskin bertambah, dan tiap usaha para juragan besar akan mengarah ke penindasan."

Di negeri Tolstoy, keserakahan para juragan membawa tragedinya sendiri pada 1917. Tak tahan ditindas ketidakadilan feodal, revolusi meletus. Partai Komunis menang. Atas nama keadilan, semua tanah dihimpun dijadikan pertanian kolektif Negara. Ketika ribuan pemilik melawan, Lenin, sang pemimpin revolusi, mengeluarkan perintah: "Gantung sedikitnya 100 orang tuan tanah, umumkan nama mereka!"

Sejarah menjerit; kadang seperti Iblis ketawa.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

13 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


15 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

21 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

25 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

40 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

41 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.