Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kontroversi Sedekah Laut dan Agama

image-profil

image-gnews
Sejumlah nelayan mengikuti acara pesta laut di Muara Angke, Jakarta, 12 Desember 2015. Pesta Laut itu sengaja digelar para nelayan di pasar ikan di ujung utara Jakarta itu untuk memperingati upacara sedekah laut atau Nadran. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Sejumlah nelayan mengikuti acara pesta laut di Muara Angke, Jakarta, 12 Desember 2015. Pesta Laut itu sengaja digelar para nelayan di pasar ikan di ujung utara Jakarta itu untuk memperingati upacara sedekah laut atau Nadran. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Iklan

Aris Setiawan
Pengajar Institut Seni Indonesia Surakarta

Persiapan tradisi sedekah laut di Pantai Baru, Bantul, Yogyakarta, dirusak dan dibubarkan oleh sekelompok orang pada 12 Oktober lalu. Sebelumnya, sebuah organisasi massa keagamaan di Banyuwangi mengeluarkan surat pernyataan yang mengecam tari Gandrung Sewu di Banyuwangi. Alasan mereka, dua tradisi itu dianggap bertentangan dengan ajaran agama.

Lono Lastoro Simatupang dalam Agama dan Seni (2010) memaparkan bahwa batasan-batasan akademis terhadap tradisi yang dulunya kokoh dan ketat lambat laun menjadi goyah dan longgar. Hal ini sebagai bentuk dari mengaburnya garis demarkasi antara kultural-etika-estetika dan ritualistik keagamaan yang dogmatik. Terlebih, kini kita tidak lagi menaruh perhatian serius terhadap persoalan tersebut. Hasilnya, kita sering rancu dalam menilai tradisi sebagai bagian dari siklus kehidupan atau kesenian sebagai kreativitas dan pemenuhan estiteka ataukah ungkapan religiositas yang bersentuhan dengan agama dan ketuhanan.

Manusia kerap tak mampu memberi jarak secara presisi antara dunia tradisi-kebudayaan dan dunia sufistik. Noveri Faikar Urfan lewat Agama dan Seni, Konflik dan Kemesraan di Simpang Jalan (2014) menjelaskan bahwa sebenarnya ekspresi simbolik dalam kebudayaan adalah media yang membawa manusia religius membentuk pola manifestasi pada Tuhan dalam wujud yang lain.

Katakanlah sedekah laut adalah wujud kecintaan manusia pada alam, sebentuk ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas karunia berupa alam (laut) yang memberi kehidupan bagi masyarakat sekitar. Hal ini juga terjadi pada peristiwa-peristiwa serupa, seperti sedekah bumi, selamatan, petik laut, dan lainnya. Dalam konteks karya seni juga demikian, keris misalnya, sejatinya adalah perwujudan kreativitas (warisan intelektual) yang bersumber pada pencarian laku religius secara terus-menerus sehingga menghasilkan karya yang bercita rasa estetika tinggi. Ia bukan melulu harus dianggap sebagai wujud pemberhalaan akan sesuatu, hanya karena ia eksis bersama bunga, kemenyan, minyak wangi, dan dupa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan kata lain, tradisi sedekah laut adalah upaya dan ikhtiar "pertemuan" antara manusia dan Tuhannya. Tentu saja, menilai tradisi, seperti sedekah laut, kemudian akan tergantung dari sudut pandang mana kita akan berdiri, melihat, dan memihak. Batas-batas di antara keduanya hari ini tampak bias sehingga kita terlalu sulit melihat tradisi sebagai sebuah laku pewarisan nenek moyang yang harus dijaga atau bagian dari ritual yang kehadirannya senantiasa diadu dan dipertentangkan dengan dogma keagamaan.

Asumsi Clifford Geertz (1973) tentang batasan agama yang dapat berkembang selaras dengan kebudayaan kiranya patut untuk dipertimbangkan. Geertz menekankan bahwa kepercayaan akan agama mewujud dalam dimensi simbol dan kebudayaan lewat peristiwa-peristiwa tradisi dan karya seni. Pandangan ini sedikit banyak selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat (1977) bahwa sering kali agama mewujud dalam ritual-ritual dengan menempatkan kebudayaan sebagai episentrum penghayatan. Dengan kata lain, peristiwa tradisi sebenarnya adalah manifestasi dari nilai-nilai luhur keagamaan yang mendamba pada keharmonisan hidup, kebersamaan, dan kerukunan.

Pertentangan antara tradisi-kebudayaan dan dimensi keagamaan tentulah sebuah kemunduran cara pandang. Peristiwa itu semata dilihat berdasar ukuran-ukuran normatif dengan membacanya secara hitam-putih dan melupakan berbagai kemungkinan wilayah abu-abu, bahwa keduanya sering luruh dan menyatu secara imanen. Maka, dibutuhkan kearifan dalam memaknainya dengan mencari berbagai kemungkinan pertemuan yang harmonis antara kebudayaan dan keagamaan daripada mencari perbedaan dan pertentangan di antara keduanya. Ini sebagaimana kisah para wali di tanah Jawa dalam melihat kebudayaan yang mewujud menjadi lakon-lakon dan narasi-narasi keagamaan yang indah tanpa harus merusak, menyalahkan, dan melarangnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.