Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Konservatisme Kelas Menengah

image-profil

image-gnews
Manfaat dan Bahaya Konservatisme Agama
Manfaat dan Bahaya Konservatisme Agama
Iklan

Wasisto Raharjo Jati
Peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI

Di Beberapa kota besar di Indonesia sekarang ini telah menggejala tren religiositas dan konservatisme di ruang publik. Hal tersebut bisa ditunjukkan oleh berbagai macam ekspresi kesalehan yang kini ditampilkan oleh kelas menengah Indonesia dalam keseharian mereka. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa agama, yang semula adalah ranah privasi dan sensitif, menjadi ranah publik dan persuasif.

Pemandangan ini menjadi jamak ditemui, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Di ranah dunia maya, kutipan ayat dan ceramah agama menjadi dalil untuk menguatkan dan melemahkan opini. Ia juga digunakan untuk mengkritik pihak yang tidak sesuai pandangan dengan ungkapan peyoratif. Kondisi tersebut jelas merupakan hal yang tidak bersahabat dalam membangun kohesivitas politik.

Adapun di dunia nyata, publik kini seolah-olah terbius oleh agama secara dogmatik, baik secara langsung maupun tidak. Hal ini jelas menjadi sinyalemen kurang menyenangkan terhadap mereka yang berasal dari latar belakang berbeda. Konservatisme, yang terutama ditandai oleh sikap chauvinistik dengan simbol, justru telah mengaburkan adanya akal sehat.

Sekarang hoaks dengan cepat menyebar di kalangan kelas menengah terpelajar karena mereka telah mencandu virus konservatif. Pencapaian dalam prestasi akademik, yang esensinya menjadi manusia matang secara pemikiran, malah justru menjadi bebal karena terlalu terpaku pada dogma tertentu. Semakin intelektual kelas menengah seharusnya diikuti oleh sikap dan perilakunya untuk menjadi kalangan kritis, bukan menjadi kalangan nyinyir.

Tentunya kita tidak berharap konservatisme ini mengarah pada Talibanisasi, yang jelas melenceng dari tujuan Republik. Namun setidaknya perlu disadari bahwa bersikap konservatif itu adalah hak, tapi jangan sampai hak itu digunakan untuk memberi cap sosial kepada orang-orang lain. Intimidasi berbasis konservatisme ini jelas akan merusak semangat kebinekaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masyarakat pun hanyut dalam berbagai macam kesalehan simbolis yang mengarahkan pada identifikasi individu sebagai bagian dari mayoritas atau minoritas. Kondisi semacam ini menjadi lampu kuning bagi kebebasan berekspresi dan berpartisipasi dalam demokrasi karena agama menjadi penyaring dalam melakukan persekusi dan alienasi.

Sementara itu, para elite politik seperti paham betul mengenai kondisi mengerasnya konservatisme ini dengan berupaya mengompori dengan isu-isu suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA) sebagai mesin pendulang suara. Setelah itu, mereka tidak lagi berpikir mengenai dampak politisasi yang telah merebak di akar rumput dan viral di dunia maya. Pola perilaku politik seperti ini jelas akan semakin memperkeruh suasana dan tidak menjembatani persatuan Indonesia.

Bagi masyarakat Indonesia timur, momen ini akan semakin menguatkan pembentengan budaya mereka dari pengaruh Jawa, khususnya Jakarta. Fenomena tersebut telah terjadi di berbagai tempat, khususnya daerah-daerah di Indonesia timur yang memiliki karakter berbeda dengan Indonesia barat. Sekarang ini saja, konservatisme, yang memuncak setelah Pemilihan Kepala Daerah DKI 2017, telah membuat banyak daerah membendung pengaruh Jawa di daerahnya. Harus diakui bahwa kelas menengah Jakarta adalah korban keganasan konservatisme, yang mengajak pada sikap saling bermusuhan satu sama lain.

Konservatisme kelas menengah Indonesia lainnya bisa disimak dari semakin intensifnya ajakan untuk beribadah secara massal dan masif. Dalam taraf tertentu, ajakan semacam ini menjadi hal positif untuk kembali mengingat Sang Pencipta. Yang menjadi masalah bila itu menjadi parameter untuk menilai kapasitas individu dalam kehidupan sehari-hari. Tren semacam ini jelas meresahkan karena nanti akan ada semacam gerakan purifikasi di ruang publik yang tujuannya untuk melakukan segregasi sosial.

Hal urgen dan signifikan yang perlu kelas menengah lakukan dalam menanggulangi gejala konservatisme ini adalah bertindak sewajarnya dan jangan menjadi polisi moral atas orang lain. Jangan pula suatu isu selalu dikaitkan dengan figur politik tertentu. Ini sebenarnya menunjukkan pola pikir picik untuk meraih keuntungan politik tertentu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.