Jangan lagi memandang bisnis digital di negeri ini sebagai remah-remah perekonomian. Di tengah kelesuan ekonomi, bisnis ini justru menjadi alternatif strategis untuk menggerakkan perekonomian nasional. Hasil riset Google dan Temasek menunjukkan omzet ekonomi digital pada semester pertama tahun ini mencapai Rp 394 triliun.
Di Asia Tenggara, omzet Indonesia pada empat sektor bahkan paling tinggi, yaitu belanja, travel, media, dan transportasi online. Luasnya pasar pengguna Internet di Indonesia-ada 143,26 juta orang pengguna pada 2017-tentu bakal meningkatkan omzet. Kelebihan bisnis online memotong rantai distribusi yang ikut memangkas harga jual juga membuat pasar kian meliriknya. Hasil riset bertajuk "e-Conomy SEA 2018" tersebut juga menunjukkan arus modal yang masuk ke Indonesia pada semester gasal sudah mencapai US$ 9,1 miliar. Hampir pasti, jumlah investasi bisnis digital tahun ini meningkat. Tujuh tahun lagi, atau pada 2025, diperkirakan jumlah dana yang masuk mencapai US$ 50 miliar atau sekitar Rp 730 triliun. Perusahaan rintisan Tanah Air dipercaya bisa menyerap seluruh potensi dana tersebut.
Besarnya kue investasi ini menjadi potensi untuk mengembangkan industri digital. Apalagi bisnis ini bisa merevolusi banyak hal. Misalnya, hadirnya sharing economy membuat ekonomi menjadi lebih efisien dan tak hanya dikuasai segelintir pemain. Internet juga melahirkan pola kerja yang nyaris tanpa batas, sehingga orang di daerah juga bisa bersaing dengan orang yang berada di perkotaan. Internet juga membuat inklusi keuangan lebih berkembang karena hadirnya layanan teknologi keuangan (fintech), seperti pembayaran lewat ponsel. Ditambah lagi, masih banyak sektor yang belum tergarap maksimal. Di bidang perikanan, misalnya, tak sampai lima start-up muncul.
Namun masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi, seperti pengembangan infrastruktur Internet, peningkatan kepercayaan konsumen terhadap layanan daring, dan perluasan pembayaran digital. Sebagian menjadi tugas pemerintah dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran. Sayangnya, belum semua persoalan tuntas. Sampai sekarang, belum ada kepastian tentang standar sistem dan infrastruktur uang elektronik.
Pemerintah punya andil dalam mendukung perkembangan bisnis digital. Melalui paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan dua tahun lalu, pemerintah memberi solusi pendanaan untuk usaha rintisan berupa kredit usaha rakyat yang tingkat bunganya tidak tinggi. Pemerintah pun memberikan hibah untuk inkubator bisnis pendamping perusahaan rintisan dan mengadakan program seribu start-up.
Jika pemerintah dan otoritas terkait bisa menyelesaikan berbagai persoalan tersebut, bukan tidak mungkin target menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di ASEAN dua tahun lagi akan terwujud.