Eve adalah Sang Pemburu.
Dan setelah beberapa saat, dia menjadi Sang Pemburu yang diburu. Jika anda memutuskan untuk menyaksikan serial baru yang baru saja diganjar Golden Globe untuk Sandra Oh sebagai Aktris Terbaik kategori Drama dalam serial ini, Anda harus siap untuk beberapa hal, termasuk secara diam-diam Anda akan menyukai si penjahat psikopat yang bercita-cita membunuh tokoh Eve.
Cerita awal serial ini dimulai dari perkenalan kita dengan Eve Polastri (Sandra Oh), seorang agen MI5 tingkat rendah yang lebih banyak bertugas di belakang meja sebagai analis daripada di lapangan. Tetapi di antara ‘kebosanan’ pekerjaannya, ada satu hal yang menunjukkan Eve adalah seorang agen yang cerdas yang lebih cocok di lapangan. Ketika terjadi serangkaian pembunuhan berantai di beberapa negara di Eropa, hanya Eve yang kemudian mendeteksi bahwa pembunuh berantai itu adalah seorang perempuan.
Meski analisanya tak dihiraukan oleh atasannya, kelak di kemudian hari seluruh MI-5, dan juga penonton, diburu ketegangan mengejar si pembunuh psikopat bernama Vilanelle. Eve memang benar. Dia kemudian direkrut oleh Carolyn Martens (Fiona Shaw, yang kita lebih kenal melalui perannya sebagai bibi Petunia dalam serial film Harry Potter), kepala Seksi Rusia di MI6 yang kemudian membentuk tim khusus tak resmi untuk mengejar Villanelle.
Episode demi episode, kita menyaksikan betapa gigih dan cerdasnya Eve sebagai seorang agen. Tapi tentu saja, sama seperti perempuan pekerja di mana saja yang selalu saja harus memilih: antara keluarga atau pekerjaan, Eve mulai menghadapi problem rumah-tangga. Suami Eve sebetulnya termasuk seorang suami yang mencoba memahami kesibukan sang isteri... hanya sampai tahap tertentu.
Tetapi urusan domestik ini pada beberapa episode awal bisa kita kesampingkan dulu, karena sesungguhnya fokus serial ini adalah kejar mengejar antara Eve dengan Villanelle, yang kemudian berakhir dengan Villanelle yang justru mengejar Eve.
Ada beberapa hal penting yang membuat serial ini menonjol dan lebih sukses daripada serial thriller intelijen serupa: pertama, kedua protagonis adalah perempuan. Ini bukan soal “empowerement” , tetapi faktanya memang dunia intelijen sebetulnya sudah lama tak hanya terdiri dari perempuan dan lelaki, hanya saja industri film selama puluhan tahun mempunyai ilusi bahwa peran utama lelaki selalu lebih menarik penonton.
Kedua, karakter Eve dan Villanelle ditampilkan sebagai tokoh-tokoh yang bukan saja kuat tetapi juga unik dan lucu. Eve yang selalu saja diremehkan atasannya selalu tahu cara mengatasinya. Ya, tentu saja para atasan Eve adalah seorang lelaki. Meski ini format yang klise, tapi apa boleh buat, bukankah di tempat kerja memang masih demikian? Atasan lelaki meremehkan bawahan perempuan?
Eve tak merasa harus memaki si atasan dungu itu. Buktikan saja bahwa yang diutarakan dalam rapat-rapat itu memang sebuah fakta. Bahwa pekerja perempuan selalu harus bekerja dua kali lipat daripada lelaki? Ya itu memang masih double-standard yang masih saja berlangsung hingga kini. Eve juga sosok yang bisa mengatasi itu semua dengan humor. Dan Villanelle adalah satu-satunya tokoh dalam serial ini yang bisa menandingi humor dan sarkasme Eve.
Jodie Comer yang berperan sebagai Villanelle –yang sebetulnya dalam serial novel adalah sang protagonis—tampil luar biasa. Dia mungil , liat dan penuh muslihat. Tetapi dia membunuh penuh humor hingga penonton belum sempat untuk emosional, karena adegan pembunuhan itu terjadi berkali-kali.
Ini juga menjadi titik kelemahan serial ini. Bahwa Villanelle adalah seorang psikopat itu tak pernah menjadi sebuah rahasia. Kita tak pernah menyaksikan dia sebagai sosok yang memiliki perasaan atau penyesalan. Lama-kelamaan, pembunuhan demi pembunuhan yang dilakukannya tak lagi menjadi misteri karena Villanelle memperlakukannya sebagai aktivitas sehari-hari belaka.
Hal lain yang membuat serial ini istimewa karena para kreator menjaga suspense dengan rapi. Karena dunia intelijen segalanya serba rahasia, penuh manipulasi, maka kejutan demi kejutan sepanjang musim tayang satu ini tetap logis, tidak sekedar mengejar efek kejut belaka.
Obsesi antara Eve dan Villanelle ternyata bukan sekedar gairah untuk saling menangkap dan membunuh tapi terselip elemen erotika di antara keduanya. Perkembangan ini membuat serial “Killing Eve” menjadi semakin kompleks karena para creator memutuskan untuk mencoba memasuki psikis kedua tokoh.
Sandra Oh yang berhasil mengalahkan keempat lawannya pada penghargaan Golden Globe dua pekan lalu adalah aktris yang sudah waktunya memperoleh pengakuan. Killing Eve adalah langkah awal pengakuan terhadap bakatnya. Dan ini adalah serial yang layak ditonton sehari semalaman tanpa jeda.
KILLING EVE
Kreator: Phoebe Waller-Bridge
Skenario: Phoebe Waller-Bridge
Sutradara: Harry Bradbear, John East
Berdasarkan serial novel Codename Villanelle karya Luke Jennings
Pemain: Sandra Oh, Jodie Comer, Fiona Shaw, David Haig