Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

India

image-profil

Oleh

image-gnews
Sebuah patung bergambarkan Mahatma Gandhi ditampilkan dalam parade Hari Republik India di New Delhi, India, 26 Januari 2018. AP Photo
Sebuah patung bergambarkan Mahatma Gandhi ditampilkan dalam parade Hari Republik India di New Delhi, India, 26 Januari 2018. AP Photo
Iklan

Pada 30 Januari 2019, seorang perempuan gemuk, dengan tubuh seperti karung penuh beras dan wajah bengis seperti Sarpakanaka, menembakkan pistol angin ke sebuah boneka seukuran manusia. Boneka itu berwajah Mahatma Gandhi.

Dengan upacara itu, ia merayakan hari terbunuhnya "Bapu", sang Bapak India.

30 Januari 1948: negeri 330 juta manusia itu belum lagi satu tahun umurnya sebagai republik. Para pendirinya sedang hendak mengukuhkan tanah air baru yang diisi puluhan jenis agama itu jadi sebuah negara yang tak memihak kepada umat mana puntak juga kepada mayoritas. Mereka ingin membangun perdamaian sosial dengan keadilan.

Tapi konflik antar-agama tak teredam. Kekerasan menggebrak di mana-mana, bahkan sampai hari ini. Api terus menyala dalam sekam, dan di antara baranya, Mahasabhaorganisasi orang yang menghendaki umat Hindu diutamakan menatap dengan getir India yang "sekuler".

Dan marah kepada Gandhi.

Orang ini punya sikap religius yang berbeda: ia menyebut diri Hindu, tapi di ashram-nya doa yang dibaca tak hanya diambil dari Bhagawat Gita; juga Injil dan Quran.

"Aku percaya kepada Kebenaran fundamental semua agama besar di dunia," kata Gandhi. "Dan aku percaya, kalau saja kita dapat membaca kitab suci kepercayaan yang berbeda-beda dari sudut pandang para pengikut agama itu, kita akan dapat menemukan di dasar itu mereka semua satu dan saling membantu."

Agama, bagi Gandhi, bukanlah "sektarianisme".

Dengan keyakinan seperti itu, dengan mengenakan kain yang dicawatkan di antara paha dan sehelai selimut di tubuhnya yang ringkih, Gandhi mencoba mengubah India. Keyakinan nasionalismenya begitu rupa, hinggamengutip Salman Rushdie dalam Midnight’s ChildrenIndia jadi "mithos barusebuah fiksi bersama di mana apa saja tak mustahil".

Tapi Gandhi gagal. Dengan masygul ia menyaksikan yang tak bisa ia cegah. Tepat di hari kemerdekaannya, 14 Agustus 1947, tanah airnya terbelah jadi dua republik, India dan Pakistan. Meskipun di meja perundingan Partition itu berlangsung dengan tata krama, di wilayah yang terbelah jadi dua rakyat menanggungkan sejarah yang traumatis. Ratusan ribu mati, bunuh-membunuh, diperkosa, dipaksa pindah, dimelaratkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai pemimpin gerakan kemerdekaan India, Gandhi disalahkan karena mengantarkan kemerdekaan yang tragis. Kalangan muslim menganggapnya berpihak ke kaum Hindu, sebaliknya kalangan Hindu menuduhnya terlalu memberi peluang kepada minoritas Islam.

Pada 30 Januari 1948, Nathuram Vinayak Godse, seorang "hinduis" yang ekstrem, anggota gerakan Mahasabha, menyiapkan pistol. Ia menghadang Gandhi yang sedang mendaki empat tangga kecil untuk pertemuan doa di Birla House. Godse menembak. Di sore yang sejuk itu, sang Mahatma wafat seketika dengan tiga lubang di bawah lehernya.

30 Januari 1948, 30 Januari 2019. Godse ditangkap dan dihukum mati. Tapi kebenciannya hendak dikekalkandan agama membantu racun itu merayap. Pembunuhan Gandhi dirayakan, dikenang dengan gembira dan geram. Demikianlah Pooja Pandey, perempuan pemimpin Mahasabha, menembak boneka berwajah Gandhi dengan pistol angin, setelah mengalungi patung Godse, sang pembunuh, dengan karangan bunga.

Agaknya inilah zaman yang membingungkan: orang yang menyambut apa yang universal dalam kehidupan, dihancurkan. Kekuatan yang anti-universal berkibar; kebencian jadi "normal" dan terhormat. Agama sebagai rahmatul alamin berubah jadi pemecah belah.

6 Desember 1992, Masjid Babri, yang berdiri sejak abad ke-16 di Kota Ayodhya, dibakar kaum fundamentalis Hindu. Kerusuhan pun meledak selama beberapa bulan; 2.000 orang tewas. Di tahun 2019, seorang muslim digantung ramai-ramai karena disebut telah menyembelih sapi, hewan suci orang Hindu.

Ada apa dengan Hinduisme? Ada apa dengan Hinduisme di India? Ada apa dengan Islam? Ada apa dengan Islam di Pakistan, di Indonesia? Dan Budhisme di Myanmar?

Tampaknya yang universal sedang dikutuk dan agama berubah jadi perisai dan parang dalam perang, yakni perang memperebutkan posisi pengendali kehidupan. Pada saat yang sama, persaingan diam-diam terjadi dengan ilmu-ilmu dalam menjelaskan dan mengubah dunia. Di sini, ternyata agama cepat kehilangan napas. Ia tak melahirkan yang baru yang menakjubkan: penemuan DNA, terungkapnya bulan, dibangunnya AI. Agama tak bisa lagi mendatangkan malaikat dan mukjizat yang menggugah imajinasi dan takwa; justru ilmu, teknologi, dan uang yang memproduksi Superman dan Wonder Womanfantasi baru yang disambut meriah.

Agama mencoba merebut hegemoninya dengan kekuasaan politik, tapi kekuasaan politik adalah proses yang terjadi di dunia yang berdosa. Kalaupun agama menang, atau merasa menang, ia tak akan bisa membuat hidup jadi 100% suci.

Dalam frustrasi yang panjang, agama pun jadi agresif, dan ribuan Godse membunuh ribuan Gandhi, dan Tuhan entah mereka apakan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.