Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gerilya Rumor dan Antigerilya

image-profil

image-gnews
Gerilyawan Palestina dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) menembakan mortar saat latihan militer di depan media, di pantai Jalur Gaza selatan, 22 Desember 2017.  REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Gerilyawan Palestina dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) menembakan mortar saat latihan militer di depan media, di pantai Jalur Gaza selatan, 22 Desember 2017. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Iklan

Seno Gumira Ajidarma
Panajournal.com

Strategi militer tidak hanya dapat dialihkan, dengan berbagai penyesuaian, ke dalam dunia politik ataupun bisnis. Sebab, bahkan masih sebagai strategi militer "murni" pun, perhatian kepada bidang sosial, politik, dan ekonomi tidak pernah dilepaskan. Dari Sun Tzu (544-496 SM) sampai Machiavelli (1469-1527), keduanya menulis buku berjudul sama, Seni Perang, menyebutkan aspek nonmiliter menjadi bagian dari strategi militer. "Yang ahli dalam seni perang menundukkan musuh tanpa bertempur," ujar Sun Tzu (Widjaja, 1992: 57). Selain itu, Machiavelli (Gilbert dalam Earle, 1962: 11) berpendapat, "Perhatian seorang jenderal tidak boleh terbatas pada tindakan militer semata."

Ini berarti para jenderal yang jalan hidupnya beralih ke dunia politik tidak akan dan tidak perlu melupakan strategi militer. Sebaliknya, mereka harus memanfaatkannya. Dalam posisi politik di pihak yang lebih lemah, misalnya, seorang jenderal tidak melupakan strategi perang gerilya, yang dalam keterbatasan daya kemiliteran memang menyertakan segala aspek nonmiliter.

Mao Zedong, yang memimpin long march legendaris pada 1949 untuk mengalahkan pasukan Chiang Kai-shek, membandingkan gerilya dan rakyat dengan ikan dan air. Kata dia, "Air mesti dipelihara dalam iklim politik dan sosial-ekonomi yang alamiah untuk memastikan perkembangan pejuang gerilya yang berenang di dalamnya dengan layak," (Nasution, 1953: 27).

Dengan kata lain, perang gerilya adalah perangnya rakyat. Perang gerilya adalah perang rakyat yang total: militer, politik, sosial-ekonomi, dan psikologi. Pejuang gerilya bukan hanya pelopor dalam pertempuran, tapi juga di atas segalanya adalah pelopor suatu ideologi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, meski Mao berhasil, disebutkan bahwa perang gerilya tidak bisa membawa kemenangan dari dirinya sendiri, dan karena itu hanya berharap melemahkan lawan dengan mengosongkan sumber daya. Kemenangan final hanya dapat dicapai tentara reguler dalam perang konvensional karena hanya pasukan tentara dapat melakukan serangan yang berkemampuan menaklukkan musuh. Perang gerilya adalah perang yang lemah melawan yang kuat.

Dalam aspek nonmiliter, terdapat senjata rumor alias desas-desus, selentingan, dan kabar angin. Disadari keberadaannya dalam buku petunjuk Tentara Nasional Indonesia pada 1949, potensi senjata rumor antara lain bertujuan menciptakan keadaan saling tak percaya, saling tuduh, saling menghasut antara pemimpin dan anak buah, atau antara pemerintah dan partai politik. Khalayak perlu dibuat kehilangan kepercayaan kepada pemerintah, tentara, dan pokoknya pihak yang lebih kuat. Pada tahun politik 2019, media sosial bisa menggandakan keberdayaan rumor sampai taraf tiada terhingga.

Betapa pun, jika ada gerilya, ada pula resep antigerilya. Perang antigerilya bertujuan memutus pejuang gerilya dari basisnya di antara khalayak, serta karena itu menegaskan tindak politis, psikologis, dan ekonomis. Gerilya dihadapkan pada taktiknya sendiri, yang terdiri atas tindakan ofensif bergaya lincah dan luwes. Perang antigerilya merupakan pasifikasi yang terdiri atas usaha-usaha konstruktif, sementara perang biasa adalah destruktif. Jadi bukan eliminasi gerilya, melainkan pemutusan hubungan gerilya dari khalayak. Masalah terpentingnya, apakah gerakan antigerilya membawakan kepada khalayak ideologi yang lebih baik?

Apakah yang menentukan keberhasilan masing-masing? Antigerilya kolonial tidak akan pernah berhasil, kecuali jika berhasil memecah belah. Sebaliknya, perang gerilya Jerman, ketika diduduki Sekutu pada 1945, tidak mungkin berhasil. Selain karena tidak ada bantuan dari luar, khalayak kehilangan daya dan putus asa akibat perilaku polisi rahasia Nazi sendiri (Nasution, 1953: 47, 55-7, 159). Prinsip-prinsip perang gerilya dan antigerilya masih berlaku hari ini dalam sektor rumor, antara yang lemah dan yang kuat-di mana pun tempatnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.