Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masa Depan Keanekaragaman Hayati Kita

image-profil

image-gnews
Hutan dan kawasan konservasi yang telah rusak di Lahat, Sumatera Selatan, 25 Februari 2015. ANTARA/Iggoy el Fitra
Hutan dan kawasan konservasi yang telah rusak di Lahat, Sumatera Selatan, 25 Februari 2015. ANTARA/Iggoy el Fitra
Iklan

Rizal Malik
CEO WWF Indonesia

Pembangunan berkelanjutan telah menjadi agenda global selama lebih dari seperempat abad. Banyak pihak secara konsisten menyuarakan dan menerapkan pentingnya mengintegrasikan dimensi sosial, lingkungan, dan ekonomi dalam pembangunan (triple bottom line of people-planet-profit). Di Indonesia, sayangnya, konsep pembangunan berkelanjutan masih sebatas prinsip yang diwacanakan tapi belum serius diterapkan. Setidaknya itu yang tecermin dalam pandangan para calon presiden peserta pemilihan umum tahun ini.

Selama hampir 74 tahun Indonesia merdeka, tidak banyak yang berubah dalam paradigma pembangunan. Dari Presiden Sukarno, yang menjadikan politik sebagai panglima, lalu Presiden Soeharto dengan pembangunan sebagai panglima, terus hingga hari ini dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, yang intensif membangun berbagai proyek infrastruktur. Pembangunan selalu bertujuan menyejahterakan ekonomi dan sosial masyarakat tapi mengorbankan aspek lingkungan. Jika dicermati lebih dalam, kita sebenarnya melemahkan kekuatan sosial-ekonomi sendiri karena tidak mampu menghargai ketergantungan kita yang mendasar pada lingkungan. Sejatinya, keberlangsungan sosial dan ekonomi hanya mungkin dicapai di planet yang sehat dengan daya dukung yang terjaga. Adalah ekosistem yang menopang masyarakat yang kemudian menciptakan ekonomi, bukan sebaliknya.

Living Planet Report 2018 menunjukkan dampak tekanan manusia terhadap bumi. Laporan ini mendalami dampak-dampak yang dirasakan masyarakat dan menggarisbawahi pentingnya pilihan yang kita buat serta langkah-langkah yang kita ambil untuk memastikan planet ini dapat terus menopang kita semua.

Pertama, berita buruk. Laporan yang terbit pada Oktober 2018 ini menyatakan dunia kehilangan spesies bertulang belakang-mamalia, ikan, amfibi, dan reptil-rata-rata sebesar 60 persen dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun. Hanya seperempat daratan bumi yang bebas dari pengaruh kegiatan manusia dan proporsinya akan menurun sampai sepersepuluhnya pada 2050. Perubahan ini disebabkan oleh terus meningkatnya produksi pangan dan permintaan akan energi, tanah, dan air. Meskipun berkurangnya hutan diperlambat dengan penanaman kembali di beberapa tempat dalam puluhan tahun terakhir, kehilangannya lebih cepat di hutan tropis yang berisi tingkat keanekaragaman hayati paling tinggi di bumi. Data keanekaragaman hayati yang dikumpulkan dari sejumlah kajian menunjukkan lebih dari 16.700 populasi dari 4.000 spesies di seluruh dunia.

Baca Juga:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indonesia, sebagai biodiversity hotspot, atau negeri dengan pusat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, kehilangan keanekaragaman hayatinya pada tingkat yang mengkhawatirkan. Contohnya, saat ini hanya sekitar 441 hingga 679 harimau Sumatera dan 1.724 gajah Sumatera yang tersisa di habitat aslinya (IUCN, 2008 dan KLHK, 2014). Hutan sebagai ekosistem alami yang menjadi habitat hewan dan tumbuhan terus digunduli. Selama hampir satu dekade pada 2008-2017, hutan seluas 4,5 juta hektare telah musnah, berdasarkan metode penghitungan deforestation rate oleh Puyravaud (2003).

Kedua, berita baik. Menjadi pusat keanekaragaman hayati telah menempatkan Indonesia sebagai 1 dari 10 tujuan ekowisata terbaik di dunia. Potensi ini tak hanya menjadi magnet bagi pengunjung tapi juga bagi investor. Bagi pemerintah, keindahan dan kelimpahan sumber daya alam adalah mesin penggerak ekonomi yang perlu dimaksimalkan. Guna meningkatkan jumlah kunjungan, infrastruktur dan amenitas pariwisata dibangun dan dikembangkan. Namun infrastruktur dan amenitas yang tumbuh memiliki konsekuensi jelas: perubahan bentang alam di hutan dan laut, jejak emisi karbon, marginalisasi komunitas lokal, dan sederet dampak lain. Apa yang diperlukan saat ini adalah memaksimalkan mekanisme pemantauan di lokasi ekowisata dengan mengatur jumlah kunjungan pada batas yang bisa diterima oleh ekosistem.

Dengan fakta-fakta ini, kelompok pemerhati lingkungan dan pegiat konservasi, termasuk WWF, mendesak para pembuat kebijakan merumuskan lagi sasaran yang lebih tepat bagi pembangunan berkelanjutan. WWF mendesak adanya kesepakatan baru dunia bagi alam dan manusia, khususnya perlindungan keanekaragaman hayati, sebagaimana Kesepakatan Paris 2015 yang dirancang untuk mengatasi masalah perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Tahun 2019 sebagai tahun politik menjadi momentum bagi masyarakat untuk memilih pemimpin yang tepat agar manusia dan alam dapat hidup dalam harmoni di planet ini. Living Planet Report diharapkan dapat mengilhami penyusunan biodiversity index versi Indonesia. Dengan berbekal informasi ilmiah, dasar pengambilan keputusan dapat lebih bijak karena akan mempengaruhi jejak manusia di planet bumi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

17 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

25 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

29 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

44 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

45 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.