Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menuju Resesi Amerika

image-profil

image-gnews
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Sumber: AP
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Sumber: AP
Iklan

Tri Winarno
Penulis buku Indonesia Responding The Dynamic of Global Economy

Selama 40 tahun, ekonomi Amerika Serikat mengalami empat kali resesi. Berarti, rata-rata setiap 10 tahun Amerika mengalami resesi. Di antara empat kali resesi tersebut, hanya pada periode resesi 1979-1982 yang dipicu oleh sebab konvensional, yaitu saat Gubernur bank sentral Amerika (The Fed) Paul Volker berkeras bahwa inflasi negara itu terlalu tinggi, sehingga suku bunga harus dinaikkan pada tingkat yang memadai. Akibatnya, rumah tangga Amerika mengerem laju permintaan domestiknya, meski terdapat kenaikan upah dan perusahaan memangkas harga jual produk yang telah direncanakan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pun nyungsep dan berujung pada resesi.

Ketiga resesi yang lain dipicu oleh sebab yang berasal dari pasar keuangannya. Setelah krisis tabungan dan pinjaman pada 1991-1992, disusul dengan pecahnya gelembung dotcom pada 2000-2002, kemudian diikuti oleh runtuhnya pasar subprime mortgage pada 2007, yang memicu krisis keuangan global (GFC) pada 2008.

Pada awal Januari 2019, sepuluh tahun setelah GFC, ekspektasi inflasi Amerika berada di kisaran target The Fed, yaitu 2 persen per tahun, dan kurva Phillips-suatu kurva yang menghubungkan antara pengangguran dan inflasi-tetap datar, tidak seperti biasanya yang menunjukkan kemiringan negatif. Fluktuasi produksi dan penyerapan tenaga kerja tidak berdampak signifikan pada pergerakan harga dan upah pekerja.

Pada waktu yang bersamaan, perbedaan antara tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang aset-aset berkategori aman, yang direpresentasikan oleh yield curve (kurva imbal hasil), juga tidak biasa: sangat kecil. Sedangkan tingkat bunga nominal jangka pendek juga sangat rendah.

Suatu kurva yield yang terbalik-ketika yield obligasi jangka panjang lebih rendah dari yield obligasi jangka pendek-adalah indikasi kuat akan munculnya resesi dalam waktu yang tak terlalu lama. Hal itulah yang kini terjadi di pasar uang Amerika.

Di samping itu, setelah gonjang-ganjing pasar modal Amerika baru-baru ini, proyeksi yang didasarkan pada rasio Cyclically Adjusted Price to Earnings (CAPE) dari John Campbell dan Robert J. Shiller-yang merupakan harga pasar dibagi dengan rata-rata pendapatan sepuluh tahun-berada pada kisaran angka 4 persen per tahun, masih jauh lebih tinggi dari rata-rata CAPE selama empat dekade lalu. Dengan demikian, pasar modal Amerika ke depan masih menurun signifikan dan tajam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indikasi menuju resesi tersebut sampai di meja para investor, yang akan segera memutuskan untuk melakukan hedging (lindung nilai). Dapat dipastikan bahwa, berdasarkan perkembangan ekonomi makro mutakhir, resesi mendatang bukan disebabkan oleh kebijakan The Fed, melainkan bisa jadi dari pasar keuangan.

Resesi diperkirakan akan datang tiba-tiba dan berujung pada flight to safety, yakni fenomena pasar keuangan ketika investor menjual apa yang mereka anggap sebagai investasi berisiko lebih tinggi dan membeli investasi yang lebih aman. Pola itu terjadi berulang dan berujung pada crash pasar modal.

Biasanya resesi tak dapat diantisipasi. Tapi investor, spekulator, dan institusi keuangan umumnya mulai melakukan pengamanan meski masih mungkin meleset. Misalnya, terjadinya GFC 2008-2009 tidak berasal dari runtuhnya harga properti, melainkan konsentrasi kepemilikan aset yang dijamin oleh kredit perumahan rakyat.

Berdasarkan hasil survei terbaru The Fed, komunitas bisnis mulai mengkalkulasi akan terjadinya resesi dan mulai tampak terjadinya pengurangan belanja investasi swasta. Dengan penurunan investasi tersebut, permintaan domestik Amerika diperkirakan melemah, apalagi didorong oleh penurunan akumulasi kekayaan konsumen akibat dari penurunan harga saham di pasar modal yang terus berlanjut.

Kalau resesi terjadi dalam waktu dekat, pemerintah Amerika tidak mempunyai alat kebijakan yang memadai untuk mengendalikannya. Gedung Putih dan Kongres akan bersitegang tentang penggunaan kebijakan fiskal yang super-ekspansif sebagai alat penyeimbang. Harapan utamanya bertumpu pada kebijakan The Fed dengan ekspansi kebijakan moneternya. Namun kesulitan The Fed adalah ruang penurunan tingkat bunganya sangat rendah dari 2,5 persen ke nol persen, sehingga diperkirakan The Fed akan menggunakan lagi kebijakan pelonggaran kuantitatif (QE) untuk mengatrol pelemahan ekonomi. Perlu dicatat bahwa resesi Amerika nanti akan merupakan resesi terlama dan dalam, sehingga masyarakat Amerika ataupun internasional harus bersiap-siap.

Kabar baik bagi pasar negara berkembang adalah aliran modal akan membanjiri pasar uangnya, sehingga nilai tukar mata uangnya menguat. Maka, resesi Amerika sebetulnya merupakan berkah bagi masyarakat global, khususnya masyarakat yang tinggal di negara berkembang.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

2 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

6 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

21 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

22 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

42 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

45 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

45 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

51 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

52 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

52 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.