Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pertumbuhan Ekonomi dan Universitas

image-profil

image-gnews
Ilustrasi mahasiswa wisuda. shutterstock.com
Ilustrasi mahasiswa wisuda. shutterstock.com
Iklan

Asep Saefuddin
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia

Sulit dibantah bahwa universitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam ukuran mikro, daerah-daerah yang memiliki universitas selalu mempunyai kehidupan ekonomi yang baik. Daerah Dramaga, Bogor, misalnya. Sebelum Institut Pertanian Bogor pindah ke Dramaga, kehidupan ekonomi di sana sangat sepi. Sekarang luar biasa ramainya. Begitu juga Jatinangor, kawasan pinggiran Kabupaten Sumedang, yang saat ini bagaikan bagian dari Kota Bandung.

Namun manfaat kehadiran universitas bukan sekadar perubahan lanskap ekonomi mikro daerah. Jauh lebih besar lagi, kampus merupakan entitas yang bisa memicu pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi. Efek inovasi ini bisa sangat signifikan terhadap ekonomi negara, bahkan dunia. Kampus MIT, Stanford, dan Harvard, misalnya, adalah magnet pertumbuhan ekonomi inovatif yang dikelilingi perusahaan raksasa, seperti Google, Microsoft, dan Apple.

Apakah jumlah perguruan tinggi berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi? Bila demikian, Indonesia termasuk yang sangat baik karena perguruan tinggi kita lebih banyak dibandingkan dengan negara lain. Saat ini, kita mempunyai sekitar 4.300 perguruan tinggi dengan total penduduk sekitar 260 juta jiwa. Bandingkan dengan Cina, yang berpenduduk sekitar 1,4 miliar, yang jumlah perguruan tingginya hanya 2.300. Namun apakah ekonomi kita lebih baik daripada Cina?

Arman (2018) telah menggunakan model statistik sederhana untuk mengkaji korelasi pertumbuhan ekonomi sebagai outcome dengan jumlah perguruan tinggi, rasio dosen-mahasiswa, dan indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai variabel bebas. Data untuk kajian ini diambil dari seluruh provinsi di Indonesia. Hasil pemodelan tersebut menunjukkan hanya IPM dan rasio dosen-mahasiswa yang memberikan efek signifikan. Adapun jumlah perguruan tinggi tidak signifikan dengan koefisien negatif.

Model tersebut mengindikasikan jumlah perguruan tinggi tidak memberikan kontribusi apa pun terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bahkan koefisien negatif itu menunjukkan jumlah perguruan tinggi kontra produktif terhadap pertumbuhan ekonomi. Alih-alih mendongkrak ekonomi negara, banyaknya perguruan tinggi malah menjadi beban. Mengapa? Jawaban singkatnya adalah ada asumsi yang tidak terpenuhi. Korelasi positif tersebut hanya bisa dicapai dengan asumsi bahwa mutu perguruan tinggi itu sudah sesuai dengan tuntutan pertumbuhan ekonomi, yaitu menghasilkan pengetahuan, keterampilan, manajemen, dan profesionalisme yang diperlukan untuk menyuburkan inovasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan hal tersebut, maka upaya merger atau akuisisi beberapa perguruan tinggi menjadi keharusan. Bila mengacu pada rasio perguruan tinggi dan penduduk Cina, kita cukup memiliki 400-an perguruan tinggi saja. Memangkas 3.900 kampus tentu bukan pekerjaan mudah. Namun membiarkan jumlah perguruan tinggi begitu banyak juga bukan sesuatu hal yang bijak. Di sini diperlukan suatu upaya jalan tengah. Bila kita bisa menurunkan jumlah perguruan tinggi dari angka 4.300 ke 2.000 saja, beban negara akan jauh berkurang.

Strategi paling mudah adalah merger berbasis wilayah. Karena itu, pada tahap awal perlu ada peta perguruan tinggi di setiap wilayah berbasis indikator kuantitatif, seperti jumlah mahasiswa, rasio dosen-mahasiswa, lama studi, indeks prestasi kumulatif, dan daya serap. Bisa juga dipelajari kelembagaannya, yakni eksistensi badan penyelenggara (yayasan) yang menaungi perguruan tinggi. Berdasarkan indikator itu, bisa dibuat peta kondisi perguruan tinggi.

Peta itu juga bisa disandingkan dengan tiga hal yang harus dipertimbangkan: kapasitas, kualitas, serta kesesuaian program studi dengan industri dan potensi daerah. Dengan demikian, kita punya peta kondisi yang lengkap.

Berdasarkan peta ini dapat dibuat pengelompokan perguruan tinggi setidaknya ke dalam tiga kategori: lemah, sedang, dan baik. Kelompok lemah bisa diakuisisi kelompok baik. Adapun kelompok sedang bisa melakukan merger. Metode ini bisa mengurangi jumlah perguruan tinggi sekitar 50 persen.

Program selanjutnya adalah penguatan perguruan tinggi, termasuk memberikan mandat untuk menyokong industri strategis. Ini juga menjembatani kesenjangan antara universitas dan dunia usaha. Pola penguatan ini dapat disesuaikan dengan jenis perguruan tinggi, yakni universitas riset, pengajaran, vokasi, atau politeknik. Adapun kewirausahaan harus masuk ke semua jenis perguruan tinggi dalam bentuk pengajaran dan ekosistem. Bermodalkan pola seperti itu, barulah perguruan tinggi bisa mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.