Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Neraka

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Banyak gambar dan tulisan yang kita lihat di bagian belakang truk yang lewat yang kocak, yang erotis, yang alim, yang main-main. Tapi ada satu yang istimewa yang saya lihat fotonya.

Isinya sederet kalimat dalam bahasa Jawa (dengan ejaan yang salah yang saya perbaiki):

POLOS DIBULLY

APIK DISINDIRI

ELEK DIRASANI

KABEH DICACATI

JANE LAHIRMU

DIAZANI

OPO DIPISUHI

Kalimat itu tampaknya ditujukan kepada orang yang hanya bisa melihat yang negatif pada orang lain. Ia merisak orang yang "polos", innocent. Ia menyindir orang yang berbuat baik. Ia mencemooh yang buruk. Tak ada yang tak dicela.

Sepotong pertanyaan kemudian ditulis di ujung: "Sebenarnya, ketika kamu lahir, orang tuamu mengucapkan Allahu Akbar atau memaki"?

Saya ingat, ketika anak saya lahir, saya bisikkan azan ke kupingnya. Saya tak berharap bayi itu mendengaratau "Allahu Akbar" itu akan membekas dalam kesadarannya yang dini. Saya hanya ingin menyatakan bahwa kedatangannya menakjubkan tapi juga membuat saya miris. Di saat itu, saya merasa ada sesuatu (meskipun kata "sesuatu" di sini tak tepat) yang begitu dahsyat, begitu misterius, yang membayangi.

Dari mana si bayi dan kehidupan datang? Apa nasib yang menantinya?

Saya pernah kenal sepatah kata dari kalangan sufi, khususnya dalam kitab-kitab Ibnu ‘Arabi: "tajalli". Saya bukan pengikut tasawuf, tapi saya merasa, pada tiap saat kelahiran bayi, Tuhan yang Maha-Agung sejenak "menyatakan diri" (tajalla) dalam alam yang terbatas. Semacam isyarat.

Memang, kemudian ilmu-ilmu menjelaskan bagaimana ovum dibuahi dan seterusnya, tapi saya tak bisa menafikan apa yang terasa ajaib menyaksikan bayi di hari pertama hidupnya.

Saya bukan Jakub dalam novel Milan Kundera, Farewell Waltz. Ia bekas tahanan politik di Cekoslovakia yang pernah bersiap dengan pil bunuh diri jika harapan tak ada lagi. Bagi Jakub, memutuskan untuk punya anak berarti meyakini hidup "begitu bagus dan layak diduplikasi", sementara ia tak 100 persen percaya "manusia adalah makhluk yang menakjubkan dan aku ingin mereproduksinya".

Ya, saya bukan Jakub. Bagi saya bayi bukanlah "reproduksi". Bayi, ibarat sebuah sajak baru, bukan pengulangan. Sang ibu menjalani partus dengan sakit, gawat antara kecemasan dan harapan, genting antara hidup dan kematian.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi Jakub tak sendiri. Tampaknya ada orang-orang yang menganggap kelahiran hanya duplikasi dan manusia membosankan: merekapara mata muramyang selalu melihat buruk orang lain.

Bagi mata muram itu, tiap kelahiran berarti datangnya seorang lain yang sia-sia. Hidup dengan oknum seperti itu seperti tinggal di neraka. "Neraka, itulah orang-orang lain."

L’enfer, c’est les autres. Kalimat itu, pernah terkenal, diucapkan dalam lakon Sartre, Huis Clos ("Pintu Tertutup"). Yang mengucapkannya Garcin, salah satu dari tiga tokoh yang dalam lakon ini bersama-sama dihukum di neraka.

Tapi neraka itu sebuah kamar tanpa pintu keluar. Di sana Garcin, Inez, dan Estella harus bersama, dan selama itu mereka saling berdusta, berpura-pura, bernafsu, kecewa, marah, danbersitegangsama sekali tak bersahabatdan tak bisa meniadakan orang yang tak disukai.

Bagi Sartre (yang tak percaya akhirat), seperti itu pula hidup di dunia. Manusia tatap-menatap. Tiap tatapan mengenali, dan kenal berarti berpegang pada satu identitas, dengan memberinya label dan nama. Tiap tatapan menilai, diutarakan atau tidak. Yang ditatap pun jadi obyek: dicap dan ditimbang. Dan jika kita sadari bahwa manusia adalah makhluk yang terus-menerus merasa ditatap (juga dalam mimpi), ketegangan dan kecemasan "aku-jadi-obyek" membuat hidup tak bisa disyukuri.

Mungkin itulah ressentiment: sikap memandang orang lain dengan getir. Perbedaan berarti kalah atau menang. Yang merasa kalah pun merasa jadi korbandan sebagai kompensasinya, mengangkat korban, yakni diri sendiri, sebagai golongan suci.

Dari sana mereka menatap dunia: hanya najis. Buruk sangka, paranoia, cemburu, dan dengki membentuk cara mereka melihat apa saja.

POLOS DIBULLY

APIK DISINDIRI

ELEK DIRASANI

KABEH DICACATI

Dari sanalah agaknya kebencian bermula, yang hari-hari ini berkelindan dengan politik. Saya tak yakin, politiklah yang memprodusir kebencian. Saya lebih yakin kebencian itulah yang mencari mangsanya dengan politik. Hari-hari ini nyaring kata-kata Simonini, tokoh yang keji dan julig dalam novel Pekuburan Praha Umberto Eco: "Odi ergo sum. Aku membenci maka aku ada."

Membenci manusia lain sama dengan memasungnya untuk dimaki dan dihajar. Tapi niscayakah kebencian itu, dan haruskah "neraka adalah orang lain"?

Saya kira tidak. Ada suara azan pada datangnya manusia: melihat, selintas, bayang-bayang yang Maha-Akbar di tiap wajahdan di "wajah" itu, dalam "diri" itu, tersimpan misteri yang tak bisa disimpulkan secara sewenang-wenang.

Saya dapatkan terjemahan kata-kata Ibnu ‘Arabi dalam Futûhât al-Makkiyya:

Diri adalah samudra tanpa pantai. Kita tak akan habis-habisnya merenungkannya di dunia ini dan kelak, sebab ia adalah tanda terdekat, dalil dari Tuhanmu….

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.