Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cap Go Meh dan Intoleransi

image-profil

image-gnews
Petugas PMI bersiaga di depan klenteng Samudera Bhakti yang terbakar di hari perayaan Imlek di Bandung, Selasa, 5 Februari 2019. Api sudah dapat dikuasai. TEMPO/Prima mulia
Petugas PMI bersiaga di depan klenteng Samudera Bhakti yang terbakar di hari perayaan Imlek di Bandung, Selasa, 5 Februari 2019. Api sudah dapat dikuasai. TEMPO/Prima mulia
Iklan

Bagong Suyanto
Guru Besar Sosiologi FISIP Universitas Airlangga

Sikap intoleransi kembali muncul. Atas nama agama dan dengan dalih bisa merusak akidah agama Islam, Forum Muslim Bogor (FMB) menerbitkan pernyataan larangan perayaan Cap Go Meh di Kota Bogor. FMB tidak hanya menyerukan agar Pemerintah Kota Bogor tidak memfasilitasi perayaan itu, tapi juga menyatakan bahwa mendukung perayaan Cap Go Meh sama saja mengakui eksistensi budaya komunitas Tionghoa yang berarti mengakui juga agama mereka.

Namun Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor dengan tegas mengecam pernyataan FMB karena dianggap sepihak dan bersikap membahayakan kerukunan beragama. Bahkan MUI Kota Bogor mempersilakan siapa saja melaporkan pernyataan FMB yang dinilai sebagai salah satu bentuk ujaran kebencian. Surat pernyataan FMB yang diedarkan per 23 Januari 2019 tersebut dianggap bisa mengoyak kerukunan beragama di Kota Bogor.

Di Indonesia, sikap intoleransi seperti yang diperlihatkan FMB sebetulnya bukan hal baru. Sebelum FMB, di berbagai daerah tidak sekali-dua kali sikap intoleransi juga muncul. Pada tahun lalu, misalnya, ritual sedekah laut, yang biasanya digelar masyarakat sekitar pantai di Kabupaten Bantul, terpaksa batal karena dibubarkan secara paksa oleh sekelompok orang dengan dalih ritual itu dinilai syirik dan tidak sesuai dengan ajaran agama.

Di luar apa yang terjadi di Bogor dan Bantul, tentu masih banyak contoh yang menggambarkan betapa virus sikap intoleransi telah merasuk ke berbagai komunitas. Semua itu memperlihatkan bahwa perlakuan intoleransi kita terhadap kelompok liyan (the other) sering terjadi, bahkan dalam skala yang semakin lama cenderung semakin masif. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan sikap intoleransi ini cenderung semakin marak.

Pertama, kekeliruan memahami berbagai ritual budaya, seperti Cap Go Meh atau sedekah laut, sebagai bagian dari warisan budaya, tapi melihatnya sebagai bagian dari tradisi dan representasi keyakinan kelompok liyan yang dapat mengancam eksistensi agama Islam. Pernyataan FMB yang mengkhawatirkan pengucapan selamat merayakan Cap Go Meh atau tindakan pemerintah yang bersedia memfasilitasi festival Cap Go Meh akan dapat mengancam akidah agama Islam, jelas sikap yang terlalu menyederhanakan masalah. Bahkan kekhawatiran yang berlebihan.

Kedua, perkembangan syak wasangka dan kekeliruan menyikapi perbedaan budaya dan kehadiran kelompok yang berbeda ini identik dengan ancaman bagi eksistensi kelompok dominan. Sikap yang terlalu reaktif terhadap kelompok yang berbeda ini justru sering membuat kita sebagai bangsa rentan dan memicu konflik terbuka karena kita tidak terlatih menerima perbedaan sebagai keniscayaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa potensi konflik horizontal di Tanah Air ini menjadi sangat sensitif untuk meledak ketika masyarakat belum dan tidak terbiasa menghadapi perbedaan demi perbedaan. Alih-alih menerima perbedaan sebagai modal sosial positif, pada kenyataannya, yang terjadi adalah perbedaan budaya kelompok lain justru sering dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi kelompok dominan.

Ketiga, kekeliruan memandang keberagamaan dan perbedaan bukan sebagai bagian dari investasi sosial yang fungsional untuk dikembangkan bagi pembangunan daerah dan masyarakat lokal, tapi justru sebagai ancaman atau gangguan.

Banyak studi telah membuktikan bahwa yang namanya intoleransi adalah embrio dari sikap radikal yang berpotensi merusak kerukunan dan persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang beragam, membiarkan sikap intoleransi makin subur berkembang tentu akan berisiko membawa bangsa ini ke dalam situasi yang dilematis, bahkan berpotensi terlibat dalam konflik internal yang berkepanjangan.

Sikap intoleransi adalah benih buruk yang dapat membawa bangsa ini ke arah yang keliru. Pengalaman bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia sebetulnya telah banyak mengajarkan bahwa syak wasangka dan intoleransi adalah bibit yang berpotensi mengancam integrasi sosial. Alih-alih belajar menghargai perbedaan dan bersikap toleran terhadap perbedaan, sikap intoleran umumnya akan tumbuh subur ketika kita terbiasa menolak kehadiran kelompok yang berbeda.

Mun’im Sirry (2018), dosen teologi asal Indonesia yang kini mengajar di Universitas Notre Dame, menyatakan perlunya kita beragama dengan rileks. Artinya, kekhawatiran bahwa menoleransi ritual budaya atau agama lain akan dapat mengancam moralitas dan keagamaan kita sebetulnya sikap yang terlalu kaku, bersyak wasangka, dan kekhawatiran yang tidak perlu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

21 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

21 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

33 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

49 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.