Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Darurat Intoleransi

image-profil

Tempo.co

Editorial

image-gnews
Sri Sultan Hamengkubuwono X (tengah), berikan sambutan atas logo baru Jogja istimewa di kompleks kantor Gubernur DI. Yogyakarta, 5 Februari 2015. Logo baru Jogja, digagas oleh tim 11 yang berisi relawan, akademisi dan budayawan. TEMPO/Suryo Wibowo
Sri Sultan Hamengkubuwono X (tengah), berikan sambutan atas logo baru Jogja istimewa di kompleks kantor Gubernur DI. Yogyakarta, 5 Februari 2015. Logo baru Jogja, digagas oleh tim 11 yang berisi relawan, akademisi dan budayawan. TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

Insiden pemotongan nisan salib di permakaman umum Jambon, di Kotagede, Yogyakarta, awal pekan lalu, seharusnya tidak terjadi jika warga di sana bersikap lebih toleran terhadap sesamanya yang berbeda keyakinan. Sesuai dengan konstitusi, mendiang Albertus Selamet Sugihardi berhak mendapat prosesi pemakaman yang sesuai dengan agama Katolik yang dianutnya.

Tak hanya salib yang dipotong, doa bersama di rumah mendiang pun tak bisa digelar karena warga kampung yang mayoritas muslim merasa keberatan. Kesepakatan antarwarga yang menjadi dalih pemotongan salib dan pelarangan doa jelas tak bisa jadi alasan. Apalagi ada indikasi istri almarhum, Maria Sutris Winarni, berada dalam tekanan ketika meneken kesepakatan.

Permintaan maaf Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, kepada keluarga mendiang Albertus sudah benar, meski tak memadai. Penyesalan itu harus ditindaklanjuti dengan kebijakan dan program nyata. Sebagai kepala daerah, Sultan harus menjelaskan apa antisipasi pemerintah untuk memastikan aksi-aksi intoleran semacam itu tak terjadi lagi di wilayahnya.

Aksi intoleran di Yogyakarta ini bukan yang pertama. Pada awal Februari lalu, seorang pria bersenjata tajam membubarkan misa pagi di Gereja St Lidwina Bedog, Sleman, Yogyakarta. Setelah melukai umat yang sedang berdoa, dia menghancurkan patung Yesus dan Bunda Maria yang ada di mimbar.

Sebelumnya, pada Januari, bakti sosial yang digelar Gereja Santo Paulus di Banguntapan, Bantul, dibatalkan karena protes warga. Puluhan orang dari Front Jihad Islam (FJI), Forum Umat Islam (FUI), dan Majelis Mujahidin Indonesia menuding bakti sosial itu sebagai upaya Kristenisasi. Kita juga masih ingat, seorang camat di Pajangan, Bantul, sempat ditolak warga karena beragama Kristen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak mengherankan jika Setara Institute dan Wahid Foundation, dua lembaga yang memantau gejala intoleransi di Indonesia, menilai Yogyakarta kini kian meninggalkan kebinekaan. Posisi Yogya selalu rendah dalam indeks kota toleran (IKT) yang dibuat Setara. Negara tak hanya lemah dalam melindungi warga Kristen dan Katolik, tapi juga tak berdaya membela pemeluk Ahmadiyah, Syiah, aktivis gerakan perempuan, sampai aktivis kiri, yang kerap diganggu kaum Islam konservatif.

Yang memprihatinkan, gejala serupa terjadi di seluruh Indonesia. Peminggiran atas hak kaum minoritas kian sering terjadi, tanpa perlindungan yang konkret dari aparat penegak hukum. Langkah Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta meluncurkan aplikasi online untuk memantau aliran keagamaan yang "menyimpang" pada November lalu mencerminkan tak tegasnya posisi pemerintah soal keberagaman keyakinan di negeri ini.

Undang-Undang Dasar 1945 jelas menjamin hak setiap warga negara untuk memiliki keyakinan dan agamanya masing-masing. Para pendiri negara ini juga tak merancang Indonesia sebagai negara agama. Namun apa yang terjadi beberapa tahun terakhir kian jauh dari prinsip itu. Insiden pemotongan salib di Yogyakarta pekan lalu adalah cermin wajah Indonesia hari-hari ini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

16 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

21 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

33 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

48 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

49 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.